Bab 38 - Telepon

38.1K 4.7K 303
                                    

              Ini adalah pertama kalinya lagi Cherry menginjakkan kaki di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              Ini adalah pertama kalinya lagi Cherry menginjakkan kaki di sini. Tepatnya setelah tiga bulan lamanya di mana dia terperangkap dalam sebuah hubungan yang ia ciptakan sendiri. Terperangkap dalam sebuah rumah yang perlahan membuatnya merasa betah. Melupakan bahwa rumah itu bukanlah tempatnya.

Lalu di mana tempat untuknya?

Cherry bahkan tidak pernah tahu apakah dia memiliki sedikit saja tempat di bumi ini. Tempat yang benar-benar miliknya. Rumahnya.

Senyum di bibirnya terlukis. Perlahan berubah getir melihat sebuah bangunan yang sudah tidak lagi sama. Bangunan tingkat dua yang sering ia gunakan menjadi tempat pelarian diri. Kini, bangunan itu sudah tidak terlihat lagi. Hancur beradu dengan tanah. Seperti bagaimana pemilik asli rumah itu yang ikut terkebur di dalamnya.

Tangannya mengepal. Menahan bagaimana matanya yang sudah panas menginginkan untuk melepaskan sedikit alirannya. Cherry tidak pernah menyukai saat dirinya tampak begitu lemah sampai mengeluarkan air mata. Maka saat ini, dia tetap tidak boleh melakukannya.

Meskipun ... isi kepalanya sudah meraung-raung melihat rumah peninggalan neneknya yang tidak lagi berdiri kokoh. Tidak lagi bisa Cherry masuki untuk bersembunyi.

Bukan salah siapa-siapa selain kebodohannya yang dengan sukarela menjual bangunan itu. Hanya dengan beberapa penawaran dari pria itu, Cherry tergiur.

"Kak! Kenapa di sini Kak? Keluar-keluar Kak! Nggak bisa masuk sini. Area proyek, ini." Seorang bapak-bapak tiba-tiba hadir. Menariknya menjauh dari posisi Cherry berdiri.

Dia diusir.

Cherry terusir dari sebuah tempat yang ia kira akan selalu berdiri untuk menyambut pelarian-pelariannya.

"Jangan sini, Kak. Area proyek ini. Kok bisa masuk sini, Kak?"

Tidak Cherry tanggapi bagaimana pria yang menariknya keluar dari area ini. Suara kerasnya, juga bagaimana Cherry berhasil ditariknya pergi dari sana.

Dia terdampar di tempat yang kembali asing baginya.

Kakinya melangkah dengan sedikit getar. Sebelah tangan menarik koper dengan sebelah tangannya yang bebas mengepal begitu erat. Matanya semakin panas hingga tidak dapat lagi dikendalikan olehnya untuk mengeluarkan air dari dalam sana.

Diusapnya cepat dengan kasar. Seiring dengan kakinya yang melemas di sisi jalan. Wanita itu meluruh. Menangis dengan begitu keras. Dengan berbagai alasan yang bertebaran di kepala, tetapi mengerucut pada satu hal yang pasti.

Dia tidak lagi memiliki tempat untuk pulang.

*__*

"Aku cuman mau kamu hidup dengan benar, Cherry. Menikah, berkeluarga, punya anak. Aku lihat Darren laki-laki yang baik. Dia sayang dengan kamu. Dia mengerti kamu. Aku nggak mau kamu selalu luntang-lantung di jalanan!"

The Perfect Prince And His Messy FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang