Cherry tengah berpikir keras. Memikirkan cara bagaimana dia bisa keluar dari rumah ini, juga bagaimana dia bisa mendapatkan kartu lain dari Darren agar pria itu tidak semena-mena seperti ini padanya. Darren benar-benar memperlakukan Cherry bak tahanan, bagaimana wanita itu tidak murka? Jelas Cherry sangat murka. Dia dikurung di dalam sini sedang pria itu leluasa bergerak ke sana ke mari dengan bebas. Bersama Adit pula. Cherry masih yakin bahwa sebenarnya Darren dan Adit memang memiliki hubungan lebih dari sekedar atasan dan bawahan.
Hingga kemudian, semua ide cemerlang muncul di kepalanya. Diambilnya buru-buru ponsel dari nakas dan Cherry segera menghubungi seseorang yang akan membantunya keluar dari sini.
"Om! Rumah yang mau dijual itu udah gimana? Aku pasti harus tanda tangan surat-surat dan semacamnya, kan? Kapan aku harus tanda tangan?" Cherry langsung memborong Frans ketika pria itu menjawab panggilannya.
"Ini baru aku mau kirim ke tempat tinggalmu. Kau tinggal sama Darren, kan? Nanti kau kasih aja surat-suratnya ke dia langsung. Nanti kau tanda tangan berkas-berkas di sana aja. Copy-annya kau kirim ke aku pakai ekspedisi. Enggak usah pula kau kemari-kemari lagi. Sekarang jaman udah ser—"
"Duh, Om." Cherry menyela Frans. "Sekarang mending Om siap-siap, pesan tiket tercepat ke Jakarta, terus kita berangkat ke kantor Darren. Cherry enggak mau surat-suratnya dikirim ke sini."
"Enggak usah lah. Kerjaanku masih banyak lagi. Darren juga udah setuju kok, surat-suratnya dikirim aja. Lebih fleksibel. Lagi pula—"
"Duh, Om. Enggak profesional banget, sih! Ini jual beli harta penting, loh! Pokoknya Cherry enggak mau tahu, sekarang juga Om beli tiket ke Jakarta, terus kita ke kantor Darren. Kalau enggak, Cherry akan—"
"Iya-iya! Mengancam aja kerjamu ya!"
"Oke, deh, Om. Cherry tunggu di sini, ya. Bye." Tanpa menunggu balasan lagi dari Frans, Cherry langsung mematikan panggilan.
Senyumnya terbit dengan sangat cantik. Satu cara dua rencana terlampau. Cherry bisa keluar dari rumah ini dengan leluasa, juga mendatangi kandang pria itu. Selain di rumah, Darren itu lebih banyak menghabiskan waktu di kantornya. Cherry pasti bisa leluasa menemukan rahasia lain sang tunangan. Cherry harus segera mendapatkan kartu AS Darren dan membuat pria itu bertekuk lutut padanya. Darrenlah yang harus berada di bawah kendalinya, bukan malah sebaliknya seperti ini.
*__*
Hela nafas Cherry terembus berat sekali. Di ruangan dengan pendingin yang tetap tidak bisa membuat perasaan Cherry mendingin. Oh, lebih dari itu. Dia justru luar biasa kepanasan. Panas akan ulah Darren yang benar-benar luar biasa membuatnya ingin meledak.
Bisa-bisanya pria itu tidak menemui Cherry sama sekali dan hanya mengutus tim legalnya di ruang pertemuan di kantornya?!
Darren benar-benar membuat Cherry murka!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Prince And His Messy Fiancé
RomansAwalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong saja. Menolong Darren yang dibuat mabuk oleh seorang perempuan untuk kemudian dijebaknya juga. Cherry...