Bab 19 - Road Trip

42.4K 4.4K 243
                                    

Cherry sibuk dengan gulalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cherry sibuk dengan gulalinya. Sedang Darren, matanya fokus menatap layar tab-nya dengan jemari yang sesekali menggulir laman itu. Membiarkan sang tunangan merebahkan kepala di pangkuannya, lelah sudah menegur Cherry untuk tidak makan sembari tiduran. Di dalam mobil pula. Inginnya Darren jitak saja. Tapi mengingat bisa saja urusannya panjang, akhirnya pria itu mengalah. Kalau Cherry membuat ulah yang lebih besar dia juga yang akan kerepotan sedangkan dia masih harus memeriksa proposal dari marketing-nya yang belum sempat ia longok pada hari kerja, sedang hari Senin dia sudah harus memutuskan proposal mana yang akan dipilihnya.

"A ... buka mulutnya." Jemari Cherry yang memegang sepotong gulali tiba-tiba berada di depan mulutnya.

Darren pun menggeleng. "Saya enggak suka. Terlalu manis."

Decakan keluar dari bibir tipis sang tunangan. "Harus cobain dulu!" paksanya.

Sedang tidak memiliki waktu untuk ribut, Darren pun membuka mulutnya. Membiarkan Cherry memasukkan gulali ke dalam sana. Raut riang wanita itu Darren lihat sekilas. Dia pasti sedang berada di atas awan sebab Darren melunak saat ini.

Darren kembali lagi sibuk pada gadgetnya. Sampai telinganya mendengar suara jendela terbuka dan melotot saat melihat pelakunya adalah kaki Cherry yang langsung membebaskan tungkainya itu ke luar jendela.

"Yang bener aja, Cherry! Masukin kakinya. Kamu mau ngeserempet motor?" omel pria itu.

Cherry terdengar berdecak. "Enggak seru, lo. Enggak bisa diajak liar sedikit."

"Itu udah bukan liar lagi, itu pelanggaran yang bisa merugikan kamu sendiri dan orang lain. Kalau kaki kamu hilang gimana?"

Wanita itu mencebik. Meski begitu, dia menurut untuk memasukkan kakinya ke dalam dan membiarkan jendela tertutup dengan sendirinya. Oh, tentu saja Aditlah pelakunya.

"Kakinya pegel ketekuk begini! Mau selonjoran," keluh wanita itu. Akhir pekan ini, jalanan macet sekali. Wanita itu sudah sangat bosan karena mobil bahkan tidak juga kunjung berjalan.

"Sebentar lagi sampai," sahut Darren. Pandangannya hendak fokus lagi dengan layar tetapi sulit dilakukan saat dilihatnya Cherry masih cemberut. Sangsi Cherry membuat ulah yang lebih tidak masuk akal, Darren pun berbicara lagi, "Kamu sandaran di jendela, kakinya ke saya."

Bersungut-sungut, tak ayal Cherry pun bangkit. Melakukan seperti yang Darren perintahkan. Memutar posisi tubuhnya menyandar pada jendela, kemudian dia tumpangkan dua tungkainya pada pangkuan Darren. Pria itu pun terlihat mulai tenang dan kembali sibuk dengan pekerjaan. Membuat Cherry berdecak melihatnya.

Gulali di tangannya tidak habis-habis. Cherry sudah mengeluhkan lagi lengannya yang pegal. Dia mengulurkan tangkai gulali pada Darren yang sayangnya tidak diterima pria itu.

"Habiskan," perintah Darren.

"Enggak enak, manis banget. Gue enggak suka."

"Kalau enggak suka kenapa dibeli?" Darren menyorot sedikit kesal.

The Perfect Prince And His Messy FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang