Cherry tidak bisa untuk tidak membuka mulutnya, terkagum dengan sosok adik perempuan Darren yang tengah menunggangi kuda. Anyelir terlihat begitu lihai dengan hewan berkaki empat itu, duduk di atasnya dengan tangan memegang busur panah. Kuda berlari dengan kecepatan sedang mengelilingi arena dengan Anyelir yang menghunus papan-papan target dengan anak panahnya.
Berdiri di tepi arena dengan Darren di sisinya, pandangan Cherry tidak bisa ke mana-mana selain hanya mengikuti Anyelir. Dia tidak pernah tahu, Anyelir si manusia tidak punya teman dan hanya berkutat dengan hewan-hewannya itu memiliki keahlian berkuda dan memanah seperti ini.
Keduanya hanya diam mengamati wanita itu, sampai Anyelir menyadari keberadaan sang kakak. Senyum semeringahnya menguar, dengan atas kepala yang tertutup helm berkudanya, tidak sampai menutupi rambut panjang yang beterbangan tertiup angin. Wanita itu menepikan kudanya. Turun dari sana kemudian berlari dengan riang dan melompat dalam pelukan Darren.
"Kakak!" Dia menyeru antusias.
Cherry yang masih berdiri di samping Darren hanya mengamati dalam diam. Bagaimana Darren yang sigap menangkap adik perempuannya, mengusap-usap punggung wanita itu dengan wajah lembutnya yang tersenyum. Tatapannya menyorot penuh kasih sayang.
Oh, tentu saja Cherry sangat asing rasanya. Dia punya kakak lelaki, seusia Darren juga. Namun jangan harap mereka pernah berpelukan membagi rasa sayang seperti itu, ya. Sampai kiamat pun, baik Sangga atau Cherry tidak akan pernah ada yang mau melakukannya.
"Kamu sehat, kan?" Pelukan keduanya terlepas. Hanya saja, tangan Anyelir masih berada pada pinggang sang kakak dengan Darren yang turut mengusap sisi kepala sang adik.
Dilihat Cherry, Anyelir mengangguk dengan senyum lebarnya. Tampak sekali bahagia bertemu Darren hari ini.
"Enggak menyusahkan Bastian dengan seluruh peliharaan kamu, kan?" tanya pria itu lagi.
Saat itulah, Anyelir mendelik. Wajah semeringahnya musnah, berganti cemberut. Yang Cherry tahu, Bastian itu pengawal pribadi Anyelir.
Melihat wajah cemberut Adiknya, Darren malah terkekeh. "Ya, semoga aja kamu enggak membuat Bastian susah. Igo, bagaimana kabarnya?"
Meski masih cemberut, Anyelir tetap menjawab pertanyaan sang kakak, "Igo baik kayak biasanya."
Darren tersenyum lagi. Pria itu lalu menoleh pada Cherry, sedikit memundurkan tubuhnya menyamai posisi berdiri mereka.
"Kakak ke sini sama Cherry," ucap Darren menatap sang tunangan.
Anyelir menatap Cherry, tampak tidak senang.
"Anyelir ...." Suara Darren terdengar penuh peringatan.
Ogah-ogahan, Anyelir pun mengulurkan tangan pada tunangan Kakaknya. "Selamat datang di Malang ...,"
Darren berdeham, membuat Anyelir mendelik menatap sang kakak.
"Selamat datang di Malang, Kak Cherry." Wanita itu mengulangi perkataannya lebih lengkap. Kalimat sambutan yang begitu ramah meski tidak dengan nada bicara apalagi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Prince And His Messy Fiancé
RomanceAwalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong saja. Menolong Darren yang dibuat mabuk oleh seorang perempuan untuk kemudian dijebaknya juga. Cherry...