8. Memperebutkan Salma

36 4 1
                                    

Happy Reading!!
Maaf bila ada typo🙏

••••

Sejak terungkapnya hubungan antara Salma dan Raka kemarin, Fadil semakin gencar mendekati Salma. Setiap hari Fadil mengirim pesan whatsapp kepada Salma, dan tak hanya itu di sekolah juga Fadil selalu memberikan perhatian lebih kepada Salma dan respon yang diberikan Salma juga baik terhadap Fadil. Namun, di waktu bersamaan juga teman SMP mereka si Aiman juga mendekati Salma, itu yang membuat Fadil kesal dan semakin gencar untuk mendapatkan Salma.

Anna sendiri yang memperhatikan Fadil yang tak henti-hentinya melihat ke arah Salma itupun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dipikirnya Salma akan hilang apa kalau dia tak melihatnya, ada-ada saja.

"Anna Callista, tolong kerjakan soal nomor 20," ujar pak Mahmud selaku guru Kimia.

"Iya pak," balas Anna.

Anna yang dipanggil itupun langsung maju membawa bukunya. Anna mengerjakan soal itu dengan fokus dan mulai mencoret papan tulis. Di tengah ia mengerjakan soal tersebut, rasa sakit di kepalanya kumat. Bahkan ia bisa merasakan ada darah yang mengalir keluar dari hidungnya.

"Anna, kuat gak boleh lemah," ujarnya di dalam hati sembari mengelap darah di hidungnya.

Arfan yang melihat Anna dari tempat duduknya itu merasa aneh dengan gerak-gerik Anna. Arfan pun berinisiatif mengangkat tangannya.

"Ada apa nak Arfan? ingin membantu Anna?," tanya pak Mahmud.

"Iya pak, boleh?," jawab Arfan dan bertanya lagi.

"Oh tentu boleh, karena jawaban soal nomor 20 ini cukup rumit," kata pak Mahmud.

Arfan berjalan menuju depan papan tulis. Arfan berdiri di sebelah Anna, Anna yang merasa ditatap itupun langsung membuang wajahnya.

"Na, lo kenapa?," tanya Arfan pelan-pelan.

"Lo lanjutin ya, gue mau ke toilet dulu," suruh Anna. Anna menaruh spidol itu di atas meja guru dan izin kepada pak Mahmud.

Anna berlari meninggalkan kelas. Arfan yang ikut khawatir kepada Anna itupun langsung segera menyelesaikan permasalahan soal tersebut dan berniat menjemput Anna.

"Pak, saya sudah selesai. Saya izin ke toilet sebentar ya pak," kata Arfan dan dipersilahkan oleh pak Mahmud.

Anna memasuki toilet sambil berkaca melihat wajahnya yang pucat. Anna menangis melihat wajahnya yang sangat pucat itu, tak henti-hentinya ia memegang kepalanya yang sangat sakit itu. Ia mengerang kesakitan tapi mau gimana pun sakitnya itu tidak akan sembuh.

"Anna kuat ya," gumamnya menyemangati diri sendiri.

Arfan yang tiba-tiba datang ke toilet wanita itu langsung terkejut melihat Anna sudah duduk tak berdaya di lantai depan kaca toilet. Arfan datang menghampiri Anna dan langsung memeluk Anna.

"Jujur sama gue Na, lo kenapa Na?," tanya Arfan khawatir.

"Untuk apa gue jujur?," tanya Anna balik.

Arfan menatap Anna dengan seksama.

"Na, jujur gak akan buat lo rugi," jawab Arfan.

Secret Revealer (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang