23. Sebuah Perasaan dan Keegoisan

8 1 0
                                    

Happy Reading!!
Maaf bila ada typo🙏

•••••

Senin pagi ini terasa beda untuk Tika, Bagas, dan juga Arfan. Biasanya Anna dan Tika sudah berbincang bersama di tempat duduk mereka tapi sekarang ia terasa sepi sekali tanpa kehadiran Anna. Yang biasanya berempat kini hanya bertiga. Tak jauh beda apa yang di rasakan oleh Fadil juga, biasanya setiap pagi ia berangkat sekolah bersama dengan Anna tapi hari ini sampai seterusnya tidak akan lagi kata bersama-sama dengan sahabat kecilnya itu.

"Kangen Anna nanyain kabar ke gue deh," ucap Tika.

"Biasanya juga Anna dateng bareng Fadil dan ketemu kita di parkiran tapi sekarang semua itu hanya kenangan," lanjutnya.

"Tik, yang sabar dan ikhlas ya. Kalau gini terus lo bisa sakit, yang sedih dan kehilangan bukan cuma lo kok, gue dan Arfan juga kehilangan Tik. Tapi, kita harus ikhlasin Anna biar Anna tenang di sana," kata Bagas sambil mengusap punggung Tika.

Tak berselang datang Fadil dan berjalan ke arah tempat duduknya. Tak lupa juga Fadil melemparkan senyumnya kepada mereka bertiga. Sebenarnya mereka sekolah hari ini karena harus mengetahui apakah ada remedial atau tidak.

"Jangan sedih terus Tik, kasihan Anna juga ikutan sedih di sana," ujar Fadil.

"Lo bilang gue jangan sedih tapi lo sendiri. Lihat mata lo sembab bohong kalau lo gak nangisin Anna setiap malam Dil," balas Tika.

Beberapa menit setelah Fadil datang, Salma memasuki kelas dan berjalan menuju bangkunya. Tika yang melihat Salma datang itupun segera ia berjalan ke arahnya dan mendorong Salma sampai terjatuh. Beberapa orang membantu Salma untuk berdiri sedangkan Arfan memegang tubuh untuk menenangkan Tika.

"Lo apa-apaan sih Tik dorong-dorong Salma," kata Bintang kesal.

Tika melepaskan tangan Arfan dan berjalan mendekati mereka yang menolong Salma dengan tatapan tajam dan sinis.

"GARA-GARA LO ANNA MENINGGAL SALMA!," ucap Tika dengan teriak dan histeris.

"Coba kalau kemarin lo gak ceroboh pastinya Anna masih ada sama kita hari ini," lanjutnya.

"Udah Tik udah," kata Bagas menengahi pertengkaran itu.

"Asal lo tau ya Sal, Anna itu sahabat gue. Kalau gak ada dia siapa yang mau temenan sama gue, bahkan rasanya gue deket sama kalian itu karena dia. Dan dia sangat baiknya mau ngorbanin nyawanya buat lo," kata Tika tak menggubris perkataan Bagas.

"Nih Dil cewek yang lo suka, kenapa gak lo bela, dia ini cewek yang udah buat sahabat kecil lo pergi ninggalin lo. Dan kalau gue bisa mengulang waktu, lebih baik lo yang ketabrak daripada harus Anna yang ketabrak demi nyelametin lo," lanjutnya dan dengan cepat Salma menampar pipi Tika kencang.

"Hebat ya lo Sal nampar Tika," ucap Fadil.

"GUE JUGA GAK MAU ANNA MENINGGAL!," ujar Salma kencang.

"Waktu kejadian memang gue gak denger suara mobil dari kejauhan karena gue make earphone, tapi gue berani sumpah lampu pejalan kaki udah warna hijau waktu itu," jelasnya.

"Ini semua udah takdir Tik, kita sama-sama ikhlasin Anna ya seperti kemarin kita mengikhlaskan Lutfi walau itu susah buat kita," kata Annisa.

Secret Revealer (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang