Happy Reading!!
Maaf bila ada typo 🙏•••••
Keesokan harinya, Bragata School kembali sekolah seperti biasa setelah peristiwa kemarin yang menimpa sekolah mereka. Kini kelas IPA 3 sedang mengikuti pelajaran seni budaya.
Suasana kelas IPA 3 sekarang sangat berbeda. Dimana dahulu bangku kelas mereka selalu terisi penuh namun sekarang tidak lagi terisi penuh. Rasa sedih dan tak menyangka akan kehilangan Lutfi masih menyelimuti mereka pastinya.
"Bapak turut berduka cita ya atas meninggalnya almarhum nak Lutfi," ujar pak Romi memecah keheningan.
"Terima kasih pak," balas mereka.
"Assalamu'alaikum," ucap salam pak Riswan salah satu guru BK kelas 12.
"Waalaikumsalam," jawab mereka serentak.
"Permisi pak Romi. Saya izin untuk memanggil Anna dan Raden ya," kata pak Riswan.
"Oh iya pak silahkan," balas pak Romi.
"Anna dan Raden silahkan ikut dengan pak Riswan," lanjutnya.
Anna dan Raden saling bertatap-tatapan yang pada akhirnya mereka mengikuti pak Riswan dari belakang.
Sesampainya mereka di ruang rapat khusus guru-guru terlihat di sana sudah ada Aldi yang juga dipanggil oleh pak Riswan dan ada kedua orang tua Lutfi juga. Raden dan Anna berjalan mendekati Aldi.
"Assalamu'alaikum anak-anakku," salam pak Imam.
"Waalaikumsalam pak," jawab mereka bertiga.
"Saya akan mewakili kepala sekolah hari ini untuk menyelesaikan peristiwa kemarin yang menimpa kelas kalian 12 IPA 3. Dan tentunya saya juga tidak sendiri ada pak Riswan dan kedua orang tua almarhum," jelas pak Imam.
Mereka bertiga yang mendengar penjelasan pak Imam tersebut mengangguk paham.
"Apakah sebelumnya anak saya pernah berbuat kesalahan kepada kalian atau teman-temannya yang lain?," tanya Laya dengan kedua matanya yang sembab akibat menangis.
Mereka bertiga menggelengkan kepala mereka.
"Atau salah satu dari kalian sendiri ada yang membenci dan tidak menyukai anak saya?," tanya Laya.
"Ayo mulai dari Aldi," suruh pak Riswan.
Aldi menarik nafasnya dan bersiap untuk menjawab.
"Saya tidak pernah membenci Lutfi. Dan saya juga sangat jarang berkomunikasi dengan almarhum," jawab Aldi.
"Kalau begitu apakah kamu menganggap almarhum adalah saingan kamu?," tanya pak Riswan.
"Dulu memang saya selalu menganggap dia adalah saingan saya. Dan jujur saya juga pernah iri kepada almarhum karena almarhum adalah siswa paralel satu di sekolah, tapi dulu untuk sekarang saya gak pernah lagi untuk menganggapnya saingan saya," jelas Aldi.
"Kalau kamu pernah iri dengan anak saya, pasti kamu masih ada perasaan tidak suka dengan anak saya kan? iya kan?," tanya Laya dengan nada tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Revealer (END)
Teen FictionSecret Revealer.. Apa yang kalian pikirkan saat membaca kata secret? Rahasia? Yaps, benar benar sekali. Sebuah organisasi pengungkap rahasia, organisasi detektif yang hanya ada pada satu generasi dengan empat pendiri. Anna, Tika, Bagas, dan Arfan...