BAB XXII

15 2 0
                                    

Dae-ah pulang bersama Yerim malam ini, karena sepulang dari cafe mereka sempat melanjutkan pekerjaan mereka, dan Yerim bersedia menunggu di ruangan mereka sampai selesai.

Yerim masuk rumah terlebih dahulu sementara Dae-ah masih membereskan barang bawaannya di kursi belakang kemudian segera menyusul Yerim masuk.

"Oppaaa! Cheo wasseoyooo!", Yerim berteriak riang memasuk rumah Jongin.

"Ya berhentilah berteriak-teriak dirumahku! Berisik!", sahut Jongin memperingatkan.

Dae-ah memasuki rumah dan segera naik menepuk lengan Yerim.

"Kau sudah akrab dengannya ?", sapa Jongin sedikit menahan tawanya.

"Ne, dia anak sekolahan yang kau kencani!", jawab Dae-ah malas.

"Kau masih marah dengan ku?"

Dae-ah tidak menjawab hanya melambaikan tangannya dan masuk ke kamarnya.

"Oppa, Dae-ah eonni sedang lelah, banyak sekali pekerjaannya, ia hanya istirahat ketika makan siang, biarkan dia istirahat.", Yerim mencoba mengingatkan oppa nya.

"Kau seharian dengannya?"

Yerim mengangguk tanpa melihat Jongin masih bermain dengan ponselnya.

"Apa yang kau lakukan? Kau mengganggunya bekerja?"

"Ya! Aku bekerja untuk butik mereka, aku juga sedang bekerja disini oppa!"

"Aaa, kalian bertemu di butik Wendy?"

"Kami bekerja bersama oppa, kau tau bekerja tidak? Kami tidak hanya bekerja, kami makan siang bersama juga tadi", jawab Yerim malas, dan beranjak bangun.

"Aku akan pulang, aku lelah, bye oppa!".

Yerim melangkah pulang ke rumah dan meninggalkan Jongin sendirian di meja makan. Kemudian Dae-ah turun mengenakan setelan rumahannya hendak mengambil air minum untuk di bawa ke kamarnya.

 "Kau sudah selesai hari ini dengan pemotretanmu?", Jongin menghampiri Dae-ah yang sedang mengisi botol minumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 "Kau sudah selesai hari ini dengan pemotretanmu?", Jongin menghampiri Dae-ah yang sedang mengisi botol minumnya.

Dae-ah menjawabnya dengan anggukan.

"Yerim merepotkanmu?"

"Ani, dia sangat pintar, dia patuh dengan arahan fotografer. Sangat mudah mengarahkannya. Dia juga cepat menangkap maksud dari moodboard kita. Aku dan Wendy senang bekerja dengannya", Dae-ah berkata dengan tulus.

"Dahaengida. Gomawo Dae-ah yaa, sudah menerima Yerim dengan baik. Sugohae".

Jongin mengusap puncak kepalanya lembut. Kemudian meninggalkan Dae-ah mematung memegang botol minumnya di depan station. Lagi-lagi ia terpaku dengan apa yang baru saja Jongin lakukan. Pipinya sedikit bersemu merah muda.

****

Dae-ah baru pulang bekerja seperti biasa malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dae-ah baru pulang bekerja seperti biasa malam ini. Ia masuk kerumah namun mampir ke dapur untuk minum segelas air putih.

"Wasseoyo?", Dae-ah menyapa Jongin singkat yang sedang menggoreng telur malam ini.

"Eum. Kau pulang cukup larut hari ini. Mau makan malam dahulu? Aku membuat nasi goreng malam ini", tawar Jongin.

"Ani, aku sudah makan tadi dengan Wendy dan teman-teman di butik"

"Geure ...".
Jongin yang tadi sibuk dengan kegiatan memasaknya kini beralih menatap Dae-ah yang sedang meneguk air mineralnya.

Harus ia akui, malam ini atasan putih Dae-ah cukup memperlihatkan bahu dan tulang belikatnya yang indah. Sekarang ia sedang meneguk air mineralnya seolah sedang menggoda Jongin untuk segera menerkam bahunya.

Jongin buru-buru menepis pikiran kotornya saat ini.

"Kau tidak merasa dingin menggunakan bajumu yang sekarang?", tanya Jongin hati-hati.

Dae-ah menatap badannya, sepertinya tidak ada yang salah. Ia menatap Jongin lagi.

"Bahumu, terlalu terbu.....", belum sempat Jongin menyelesaikan kalimatnya. Dae-ah sudah menjawabnya dengan kalimat yang cukup provokatif.

"Kau ingin aku mengganti bajuku lagi kali ini? Kau akan terus begini?"

"Harus berapa kali ku ingatkan? Kau calon istriku, aku tidak ingin kau di anggap serampangan gara-gara penampilanmu"

"Deo dasi? Kau terus-terusan mengingatkan ku hal itu, ku rasa menjadi istri CEO sangat rumit. Sepertinya kita harus segera membatalkan pertunangan ini, lama-lama aku muak dengan semua ocehanmu tentang penampilanku!", Dae-ah kehilangan kesabarannya malam ini.

"Mwo? Kau ingin membatalkan pertunangan ini? Usgijima!", teriak Jongin.

"Aku tidak sedang bercanda. Tidak ada yang tahu siapa aku Jongin-ah jangan berlebihan mengomentari penampilanku!"

"Kau ingin semua tau kalau tunangan Kim Jongin seseorang yang gemar ke club malam menggunakan baju-bajunya sembarangan? Irrokhe?"

"Jika gelarmu sebagai CEO tercoreng karena sikapku, harusnya kau tidak pernah datang melamarku. Jadi aku tidak akan membuang waktumu untuk hal ini!", Dae-ah menunjukkan telapak tangannya yang masih menggunakan cincin pemberian Jongin pada jari manisnya.

"Tidak bisa kah kau menurut denganku sekali ini saja?", Jongin sedikit menggeram.

"Sekali? Yang benar saja. Apakah selama ini kau anggap aku jadi pembangkang? Aku menurutimu untuk tinggal dirumah ini bersamamu".

"Aku sudah bilang, jika kau tinggal disini patuhi peraturan dirumah ini"

"Kau membuat peraturan hanya untukku, tidak untukmu. Shirro !! Shiltagu!"
Dae-ah tampak menantang Jongin malam ini.

"Aku hanya ingin kau menggunakan baju yang lebih sopan dan tertutup. Mengapa jadi kemana-mana pembahasan kita?".

"Geuree! Shiltagu! Kau mau apa? Mengapa kau ....."
Jongin membungkam mulut Dae-ah dengan mengecupnya kali ini, hanya menempel tidak ada yang lain.

Dae-ah membelalakkan matanya malam ini, terkejut dengan apa yang sedang di lakukan Jongin padanya. Yang sedang di lakukan Jongin malam ini adalah mencuri ciuman pertamanya dengan sengaja. Jongin memejamkan matanya.

Dae-ah segera tersadar dan mendorong Jongin menjauh.

"Neo micheoso!!", Dae-ah berteriak kemudian berlari naik ke kamarnya, menutup pintu kamarnya dengan keras.

"Laki-laki gila!", Dae-ah bergumam sendiri dikamarnya, sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

******


ESCAPE PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang