BAB XXIV

14 3 0
                                    


Dae-ah duduk di tepi pantai dengan Junmyeon menatap Irene dan ke dua putrinya sedang menghadang ombak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dae-ah duduk di tepi pantai dengan Junmyeon menatap Irene dan ke dua putrinya sedang menghadang ombak. Mereka tidak jadi mengganti bajunya karena cuaca terik namun anginnya cukup dingin, jadi Irene tidak memperbolehkan mereka untuk berenang, hanya bermain air saja di tepian.

"Aku mengganggu liburanmu bersama keluargamu oppa, jeoseongeyo oppa", Dae-ah memberanikan diri untuk berbicara.

"Anieyo. Kami sudah di sini sejak hari kamis. Untuk urusan pekerjaan sebenarnya. Tapi kami extend mungkin sampai besok. Lusa anak-anak sudah mulai masuk sekolah lagi. Dan acara kami semalam di batalkan, kau tau itu.", Junmyeon menyinggung sedikit masalah mereka.

"Ah ne, jeoseonghamnida oppa.....", Dae-ah menunduk sedikit malu, teringat bahwa malam tadi harusnya mereka bertemu di Busan, bukan malah bertemu pagi ini di Jeju.

"Gwenchana, aku tau kalian pasti sedang berselisih paham, aku dulu juga seperti kalian. Kami juga di jodohkan, bedanya, irene pilihan eomma. Ibu Irene adalah sahabat eomma. Kami juga berteman sejak kuliah.".

Dae-ah mendengarkan cerita Junmyeon siang ini di pinggir pantai.

"Eomma meninggal karena sakit, saat itu usia Jongin ada di sekolah menengah pertamanya. Sepulang sekolah saat hujan turun, eomma di larikan ke rumah sakit karena tiba-tiba kondisinya memburuk. Jongin adalah anak kesayangan eomma, diantara kami bertiga, yang paling kehilangan eomma, adalah Jongin. Ketika ia rindu eomma, ia akan makan bubur kacang hijau buatan bibi Ahn yang rasanya hampir mirip dengan buatan eomma, ketika ia sakit juga yang akan dimakan hanya bubur kacang hujau buatan eomma, satu-satunya orang yang menggantikan bubur buatan eomma hanya bibi Ahn."

Dae-ah seketika mengingat kejadian di hari pertama ia pindah ke rumah Jongin, ia sedang makan bubur kacang hijaunya.

"Jongin tidak pernah mengencani perempuan di sekolahnya atau di kampusnya. Ada beberapa perempuan yang mendekatinya, ketika di Oxford, tapi sepertinya itu tidak berlanjut. Jongin terlalu dingin dengan perempuan yang aku tau. Tapi ia menjadi berbeda sejak kau menggantikan Do biseonim di Bubblix", Junmyeon menatap Dae-ah yang masih menunduk memainkan pasir pantai dengan jari-jarinya.

"Waeyo ?", tanya Dae-ah.

"Aku dan appa tidak pernah benar-benar tau alasannya. Tapi aku senang melihat Jongin yang cerah, ketika ia berkunjung ke Kaist atau ketika mampir di rumah Seoul. Beberapa kali ia menceritakan mu, yang ku ingat adalah kau datang dengan sepatumu yang berbeda", Junmyeon sedikit tertawa mengingat ceritanya.

"Waaaah, tak kusangka Jongin menceritakan hal memalukan itu ke semua orang", hatinya mencelos mendengar cerita hal itu, ia tak menyangka dari sekian banyak kejadian bagus dan pencapaiannya, hal itu juga di ceritakan Jongin pada kakak pertamanya.

"Jongin menyukaimu, dari sudut pandangku. Aku menangkap senyumnya ketika bercerita tentangmu, dan ia tidak berbohong". Junmyeon menambahkan.

Dae-ah memang tidak pernah menemukan kobohongan di mata Jongin. Jongin selalu tulus padanya.

"Kau sendiri? Apa kau menyukainya ?",tanya Junmyeon tiba-tiba.

"Na?", Dae-ah menunjuk dirinya, di sambut dengan anggukan Junmyeon.

Dae-ah menerawang jauh ke depan menatap hamparan pasir yang tersapu ombak di hadapannya.

"Sejujurnya, aku belum benar-benar tau perasaanku oppa. Aku suka selalu mencoba hal-hal baru. Pengalaman baru ketika magang aku bisa mendapinginya selama beberapa bulan menggantikan Do biseo. Aku tau dari sudut pandangnya mengenai cara berbisnis. Cara mengelola banyak sekali emosi ketika kita bertemu dengan berbagai macam klien.", Dae-ah menarik nafasnya.

"Saat ini aku baru saja bergabung dengan bisnis temanku. Tidak jauh berbeda dengan Bubblix, aku bekerja di butik, kau pasti tau, Jongin pasti bercerita pada mu. Aku tak ingin terlalu di kekang, aku ingin menjalani hari-hariku semauku. Aku ingin suatu hari nanti aku bisa mendapatkan pasangan yang mendukung semua ide-ideku. Mungkin aku belum siap untuk jadi istri CEO yang cantik dan anggun seperti Irene eonni", jawab Dae-ah.

"Kau tidak menjawab pertanyaanku, Dae-ah ssi. Kau menyukainya?".

"Aku belum bisa memastikannya oppa. Selama ini aku hanya fokus dengan diriku sendiri. Tapi harus aku akui, Jongin hebat. Mungkin Jongin bisa mendapatkan yang lebih pantas daripada aku", jawab Dae-ah sembari menatap Junmyeon sendu.

"Chh, baiklah". Junmyeon menarik sudut bibirnya menatap Dae-ah.

******
Dae-ah kini berpamitan dengan keluarga Kim, karena ia mengaku ada janji dengan seorang temannya di Jeju sore nanti. Kini Irene sedang dalam perjalan untuk membawa anak-anaknya makan siang bersama suaminya.

Irene sempat melihat Junmyeon banyak bercerita dengan Dae-ah. Ia berencana mengulik sedikit tentang Dae-ah.

"Yeobo, kau banyak mengobrol dengan Dae-ah tadi. Apakah mereka akan segera menikah dalam waktu dekat ?", tanya Irene tiba-tiba.

"Sepertinya tidak, aku seperti sedang melihat dirimu yang dulu, ketika masih ingin mengejar mimpimu di Jepang dan menolak lamaranku. Hahah aku tak menyangka Jongin akan mengalaminya".

"Yaa! Kau sangat tidak layak di perjuangkan dulu. Aku tak mau bersamamu, ku rasa kau terlalu clingy, kau ingin selalu ada di dekatku. Kau terlalu manja, aku tidak suka laki-laki manja. Berbeda dengan adikmu, Jongin bisa membawa dirinya, Kaist dan Bubblix sangat bagus dibawa Jongin. Dae-ah hanya belum terbiasa dengan ritme Jongin yang sudah tertata dan terarah", jawab Irene tak mau kalah.

"Yaa harus ku akui, Jongin segera mengetahui maunya. Dan ia selalu punya goals. Dia well known side well organized.", Junmyeon mengangguk.

"Apakah Dae-ah menyukai Jongin?", tanya Irene lagi.

"Ku rasa ia hanya belum menyadari perasaannya. Ku rasa ini kali pertama ia jauh dari Jongin untuk waktu yang cukup lama. Lagi pula Dae-ah tidak sedang sibuk, aku tau ia pergi kesini hanya mencari pelariannya, sebentar lagi ia pasti akan menyadari hari-harinya yang kosong.", jawab Junmyeon percaya diri.

"Aku tak tahu mengapa wanita sangat senang menyia-nyiakan waktunya".

"Yaa! Kau juga begitu duluuu, kau bahkan menjauh dariku satu tahun lamanya, memendam perasaanmu, cih! Sekarang kau bisa bicara seperti itu, wanitaaaa!",ejek Junmyeon.

"Aku tidak menghindarimu selama satu tahun, aku hanya mencari tahu apakah kau masih mau mengusahakanku atau tidak, mencari keseriusanmu di Jepang.", Irene berkilah.

"Itu hanya alasanmu saja, Bae Irene!".

*****

Sementara di belahan Korea yang lain.

Jongin sedang sibuk mempersiapkan pelucuran mall keduanya di Jepang bersama Chanyeol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jongin sedang sibuk mempersiapkan pelucuran mall keduanya di Jepang bersama Chanyeol. Ia sedang sibuk-sibuknya, ia rindu dengan Dae-ah. Tapi semakin ia tidak ada kegiatan akan semakin merasakan sakitnya. 

Bekerja tiada henti adalah stress sign dari Kim Jongin. Semakin ia menyibukkan dirinya itu artinya ia sedang dalam masa stress yang tinggi.

Kini ia sedang di Jepang bersama Chanyeol untuk makan malam dan memesan layanan kamar di hotel tempat mereka menginap.

"Jongin-ah bersantailah sedikit. Kau tidak beristrirahat sedari pulang dari conferensi pers", kata Chanyeol setelah menutup telpon hotelnya usai memesan layanan dari hotel untuk makan malam mereka. Jongin bersikeras tetap di kamar ketika Chanyeol bahkan menawarkan saikoro beef yang terkenal seantero Jepang.

"Ada yang harus ku selesaikan. Kau beristirahatlah", sahut Jongin masih fokus dengan tabletnya.

"Kau sedang bertengkar dengan tunanganmu?", tebak Chanyeol.

"Kidding me?", tanya Jongin.

"Sepertinya kini aku memahami stress sign mu, kau akan terus bekerja untuk mengalihkan rasa jengkelmu. Ya! Berceritalah jangan di pendam, itu akan jadi penyakit!".

"Kau terus melantur!", jawab Jongin acuh.

"Yaa! Wendy bercerita padaku, Dae-ah sedang berlibur di Jeju. Dia sedang berlibur atau itu adalah stress signnya? Semakin ia suntuk semakin ia ingin pergi dari dunianya. Pergilah berlibur. Jemput Dae-ah. Beristirahatlah untuk beberapa hari.", Chanyeol memberinya sedikit usulan. Karena ia mulai kasihan melihat sahabatnya terus menyembunyikan perasaanya, di balik pekerjaan pekerjaannya.

"Kau kan tau, Dae-ah bukan tipe perempuan yang senang di kejar ketika marah. Ia ingin waktu penuh untuk dirinya sendiri.", Jongin mengatakannya tanpa melihat Chanyeol sedikitpun.

"Gotcha! Kalian sedang bertengkar bukan! Hey brother, tidak ada perempuan di dunia ini yang tidak mau di kejar. Mengejarnya bukan berarti kau ingin mengganggu waktunya, itu adalah salah satu cara yang harus kau coba, buktikan kalau kau serius dengannya.".

"Aku tidak pernah bermain-main dengannya", jawab Jongin dengan mata molotot dan kini pandangannya beralih pada Chanyeol yang menahan senyumnya, berhasil membuat Jongin berhenti bekerja.

"Tunjukkan!", jawab Chanyeol.

Jongin tak bergeming masih menatap Chanyeol serius.

"Haruskah? ".

*****



perempuan mana yang gamau di kejaaaaar? kata w mah, Jongin lu ga pekaaaaa.
jan lupa voment muchLovs!!

ESCAPE PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang