Pagi ini Jongin membawa koper besarnya pergi berpamitan pada Dae-ah. Yerim juga sepertinya kembali ke Seoul karena liburannya telah usai. Kebetulan yang sangat bagus, harusnya Dae-ah tidak akan makan malam sendirian di rumah, karena bibi Ahn akan kembali ke rumah Jongin.
"Na, kkanda. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat, dan kembali ke Busan. Eum?", kata Jongin sembari mengusap lengan Dae-ah pagi ini.
"Ne, hwaiting!", Dae-ah tersenyum mengantarkan Jongin yang sudah di jemput oleh sekertarisnya pagi ini untuk segera ke bandara.
Dae-ah menatap mobil Jongin hingga benar-benar menghilang dari pandangannya. Namun sejak makan malam bersama dengan Jongin dua hari lalu, pikiran ini terus mengganggunya.
Sempat terfikirkan olehnya untuk mengembalikan cincin pertunangan yang di berikan Jongin pada mr.Kim. Dan sepertinya ini adalah waktu yang tepat. Setelah proyek yang di Jepang berhasil, ku kira dengan pembatalan pertunangan ini tidak akan banyak menggangu fokus Jongin.
Dae-ah mencoba berfikir jernih, apakah semua ini benar-benar yang ia inginkan? Beberapa waktu ini mereka sangat kompak dalam mengurus rumah bersama, mereka mulai terbiasa bersama, sudah tidak saling terganggu dengan keberadaan masing-masing. Dae-ah mulai mempertanyakan kembali keputusannya.
Kesempatan ini sudah lumayan lama ia tunggu. Dae-ah setuju untuk bekerjasama dengan Jongin hanya sampai proyek yang Jongin tangani selesai, dan Dae-ah yakin ini waktu yang tepat untuk memutuskan segalanya.
Tapi menatap kepergian Jongin kali ini, sungguh dengan berat hati ia menyambut harinya. Entah karena hari ini tidak ada Jongin bersamanya saat sarapan, sehingga ia mulai merasa nyaman dengan semuanya akhir-akhir ini merasa sedikit kosong.
"Agasshi...! Dae-ah ssi!", sapa bibi Ahn sedikit mengoyangkan badannya di meja makan menatap kosong.
"Ah ne, bibi Ahn, waeyo?", Dae-ah sedikit terkesiap.
"Aku akan berangkat ke minimarket siang nanti, ada yang mau kau beli? Mungkin aku bisa membawakannya untukmu", tawar bibi Ahn.
"Ah anieyo bibi Ahn, aku akan membelinya sendiri. Gomabseumnida".
"Ah nee, lanjutkan makanmu, aku permisi dulu Dae-ah ssi".
*****Dae-ah sedang memasuki kantor pemasaran di dekat butik Wendy. Akhirnya ia mendapatkan kabar baik untuk satu unit apartemen yang kosong. Sepertinya semesta mendukungnya untuk melanjutkan rencananya yang sempat tertunda. Ya, ia masih tetap bersikeras untuk membatalkan pertunangan ini.
"Ne, kamsahamnida.", Dae-ah membungkuk pada seorang wanita yang kini memberikan kunci apartemennya.
"Semoga kau nyaman tinggal disana agasshi", jawab perempuan tersebut.
Dae-ah kemudian keluar dari kantor pemasaran tersebut dan masuk kembali ke dalam mobilnya. Bukan, mobil yang Jongin pinjamkan. Yaa, ia harus segera mengembalikannya seperti semula.
Hari ini Dae-ah mengaku sedang tidak enak badan pada Wendy. Padahal hari ini ia sedang mengendarai mobilnya untuk pergi ke Seoul. Ya, semakin cepat selesai semakin baik pikirnya, ia lelah dengan pikiran yang masih terus mengganggunya beberapa hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE PLAN
RomancePembatalan pertunangan apapun caranya. "Pernikahan? Jangan bicara omong kosong. Menjalin hubungan? Hah, itu hanya akan membuang waktuku. Berhentilah". Byun Dae-ah, 23. "Aku pun tidak sedang bicara omong kosong, akupun tidak mau membuang waktuku perc...