Malam ini nampak sedikit berbeda, rasanya haechan tidak enak hati. kini ia tengah menidurkan chenle karena merengek-rengek kakinya sakit namun dalam hitungan 5 menit akhirnya ia tertidur.
haechan keluar kamar untuk mencari keberadaan mark, ah ternyata ia belum tidur. mark masih duduk di kursi kerjanya.
"mas.."
mark menoleh ke arah pintu haechan tengah berdiri di sana.
"chenle sudah tidur?" pertanyaan pertama yang di dapatkan haechan.
"iya, mas kapan mau tidur?"
"sebentar lagi, kamu duluan aja tidur nanti mas nyusul."
haechan mengangguk pelan kemudian pergi meninggalkan ruangan kerja suaminya itu. hampir 20 menit haechan menunggu sang suami tapi ternyata belum kunjung datang. akhirnya ia kembali keluar mencari keberadaan mark.
di ruangan kerja tidak ada, apa mark di dapur? ah benar saja saat haechan turun tangga ia melihat mark tengah meneguk air minum dalam kulkas haechan menghampiri mark.
"mas"
"kenapa belum tidur?"
"aku nungguin kamu mas."
mark memalingkan wajahnya sejenak. "mas masih marah ya?"
"for what?"
"soal siang tadi."
"sudah malam ayo ke atas."
saat hendak pergi haechan menahan lengan mark menatap lekat mata suaminya itu.
"tolong jangan cuekin aku mas, marahi saja aku mas aku tak apa."
"tolong jangan bahas sekarang, mas lagi pusing mas ga mau ngelampiasin ke kamu." ucap mark sembari melepas tangan haechan di lengannya.
"tidak baik suami istri tidur seranjang dalam keadaaan masalah belum selesai, mas."
"yasudah kalo begitu kamu atau aku yang tidur dengan chenle malam ini." ucap mark menatap haechan.
"kamu mau pisah ranjang mas?"
"bukan begitu, kamu sendiri kan bilang tidak baik tidur satu ranjang saat masalah belum selesai."
"tolong mas jangan seperti ini!"
geram akhirnya mark mencengkram lengan haechan sedikit kasar.
"seperti ini apa? dengar, aku berusaha melupakan kejadian tadi agar aku tidak emosi haechan. wajar kan jika aku cemburu melihat kamu dengan pria itu? aku marah karena kamu lalai dalam menjaga chenle karena bertemu dengan pria itu. aku cuma minta kamu jangan membahasnya sekarang tapi kenapa kamu keras kepala?!"
kedua mata itu saling beradu saling mengeluarkan isi hati, haechan dapat rasakan dari cengkraman mark di lengannya meski sakit ia tak melepasnya biarkan saja suaminya itu tengah menghukum nya.
sadar akan cengkramnya terlalu kencang akhirnya mark melepaskannya, mengatur nafasnya.
"maafkan aku, sudah naiklah ke atas bersama chenle hari sudah larut malam."
setelah mengatakan itu mark pergi meninggalkan haechan yang masih termenung di sana.
🐻🐯
Pagi ini sedikit dingin karena sikap mark masih sama, tapi ia tidak melakukannya di depan chenle seolah tak terjadi apapun.
Di meja makan sarapan seperti biasanya, tapi haechan hanya diam saja melihat mark dan chenle bergurau ria sembari menghabiskan sarapannya.
"ayo sayang sudah jam delapan." ucap mark sembari memasukkan laptopnya ke dalam tas.
"em, mas ini bekalnya."
mark mengambil kotak bekal yng haechan berikan kemudian menggandeng chenle pergi begitu saja.
"dadah mom!"
haechan tersenyum kecut, apa mark lupa ciumannya? biasanya ia akan menciumnya meski itu di kening tapi pagi ini senyuman untuknya aaja tidak ada.
setelah berberes beres rumah haechan melirik jam pukul 3 sore, ia melihat handphone miliknya tak ada satupun notifikasi dari sang suami. biasnya mark akan memberinya kabar meski hanya sebuah foto makanan.
"mas mark benar benar marah..." gumamnya
waktu begitu cepat berlalu, kini mark dan chenle sudah pulang. haechan menyambut keduanya di depan, mengambil jas mark untuk ia bawak.
"mas mau air hangat atau dingin?"
"dingin." jawab mark seadanya.
setelah menyiapkan air dingin mark langsung membersihkan diri, 10 menit selesai membersihkan diri mark duduk di sofa sembari mengecek ponselnya.
haechan berniat duduk di samping mark namun saat hendak duduk mark malah bangkit dari posisinya dengan cepat haechan menahannya.
"mas mau kemana?"
"keruangan kerja."
"mas mau sampai kapan seperti ini? ayo bicarakan masalah ini mas."
"haechan lepaskan tanganku."
"ga mau! mas... kalo kamu mau marah marah saja mas marahin aku, atau kamu mau pukul ku juga tidak apa mas—
"Apa kamu udah gila?!" bentak mark
mark menatap haechan tajam. "apa apaan ucapanmu itu? mukul kamu? aku ga segila itu sampai mukul kamu cuma masalah sepeleh ini."
mark menghela nafas panjang mengusap wajah nya dengan kasar. "apa mas tidak mencintai ku lagi?"
"apa maksud mu?"
"dimana kecupan pagi kamu? dimana panggilan sayang kamu mas? apa kamu menyesal menikah denganku? aku minta maaf, aku benar benar tidak ada hubungan dengan sungchan, aku minta maaf atas kelalaian ku aku memang istri yang buruk—
cup!
bibir merah muda itu di kecup lama oleh mark, tangannya menarik pinggang sang istri untuk semakin dekat dengan tubuhnya.
"eunggg"
plop
ciuman itu terlepas, mark menatap lekat wajah haechan yang sudah berkaca-kaca.
"tolong jangan mengatakan omong kosong sayang.. aku tidak pernah menyesal menikahimu, kamu bukan istri yang buruk, kamu segalanya untukku. maafkan mas yang egois cuekin kamu rasa cemburu mas sudah menutup hati mas ini."
haechan mengusap rahang mark kemudian ia cium lama hingga mark memejamkan matanya merasakan bibir hangat itu mencium rahangnya.
"aku mencintaimu mas, tolong maafkan aku..."
mark menggeleng ribut. "tidak mas lah yang bersalah, mas bahkan ga dengerin penjelasan kamu, bahkan ini—
mark mengelus lengan haechan yang sedikit berbekas.
ini luka pertama yang mas berikan padamu, mas minta maaf maaf bodoh sayang."
"tidak! tidak mas."
haechan memeluk erat tubuh mark begitupun mark memeluk tubuh haechan dengan sangat erat ia kecupi wajah haechan penuh sampai bawah oleh air liurnya.
haechan hanya tersenyum menerima ciuman di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I got you Haechan!
FantasyHaechan single parent yang mengharuskan menghidupi anaknya chenle tak sengaja betemu dengan pria blasteran canada bos nya di sebuah kantor tempat ia bekerja. "Kapan kau akan menerimaku?" -mark "maaf, aku butuh waktu mas" -haechan "mom, om malk tadi...