11

0 0 0
                                    

Dengan langkah lebar Alea berjalan ke arah ruang rawat Rey. Senyuman diwajahnya sama sekali tidak ia lunturkan.

Ia masuk dan disambut orang-orang yang sudah berada disana, jangan lupakan mata Alea yang jeli membuatnya melihat senyuman manis Rey yang tercetak diwajah tampannya meskipun lelaki itu masih menggunakan masker oksigen.

"kita keluar dulu ya" Ucap bunda.

Tersisa hanya dua orang yang berbeda jenis tersebut di dalam ruangan itu. Kemudian Alea mendekati brankar dan menggenggam tangan lemah Rey erat.

"jangan kayak gini lagi kak" Ucapnya dengan lirih.

Rey hanya tersenyum dan menatap wajah acak-acakan gadisnya yang sayangnya masih terlihat cantik dimatanya itu tanpa mengalihkan pandangan area kemanapun.

"kak..." Panggilnya.

Rey menggeleng pelan, rasa tubuhnya seperti tertimpa banyak barang. Bahkan untuk bicara ia harus menggunakan banyak tenaga. Beberapa tenaganya telah ia gunakan tadi untuk berbicara dengan orang-orang dan kini ia harus berusaha agar suaranya keluar.

"dengerin aku.."

"nanti, kamu harus bisa jaga diri sendiri. Gak boleh cengeng, jangan gampang percaya sama orang lain, harus bisa mandiri buat jadi cewek kuat" Lanjutnya.

"kenapa kamu ngomong gitu?"

"sstt gak boleh nangis nanti cantiknya ilang, sini deketin mukanya"

Alea menurut, Rey mengusap air mata yang menetes dari mata Alea, kemudian ditangkupnya pipi chubby Alea dengan satu tangannya.

"aku nyerah, maaf gak bisa nepatin janjinya ya sayang. Maafin aku"

"enggak boleh, ayo semangat lagi kan ada aku kak. Kakak mau apa? ayo nanti kita jalan-jalan lagi kayak kemaren"

"enggak sayang, aku gak bisa liat kamu yang kayak gini. Lepasin ya"

"kak?"

Alea menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percayanya, sedangkan yang ditatap hanya memasang senyum lebarnya.

Risih dengan masker oksigen yang terpasang, ia melepaskannya agar lebih leluasa bernapas meskipun sebenarnya ia lebih sulit bernapas saat melepasnya.

"kak jangan aneh-aneh deh"

"bentar aja ya"

Tak mau berdebat, Alea diam menunggu apa yang akan dilakukan pacarnya. Rey diam dan melirik ke arah elektrokardiograf (EKG) dengan waktu yang cukup lama, hal itu membuat Alea juga melihat apa yang dilihat Rey.

Puas memandangi alat itu, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke wajah cantik didepannya, sungguh ia masih ingin memandangi wajah itu dengan waktu yang lama.

"Alea..." Panggilnya.

"kamu harus jadi cewek yang kuat ya, ragaku mungkin gak ada, tapi jiwaku bakal seterusnya sama kamu. Cari pasangan yang nantinya mau nerima kamu apa adanya kekurangan dan kelebihan kamu, demi apapun aku gak bakalan ikhlas kalau kamu ditangan yang salah" Titahnya dengan nada yang lebih lemah dari sebelumnya.

"tolong elusin dong kayak biasanya ya" Lanjut nya yang sekarang dengan suara yang lirih bahkan hampir berbisik.

Alea menurut, ia mengelus lembut puncak kepala Rey dengan air mata yang terus keluar tanpa bisa ia cegah. Sementara itu, lelaki tersebut melebarkan senyumannya dan masih asik memandangi Alea.

Semakin lama Rey merasa pasokan udara semakin menipis, tetapi ia masih menahan senyumannya dan menikmati elusan yang mungkin menjadi yang terakhir kalinya.

Semakin lama, netra hitam legam tersebut perlahan menutup. Sesaat sebelumnya ia menggumamkan sesuatu, namun kesadarannya sudah hilang terenggut diiringi suara EKG yang menggema.

Orang-orang yang berada di luar ruangan seketika tergesa memasuki ruangan itu. Terlihatnya orang tertidur dengan senyuman yang masih tersisa, juga seorang dengan tatapan kosong disertai air mata yang mengalir dan tangan yang masih mengelus puncak kepala tersebut.

"nak, tenang disana ya. Bunda udah lepasin kamu" Tatapannya beralih ke gadis yang didepannya.

"Alea sayang"

Alea menoleh dan pecahlah tangisannya dipelukan bunda. Ia tidak menyangka akan mengalami hal ini. Apakah salah satu tuhan mereka marah karena ia memaksakan hubungan ini?

Beralih dari Alea, ada dua pemuda yang mengumpati orang tidur didepannya meski dengan air mata mengalir.

"bangun bangsat lo bilang mau lihat kita wisuda bulan depan! Lo bohong!" Umpat Kevin.

"bajingan satu ini emang gak bisa kalau gak dikasarin dulu Vin, tapi sekarang kita coba ngomong nya baik-baik. Jadi Rey, ayo bangun"

"lihat cewe lo Rey. Mana yang katanya gak mau bikin dia nangis mana? Lo yang buat dia nangis segitunya" Lanjut Elfan.

"bener, lo jahat bro" Ujar Kevin.

***

Alea lebih banyak diam usai jasad Rey dikebumikan. Sudah berbagai cara bunda dan teman-temannya menghibur namun tak ada yang berhasil. Ia sungguh merasakan kehilangan yang sesungguhnya.

Saat setelah menenangkan Alea di Rumah Sakit, bunda meminta bantuan kepada dua teman putranya untuk mengurus pemakanan.

Kemudian saat jasad Rey dipulangkan ke rumah untuk diurus, Alea pun tak mendekat. Bahkan Fira berusaha untuk mengajak Alea melihat Rey untuk yang terakhir dan tidak berhasil yang membuat Fira angkat tangan.

Hal itu membuat Elfan turun tangan. Tidak mungkin Kevin karena laki-laki itu juga sama seperti Alea.

"Alea, dengerin gue. Kalau lo gak keluar sekarang lo bakalan nyesel gak bisa liat muka Rey yang terakhir"

Alea menoleh, tanpa bersuara ia berdiri dan berjalan keluar karena posisinya berada di kamar milik Rey. Elfan mengode Fira untuk mengikuti Alea.

Sesampainya di ruang tengah, Alea melihat peti yang berisi kekasihnya. Ia mendekat, mengelus wajah yang biasanya bercanda gurau dengannya kini telah terganti dengan wajah pucat.

Ia gagal menahan air matanya. Dadanya terasa sangat sesak bahkan untuk sekedar bernapas. Alea terus memperhatikan wajah pucat yang tertidur itu hingga kesadarannya hilang.

Bunda yang berada di samping Alea sigap menahan tubuh itu, dan diambil alih oleh Elfan. Dikarenalan Alea pingsan cukup lama, jadi ia tidak ikut saat pemakaian Rey.

Kedua orang tua Alea juga menghadiri pemakaman tersebut bahkan dengan Allan yang masih menginap. Namun bocah itu dititipkan kepada Fira.

Malam hari tiba, dan kini Alea juga sudah berada di rumahnya tepatnya di kamar. Ia tak sendiri, ada Allan yang memperhatikan Alea dengan tatapan kosongnya. Alea juga tak menangis, air matanya habis terkuras siang tadi.

"kakak ayo tidur Allan tepuk-tepuk"

Mendengar suara Allan, barulah Alea menoleh. Kasian sekali bocah kecil itu sedari tadi ia acuhkan.

"maafin kakak ya dari tadi gak merhatiin kamu"

"gapapa kak Allan ngerti karena tadi sama ibu sama aya dijelasin. Tapi sekarang kak Ale harus tidur biar gak sakit ya"

Alea mengangguk, kemudian direbahkan badannya serta tangan kecil yang menepuk-nepuk lengannya.

"jangan tidur malem-malem ya Allan, kalau capek nepuknya udahan aja"

"siap kakak"

Terpejamlah mata itu hingga tak lama dengkuran halus tanda sudah terlelap terdengar.

"wah udah tidur, kalau gitu Allan sekarang yang tidur. Selamat malam kakak, jangan nangis-nangis terus ya"

Y.O.U (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang