13

1 0 0
                                    

Keesokan harinya seperti rencana yang sudah dibuat, Alea keluar untuk jalan-jalan menghabiskan minggu terakhir libur.

"Alea pergi dulu ya ibu, ayah"

"hati-hati jangan pulang malem-malem"

"kalau duitnya habis calling ayah aja"

"siap ibu, ayah.. dadahhh"

Tiba ditempat yang ia tuju yaitu tempat dimana terakhir kali ia bersama Rey. Malam itu memang mereka berdua bisa datang bersama, namun kali ini hanya Alea yang datang bersama kenangannya.

"huft, ternyata meskipun gak malem pemandangannya masih indah. Untung waktu itu kamu maksa jalan, kalau enggak aku gak akan pernah punya kenangan sama kamu kak" Gumamnya.

Ia melihat ke kanan dan ke kiri terdapat banyak muda mudi yang datang bersama pasangannya dan teman-temannya. Lihatlah ia menjadi pemberani karena bisa datang sendirian ditempat seramai ini.

Tiba-tiba ada seseorang yang duduk disebelahnya. Membuat Alea yang terfokus dengan pemandangan indah didepan mengalihkan perhatiannya ke samping.

"Elfan?"

"sendiri?"

"ha?"

"kesini sendiri?"

"oh iya"

Hanya itu yang terucap dari bibir Alea. Ia juga bingung kenapa tiba-tiba orang ini berada disini.

"kangen Rey?"

"hm?"

"lo kangen Rey kan?"

"...."

"ini tempat gue Rey sama Kevin kalau lagi gabut. Selain lo, gue juga punya kenangan sama dia disini" Jelasnya.

"lo tau, setiap kita kumpul dia selalu antusias nyeritain lo. Gimana lo suka random, suka manja, kadang cengeng, pemberani, mood yang berubah-ubah, suka ngemil dan suka banget sama yang namanya coklat" Lanjutnya sembari menatap kedepan seolah menerawang gambaran dulu apa yang terjadi.

Alea? Ia tidak bisa mengelak dengan pernyataan Elfan jika ia merindukan Rey. Dan lebih terkejud dengan pernyataan jika Rey selalu menceritakan tingkahnya ke temannya.

"gu-gue, gue kangen dia El"

Elfan menarik Alea ke pelukannya. Ia tau jika Alea menahan semuanya sendiri. Alea butuh sandaran untuk membiasakan takdir yang terjadi.

"gue tau gue salah maksain dia yang udah jelas temboknya tinggi, tapi gue beneran sayang banget sama dia El. Gue tau tuhannya marah tapi kenapa harus ngambil dia dari gue kayak gini El" Pecah sudah tangisan Alea.

Elfan hanya diam mendengar keluh kesah yang dirasakan Alea. Ia juga merasa kehilangan sosok temannya yang dewasa, yang biasanya bercanda gurau dan memberi wejangan-wejangan.

"kita ke Rey ya" Tawar Elfan yang diangguki Alea.

"tenangin diri lo dulu baru kita kesana"

Alea menarik diri menjauh dari Elfan, dirinya terbawa suasana hingga tak sadar juga tadi mencengkeram kuat kaos yang digunakan Elfan. Ia melirik bekas cengkeramannya dan terlihat jelas bahwa perbuatannya tadi membuat lecek kaos Elfan. Ah dia jadi tak enak.

Selesai menenangkan diri, mereka menuju ke makam umum dimana tempat Rey dimakamkan. Sesampainya disana, Alea dan Elfan hanya diam memandangi makam yang bertuliskan nama Reynald Aska Alexyo didepannya.

Cukup lama mereka terdiam, namun tak berapa lama Alea mengingat jika ia tadi sempat membeli bunga. Ia taburkan ke makam itu hingga merata. Hal itu tak luput dari tatapan Elfan.

Y.O.U (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang