19

0 0 0
                                    

"loh ini semuanya dibuat karangan bun?"

"iya soalnya mau dibuat pembukaan toko ini"

"pembukaan toko?"

"Sely, kamu lanjutin dulu ya sama yang lain, saya tinggal dulu bentar"

"baik bu"

"Alea, ayo ikut bunda nak"

Bunda membawa Alea ke ruang kerja. Lalu dibuka lah laci meja kerjanya dan mengambil sesuatu barang yang dibungkus sebuah kotak.

"Alea, maaf bunda baru ngasih tau kamu. Bunda memutuskan untuk pindah rumah dan menjual ruko ini"

"bunda mau pindah ke mana?"

"bunda mau pindah ke rumah peninggalan orang tua bunda, di Surakarta"

"kenapa tiba-tiba bun?"

"bunda gak bisa nak disini sendirian. Setiap bunda diam di satu tempat, bunda selalu keingat sama Rey. Maafin bunda ya Ale"

"gak papa bun, itu juga demi kebaikan bunda kan"

"dan ini, Rey nitipin ke bunda waktu itu nyuruh buat ngasih ke kamu, tapi bunda lupa. Dia minta buat kamu jadi ini. Bunda juga gak tau isinya apa" Ujarnya sambil memberikan kotak tadi.

"kenapa kak Rey gak ngasih langsung ke aku bun?"

"keadaannya gak memungkinkan nak"

"kapan bunda pindahnya?"

"besok"

"....."

"Alea, bunda cuman minta satu hal sama kamu. Bahagia ya sayang, lupain anak bunda karena kalian sekarang lebih jauh. Sekarang ada Elfan juga yang gantiin Rey jagain kamu, kemarin dia ijin sama bunda. Baik-baik ya sayang"

Bunda memeluk Alea erat, jujur ia tak ingin meninggalkan gadis yang sudah seperti putrinya sendiri, akan tetapi keadaan memaksanya harus pergi.

***

Malam harinya Alea duduk termenung sembari memandangi cermin yang menampilkan dirinya sedang menggunakan kalung berbandul mawar merah yang menggantung indah di lehernya. Kalung itu ia dapat dari kotak yang diberikan bunda tadi siang.

"huft, kenapa jadi kayak gini keadaannya?"

Tring Tring

Melihat nama siapa yang menelponnya, membuat Alea nengabaikan telepon tersebut. Karena diabaikan, orang itu masih tak gentar untuk menghubungi Alea.

"kenapa?" Tanya Alea tanpa berbasa-basi.

"ada yang mau gue omongin"

"gak perlu"

"lo gak mungkin mau Rey gak tenang disana kan karena lo gak mau ngehargai pilihannya sebelum meninggal?"

"....."

"gue gak masalah sih kalau lo gak mau, lagian juga bukan gue ya-"

"oke gue mau"

"good girl, besok gue jemput ke rumah bunda buat bantu-bantu. Good night my girlfriend"

Tut

"ck, sialan"

Alea memilih untuk tidur karena jika tidak, bisa dijamin otaknya akan berasap karena kebanyakan berpikir ini itu.

Keesokan harinya, Alea mengawali pagi masih seperti biasa. Bangun tidur merapikan tempat tidur, cuci muka dan juga gosok gigi.

"pagi bu, ayah udah berangkat kerja?"

"baru aja berangkat, ayo bantuin beresin rumah"

"oke"

Alea hanya membantu menyapu dan mengepel rumah. Lalu saat ia melihat cucian piring yang masih menumpuk dirinya berinisiatif untuk mencuci semua itu.

"tumben kamu rajin banget"

"astaga bu, males dimarahin sekarang rajin di komplain"

"ya ibu takut aja kamu kesambet, kan gak lucu"

"terserah ibu deh. Oh ya bu Alea habis ini mau ke bunda soalnya orangnya mau pindah rumah"

"loh mendadak?"

"iya gitu deh"

"kenapa kok pindah?"

"panjang ceritanya bu, pokoknya pindah ke rumah peninggalan orang tuanya"

"yaudah gih mandi siap-siap"

Alea mengangguk dan segera bersiap diri. Untuk hari ini Alea memakai pakaian simpel dari pada biasanya, yaitu kaos dan celana panjang. Rambut panjangnya ia kuncir kuda. Tak lupa kalung mawar menambah kesan simpel tapi menarik.

"mending gue pake lipcream, lipstik, lipbalm, apa liptint ya"

"hhmm ini aja deh, sejak kapan gue punya nih liptint?"

Setelah berkutat dengan para pewarna bibir, ia memilih untuk menunggu jemputan di ruang tengah sekalian melihat TV.

"Al"

"kenapa bu?"

"ini tolong nanti kamu kasih ke bundanya Rey ya. Bunda taroh sini"

"oke, ini temen Alea juga udah dateng. Alea pamit bun"

"jangan pulang malem-malem"

"iya bun, assalamu'alaikum"

"waalaikumsalam"

"gue bawa motor gak masalah kan?" Tanya Elfan.

"gue biasanya naik helikopter sih"

"keren dong" Balasnya sembari tertawa pelan.

"gak lucu, cepetan jalan!"

"iya iya tuan putri"

Sesampainya di rumah bunda, Alea memberikan titipan ibunya tadi. Ia takut lupa jika tak segera memberikannya.

"yaampun bilang ke ibu kamu makasih ya, jadi repot-repot"

"aman bun"

"kalungnya bagus"

"ah ini yang kemarin bun"

"cantik kayak yang makai, oh iya ini yang bunda janjiin hadiah nya" Ujarnya sambil memberikan sebuah paper bag.

"makasih bun" Alea tersenyum malu.

"gimana? udah clear kayaknya?" Tanya bunda saat melihat Elfan yang baru saja masuk setelah memindahkan salah satu barang yang akan dibawa bunda.

"iya bun, ya meskipun ada kendala dikit"

"ahaha tapi masih aman kan"

"clear apasih bun?"

"bukan apa-apa, kalau gitu bunda pamit ya. Kamu jaga diri baik-baik ya sayang, bunda doain kamu nemu kebahagiaan yang belum kamu rasain. Nanti bunda kasih alamatnya kalau kamu mau main kesana"

"iya bun, makasih"

"bude juga pamit ya mbak Ale. Jangan lupa kapan-kapan kalau asa waktu main kesana"

"bapak juga ya mbak, mbak Ale sehat-sehat. Kalau kemana-mana hatu-hati soalnya sekarang bapak udah gak bisa sering nganterin mbak Ale kayak dulu"

"iya bude, Pak Man, Alea bakalan inget semuanya. Ini udah mode merekam kok"

"kita pamit ya nak"

Untuk yang terakhir kali sebelum berpisah, bunda memeluk Alea. Alea benar-benar sudah seperti menjadi putrinya sendiri.

Sepeninggalnya mereka, kini hanya Alea dan Elfan yang masih berada di rumah itu. Elfan menatap Alea yang sedang menyelusuri bangunan didepannya tanpa terganggu dengan hal apapun. Kemudian diambilnya tangan Alea yang membuat sang empu terkejut dan reflek menatap pelaku.

"Alea, gue janji bakalan bantu lo keluar dari jurang sakit yang lo alamin, gue janji"

Y.O.U (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang