28. Luka dan kenangan

11 4 33
                                    

28

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

28. Luka dan kenangan

Jika kau senang bermain dengan kenangan masa lampau, sekiranya kau juga harus rela mengenang rasa sakitnya.

Tempat itu terasa sepi, hanya dihuni oleh sunyi yang menggema di antara gundukan tanah merah yang menjulang tinggi. Rerumputan hijau dan bunga-bunga yang berwarna-warni tersebar di atasnya, memberikan sentuhan keindahan yang kontras dengan suasana yang sedih. Banyak orang mengatakan bahwa tempat ini merupakan tempat yang mereka pilih untuk melepaskan air mata, menangisi kedukaan yang dirasakan, dan meratapi kehilangan yang tak tergantikan.

Di tengah keheningan itu, suara doa mengalir dengan lembut di udara. Lontaran kata-kata penuh rasa, terucap dengan gemetar dan diiringi oleh tetesan air mata yang jatuh tanpa henti. Isak tangis yang memilukan terdengar di sekitar, menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya. Langit yang sebelumnya cerah dan biru, kini berubah menjadi kelabu, seolah-olah menunjukkan kesedihannya pada seluruh semesta. Hujan turun dengan deras, mengguyur tanah dengan lembut namun penuh kesedihan.

Di pinggir gundukan merah, terdapat seorang laki-laki yang terduduk lemas. Tubuhnya basah kuyup akibat terkena hujan yang tak kenal ampun. Ia memperhatikan kepala nisan yang terletak di depannya, bertuliskan nama seseorang yang sangat ia kenal. Dalam keheningan yang terasa semakin dalam, dengan tangan gemetar, ia memegang kepala nisan tersebut. Raut wajahnya dipenuhi dengan ekspresi antara kesedihan, kehilangan, dan kelelahan. Setetes air hujan bergabung dengan air mata yang mengalir di pipinya, menciptakan jejak basah di wajahnya yang kini tampak pucat dan lelah.

Dengan tangan terangkat ke langit, laki-laki itu memejamkan matanya, membiarkan tetes bening jatuh membasahi telapak tangannya. Suara doa lembut mulai mengalun, melantunkan kata-kata suci untuk gadis cantik yang kini beristirahat di alam sana. Setelah selesai berdoa, laki-laki itu kembali membuka matanya dan memperhatikan kepala nisan itu lagi.

"Hai, Ca. Apa kabar? Aku rindu kamu."

"Udah selama ini ternyata kamu pergi ninggalin aku, kamu bahagiakan di sana?" Suara laki-laki itu terdengar bergetar dengan tangannya yang bergerak-gerak mengusap kepala nisan.

"Aku rindu kamu, Ca. Kenapa kamu gak pernah hadir dalam mimpi aku sih? Sekedar liat wajah cantik kamu dari mimpi udah bikin aku bahagia banget tau." Laki-laki itu tersenyum getir.

"Aku bawain bunga kesukaan kamu. Tapi, basah karena kena hujan, maafin aku ya? Tapi gapapa, besok aku dateng lagi buat bawa bunga mawar yang banyak untuk kamu." Laki-laki itu mengeluarkan beberapa tangkai bunga mawar dari dalam plastik dan meletakkannya di atas gundukan tanah basah itu.

"Sebenarnya aku gak mau nangis di depan makam kamu kayak gini karena, kamu selalu bilang sama aku untuk jadi laki-laki kuat, jadi laki-laki yang jangan pernah menangisi sebuah kehilangan. Tapi, gimana aku gak nangis kalau yang hilang itu kamu dari hidup aku?" Seketika laki-laki itu menempelkan kepalanya pada batu nisan, kembali menangis tersedu-sedu.

Thanisa melampaui nestapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang