7. Terimakasih Alva
•••
"Kalian itu baru kenal, Alva. Emang kamu yakin mau kasih dia free untuk sekolah di tempat kita?"
Meja makan yang terdiri dari sepasang suami istri dan kedua anak laki-laki mereka. Keluarga itu terlihat sangat bahagia seraya menikmati sarapan yang baru selesai di hidangkan oleh wanita cantik pemilik nama Renata, yang tak lain adalah istri dari Alexander Melviano pemilik perusahaan besar yang begitu terkenal. Seperti tidak ada celah sedikit pun untuk mencari kekurangan yang ada pada keluarga mereka. Keluarga terpandang, dan di hormati banyak orang.
"Mama sih setuju setuju aja ya. Cuma, kamu kok sampai segitunya sama orang yang baru kamu kenal." Renata kembali melanjutkan ucapannya.
"Kemarin dia nolongin Alva, Ma. Alva kasian sama dia gak bisa sekolah lagi karena terhalang biaya."
"Emang orang tuanya kemana? Kini yang bertanya bukan Renata, melainkan pria gagah yang bernama Alex.
Alva memasukkan roti selai ke dalam mulutnya, melahapnya sampai habis lalu menjawab pertanyaan sang Papa. "Alva udah coba tanya, tapi dia gak mau jawab. Kayak menghindar gitu sih."
"Mungkin ada masalah pribadi sama orang tuanya, lagian lo lancang banget dah nanya-nanya begitu sama orang yang baru di kenal." Sakti menyela omongan Alva.
Alva berdecak, setelah itu menatap sang Abang dengan sinis. "Ligiin li lincing bingit ninyi ninyi bigiti simi iring biru kinil." Alva menirukan ucapan sang Abang, membuat Sakti ingin sekali melemparkan roti dalam genggamannya ke wajah Alva.
"Udah-udah! Jangan ribut, pamali ribut di depan makanan." Renata mencoba menengahi pertikaian antara kedua anaknya. Memang Alva dan Sakti jika di satukan sudah seperti tikus dan kucing yang tidak pernah ada akurnya.
"Tapi, boleh kan Pa?" Alva kembali kepada pembahasan awal, meminta persetujuan dari sang Papa.
Terlihat Alex sedang menimbang permintaan Alva, setelah itu terdengar helaan nafas dari sang Papa. "Iya, boleh. Tapi, Papa mau kamu kenalin dia ke Papa sama Mama ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanisa melampaui nestapa
Loup-garou"Semua orang yang menyakiti maka akan tersakiti. Tapi semua orang yang membahagiakan belum tentu dapat kebahagiaan" LUKA ITU TERLALU BANYAK TAPI TIDAK SATU PUN ADA YANG BERDARAH. TRAUMA ITU MELEKAT, MENCARI OBAT DI MANA DAN SIAPA YANG DAPAT MENYEM...