12. Salah faham

10 5 13
                                    

12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12. . Salah faham

•••

"Mama kok tau Alva disini?"

"Abang kamu ngelacak keberadaan kamu. Kita itu khawatir karena kamu belum pulang dan gak ada kasih kabar. Bikin orang tua cemas aja."

"Maaf, Ma. Alva lupa."

Renata hanya mengangguk, kini mereka semua sedang duduk di lantai rumah Thanisa dengan beralaskan karpet seadanya. "Tadi Langit udah cerita kronologi tangan kamu, beneran gak mau di bawa ke rumah sakit?"

"Gak usah, Ma. Besok juga udah kering nih. Alva gapapa kok."

"Itu salah saya bu. Saya minta maaf sebesar-besarnya atas kekeliruan saya." Kini Thanisa menatap manik hitam milik Renata yang memancarkan tatapan sendu. Indah.

"Tidak apa, saya tidak menyalahkan kamu." Jawab Renata tersenyum.

"Jadi, Thanisa ini gadis yang kamu maksud, Va?" Tanya Renata. Mengingat cerita sang anak beberapa hari lalu, seorang gadis penjual bubur yang menolong Alva saat ia sedang kecelakaan yang berlokasikan tak jauh dari rumah Thanisa.

"Iya, Ma. Mama kok kenal sama Thanisa?" Alva bertanya, bingung mengapa sang Mama bisa mengetahui nama Thanisa.

"Lo inget gak bubur yang di bawa Mama pulang ke rumah kemarin?" Kini Sakti buka suara dan Alva hanya mengangguk.

"Ya itu bubur jualannya Thanisa. Gadis cantik, baik hati, yang di ceritakan Mama orangnya ya, tuuuu." Sakti melempar pandang mengarah ke Thanisa membuat Alva kembali menganggukkan kepalanya.

"Dunia ini sempit banget ya. Oh iya, saya sampai lupa ucapkan terimakasih karena kamu sudah menolong Alva kemarin itu. Terimakasih ya." Renata beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Thanisa dan membisikkan sesuatu pada telinganya.

"Kamar mandi di mana? Saya kebelet."

"Oh ada di belakang bu, mari saya antar." Thanisa beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur.

Renata mengikuti langkah Thanisa dengan memperhatikan sekeliling rumah milik gadis cantik itu. "Maaf ya, bu. Rumah saya ya begini, seadanya saja."

"Iya, Than. MasyaAllah kamu di usia segini sudah memiliki rumah sendiri. Saya bangga sama kamu."

Thanisa tersenyum malu. "Terimakasih bu, tapi ini semua tidak ada apa-apanya. Semua hanya titipan dari Allah yang maha kuasa."

Thanisa melampaui nestapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang