16.

311 19 2
                                    


Terlihat sepasang kekasih tengah berendam di bathtub, mereka terlihat sangat damai dan tenang. Pandi perlahan membuka matanya dari pejam nya, rasanya nyaman dan hangat mengalir di seluruh tubuhnya. Lelaki manis di belakang tubuh Pandi pun tak mengeluarkan suara sedikit pun, semuanya hening diam tampa suara.

 Lelaki manis di belakang tubuh Pandi pun tak mengeluarkan suara sedikit pun, semuanya hening diam tampa suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Patih elus lembut rambut Pandi, sudah beberapa menit berlalu masih tak ada suara dari keduanya. Sampai akhirnya Pandi pun membuka suara lebih dulu.

"Aku mimpi buruk"Pandi

"Seburuk apa emm"Patih

"Ku meninggal ku"Pandi, satu kalimat yg Pandi ucapan mampu membuat Patih terdiam. Sekarang kedua kembali hening beberapa saat.

"Jangan pernah meninggalkanku"Pandi, masih tak ada jawaban dari Patih.

"Mimpi itu terlihat sangat nyata, aku melihat kau meninggalkan ku"Pandi, Patih masih diam, Patih masih terus mengelus rambut milik Pandi dengan lembut.

"Apa ku tak mendengar ucapan ku"Pandi menoleh ke arah Patih. Patih masih tetap tak menjawab, melihat reaksi Patih rasa takut mulai muncul di benak Pandi.

"Sayang"
"Kau masih marah pada ku"
"Aku salah, maaf kan aku"Pandi, bukannya menjawab Patih hanya memberikan resep gelengan kepala.

"Aku tak suka kau mendiami ku"Pandi kembali memeluk Patih, menyembunyikan wajahnya di carok leher milik Patih. Pandi masih tak mendapatkan respon apa pun dari Patih. Hingga tak berselang lama kemudian Patih pun membuka suara.

"Aku menyayangimu"Patih dengan mengecup pucuk kepala milik Pandi. Tapi saat Pandi membuka matanya Pandi di buat kebingungan, bagaimana tidak bingung saat ini keduanya tiba tiba di atas kasur.

Tapi Pandi tak ambil pusing, Pandi tetap memeluk erat tubuh Patih dengan Patih yg masih sama mengelus rambutnya dengan lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi Pandi tak ambil pusing, Pandi tetap memeluk erat tubuh Patih dengan Patih yg masih sama mengelus rambutnya dengan lembut. Saking lembutnya Patih mengelus rambut milik Pandi, Pandi merasa matanya kian berat, entah mengapa Pandi sangat mengantuk mata nya sudah sayup, sebelum Pandi terlelap dalam tidur nya Pandi dapat mendengar suara Patih yg berbicara padanya tapi terdengar seperti seorang yg berbicara dari dekat namun semakin menjauh.

"Sayang,,,,aku titip bunda yah, lanjut kan hidup mu, terus lah berjalan untuk hidupmu, aku tau kedepannya pasti berat bagimu, tapi tetap lah hidup, hidup lah untuk ku............


POV Pandi.


Aku buka perlahan mata ku, apa yg baru saja terjadi bukankah aku sedang tidur dengan Patih? Entah mengapa rasanya dada ku sakit,,,dan aku dimana sekarang, knp semuanya putih, ada apa ini? Patih dimana? Aku knp.? Perlahan ku gerakan tangan ku untuk membantuku duduk, kepala ku rasanya sangat sakit, rasanya ingin pecah. Tapi saat aku berusaha duduk ada seseorang yg berubah membantu ku. "Tenang kan diri mu" sura ini terdengar familiar, tunggu sebentar ini kan suara "Joan".

POV END.

Perlahan Pandi melihat ke arah Joan yg sedang membantunya untuk duduk. Pandi terlihat seperti org linglung, Joan yg melihat itu pun mengerti apa yg terjadi knp Pandi. Joan dengan pelan menepuk bahu Pandi.

"Sukur lah ku sudah sadar"Joan, Pandi masih diam, terlihat jelas dari sorot matanya Joan yakin bahwa sekarang Pandi sedang dalam kondisi yg tidak stabil.

"Patih"hanya satu kata itu yg mampu lolos dari mulut Pandi.

"Tenang kan diri mu"Joan.

Terlihat Pandi semakin kacau, Pandi mulai tak terkontrol Pandi mulai melukai dirinya sendiri. Joan yg mulai kesusahan menenangkan Pandi pun terpaksa memukul Pandi.

BUGH

Satu pukulan yg dilayangkan Joan berhasil membuat Pandi terdiam. Pandi terlihat termenung, sampai akhirnya Joan lah yg lebih dulu membuka suara.

"Kalo ga mau nyesel lagi mending cepat dh lo bangun"setelah mendengar ucapan Joan, Pandi langsung mencabut infusnya.

"Gimana" Pandi.

"Aman ko semuanya udh di handle Nata"Joan.

"Masih disini?"Pandi, perlahan turun dari ranjang rawatnya dan berjalan keluar ruang rawatnya.

"Udh pulang"Joan, mendengar perkataan Joan, seketika langkah Pandi terhenti. Joan yg paham pun langsung melanjutkan ucapannya.

"Belum dikremasi ko, kata Tante Lita nunggu Lo"Joan, berjalan mendekati Pandi untuk membantunya berjalan.

Sepanjang koridor rumah sakit mereka sama sekali tak ada percakapan, Joan juga tak ingin banyak bicara, Joan mengerti mungkin Pandi sekarang butuh buat ketenangan.

Sesampainya di mobil Joan membantu Pandi untuk masuk mobil, sepanjang perjalanan mereka sama sekali tak bicara, Joan terkadang melirik ke arah Pandi untuk mengecek kondisi Pandi. Sedangkan Pandi hanya diam, air matanya tak berhenti menetes, terkadang diya akan usap air matanya yg tak henti hentinya menetes. Joan bisa melihat terkadang pundak Pandi akan bergerak kecil, atau sesekali pria itu akan memukul dadanya beberapa kali. Memang menangis dalam diam itu lebih sakit dari pada menangis dengan bersuara, seorang yg menagih dalam diam cenderung memendam rasa sakit yg amat dalam karena tak bisa meluapkan emosinya.


Rumah Duka.

Pandi terlihat berjalan mendekati peti tempat sang kekasih di letakkan. Pandi berjalan sampai diya tak bisa melangkahkan kakinya lagi, tubuh Pandi terjatuh tetap di samping peti mati Patih.
Kepala Pandi bersandar di peti mati Patih, terlihat Pandi mengusap kasar wajahnya dan mencoba berdiri untuk sejajar dengan peti mati Patih, dengan tangan yg bergetar hebat dan air mata yg tak berhenti menetes Pandi mencoba menyentuh wajah Patih, akan tetapi belum sempat menyentuh wajah sang kekasih, Pandi langsung menarik kembali tangannya dan langsung mengigit nya dengan tubuh yg bergetar hebat. Terlihat Pandi sangat kacau diya berusaha menahan tangisannya dengan mengigit tangan nya sendiri dengan tubuh yg bersandar di peti mati Patih.

Siapa pun yg melihat ini akan menangis, semua orang yg berada di rumah duka itu di banjiri air mata, mereka bisa merasakan betapa sakitnya Pandi saat ini. Bunda Patih yg tak tega melihat keadaan Pandi pun langsung memeluknya untuk menenangkannya.

"Nak ikhlas kan Patih yah, sekarang Patih ga akan sakit lagi kita harus bisa ikhlas yah"bujuk bunda Patih dengan lembut, bunda Patih perlahan melepaskan pelukannya dari Pandi dan mengelusnya lembut.

"Nak,,,,,,tangan nya jangan digigit"bunda Patih berusaha mengambil tangan Pandi yg digigitnya, bunda Patih sedikit panik saat sudah terlihat tetesan darah dari mulutnya Pandi yg menetes ke lantai.

~~~~

Waktu berlalu, kini mereka tengah menyaksikan proses kremasi jenazah Patih, api pun perlahan di nyalakan, Pandi mulai tak terkontrol Pandi terus menerus ingin menghentikan proses kremasi itu. Joan dan Gemi yg melihat itu pun langsung menahan tubuh Pandi agar tak mengganggu proses kremasi.

"Aku cukup sedih atas kepergian Patih, bagaimana pun Patih pernah jadi teman ku, tapi aku cukup bersyukur Tuhan membalas mu dengan ini, apa yg kau tuai itu yg ku dapat, rasa sakit kehilangan org yg di cintai, aku berharap ini akan menjadi titik balik hidup mu, nikmati penyesalanmu atas kepergiannya"bisik Gemi di telinga Pandi, setelah mengatakan itu Gemi langsung pergi dari sana dengan Patih yg terduduk lemas di tanah karena ucapan Gemi. Joan cukup terkejut mendengar ucapan Gemi, hanya Joan yg mendengar ucapan Gemi karena mereka yg berdekatan.


Makasih yang udah baca ☺️
Maaf kalau tahu typo 👍🏻

Sweet Face (joongdunk) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang