21.

291 21 1
                                    


Terlihat seorang lelaki tengah berlari menyusuri lorong putih itu, dengan sekuat tenaga Gemi berlari menuju sebuah ruangan. Saat langkah Gemi mulai mendekati pintu putih itu, langsung Gemi kian melambat, tepat saat Gemi sudah sampai di depan pintu putih itu Gemi bisa mendengar suara teriakan dan raungan dari dalam ruangan itu.
~
~
Disisi lain terlihat seorang lelaki tampan keluar dari sebuah mobil mahal, lelaki itu berjalan diikuti beberapa bodyguard. Joan berjalan tegak dengan langkah besar nya itu menuju Rumah Sakit Jiwa (RSJ) yg menyimpan seorang yg sudah iya cari berhari hari itu.

Joan langkah kan kakinya memasuki memasuki sebuah lift yang menuju lantai 9. Bisa dilihat wajah tampan nan tegas itu tersirat amarah yg sangat besar di benak nya. Joan tak mengatakan apa pun, tepat saat lift akan terbuka muncul lah senyum yg begitu mengerikan dari wajah tampan itu.

Ting~

Joan langkah kan kakinya keluar menuju ruangan tempat sang mangsa di rawat. Tepat saat Joan di depan pintu putih itu Joan bisa mendengar suara seseorang yg tengah menangis.

Ceklek...

Suara pintu terbuka itu membuat keduanya saling pandang. Langkah Joan terhenti saat pandangan keduanya bertemu, Joan bisa melihat Gemi tengah memeluk tubuh kecil Fot. Joan juga bisa melihat Fot yg terus mencoba melukai dirinya sendiri.

"Serah kan Fot pada ku"Joan.

"TIDAK!!"ucap Gemi lantang.

"Gemm,,,,berhentilah bersikap seolah ku benar"ucap Joan lirih bersamaan terdengar kekehan halus dari wajah tegas itu.
"Kau tak jauh beda dengan ku, sudah lah serah kan diya"
"Bukan kah ku tak mencintainya?"Joan dengan senyum licik.

"Jangan menyentuhnya"Gemi dengan ekspresi dingin.

"Ku bisa?"Joan dengan tersenyum miring, tampa menghiraukan ucapan Gemi, Joan memerintahkan anak buahnya untuk untuk membawa Gemi dan Fot.
~
~
~
~
Rumah Joan
Ruang Bawah Tanah

Beberapa saat berlalu kini Gemi telah terikat di sebuah kursi yg persis menghadap kearah Joan dan Fot yg berada di atas kasur, Gemi di paksa melihat apa yg di lakukan Joan pada Fot, tak ada yg bisa membantu keduanya dari kemarahan seorang Joandra bima putra.

Gemi tak bisa melakukan apa pun untuk membantu sang kekasih, hati nya sakit melihat sang kekasih yang di gerayangi org lain.

Fot sudah tak bisa memberontak tatapan nya kosong, dengan air matanya yg terus menetes tampa henti.

Saat ini Fot tengah di panggung Joan, tubuh mulus Fot sudah terlihat sebagian dengan hanya menyisakan sebuah celana yg iya pakai dari RSJ.

Tubuh Fot sudah di penuhi tanda merah karena Joan. Joan dengan sengaja meremas bokong semok Fot, Joan sengaja melakukan itu iya tatap Gemi yg terus memberontak di atas kurasi, senyum tipis terukur di bibir Joan.

"Tak ku sangka pelacur ini ternyata nikmat juga"ucap Joan bersama dengan Fot yg terjatuh dari pangkuannya, Fot sudah tak sadarkan diri diatas kasur.

"Baru ku cium saja sudah begini apa lagi jika ku masuki pasti nikmat"Joan dengan berjalan kearah Gemi terus memberontak dengan mulut nya yg di lakban.

"Ku tau Gem ini tak akan terjadi jika obsesi kita terhadap Nata tak melampaui batas"Joan berjalan perlahan mengelilingi Gemi.

"Berhenti menutup mata Gem,,aku tau kau sudah tau semuanya tentang apa yg di alami Fot"
"Ku pacar yg tak berguna"
"Liat kekasih mu itu, tubuh itu entah sudah berapa org yg merasakannya hahahahhhaha"Joan mencengkram kuat rambut Gemi mengarahkan kepalanya ke arah Fot yang berbaring tanpa atasan.

Setelah puas mengejek Gemi, perlahan Joan langkah kan kakinya ke arah meja samping kasur tempat Fot terbaring. Joan ambil sebuah pistol dari laci meja itu.

Joan balik kan tubuhnya ke arah Fot yg terbaring lemah.

"Auuu ku masih sadar?"Joan, karena melihat Fot yg terlihat menangis dalam diam.

"Sepertinya diya mendengar ucapan ku Gem"Joan mengalikan pandangannya pada Gemi yg terlihat panik.

Joan tarik rambut Fot kasar untuk mendudukkannya kembali, dengan wajah dinginnya Joan arakan pistol itu ke arah Fot.

"Sebentar ku pikir² dulu"
"Dimana yah yg bagus"ucap Joan dengan memindahkan pistol yg di genggamannya ke beberapa bagian tubuh Fot.

"Gem, bagian juga aku tembak saja di setiap bekas merah ini"Joan mengalihkan pandangannya ke arah Gemi dengan sedikit tertawa.

'Psikopat gila'umpat begi dalam hati saat melihat tingkah Joan yg sudah mulai di luar kendali.

Joan arah kan pistol itu pada leher Fot yg memiliki bekas kemerahan itu, tepas saat Joan ingin menari pelatuk pistol itu sebuah panggilan masuk, yg menghentikan aksinya. Joan terlihat kesal karna kesenangannya di ganggu, akan tetapi rasa kesalnya reda saat melihat siapa yg menghubunginya itu adalah Bunda Nata.


Telpon.

"Halo Bunda...."Joan dengan gembira

"Hiks hiks hiks Joan hiks hiks Nata hiks"Bunda Nata terputus karena tangis nya.

"Bunda kenapa"Joan terlihat panik

"Nata kritis Nak"balas Bunda Nata dengan Isaknya.

Seketika hp yg di genggaman Joan terjatuh dengan secepat mungkin Joan berlari, dari ruangan tersebut menuju ke rumah sakit.



Maaf kalau typo 🥀






Sweet Face (joongdunk) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang