Waktu semakin berlalu, para gadis dari tim basket putri Edden High School telah menyelesaikan sesi latihan mereka.
Rey, Eve, Kei, Belva dan gadis lainnya kini terduduk di pinggir lapangan, setelah melakukan peregangan rutin. Berbeda dengan gadis lainnya, Rana masih menjalani sisa hukumannya.
Rana sendiri merasa tubuhnya semakin lemas, belum lagi pandangannya yang tiba-tiba membayang dan kembali normal kala ia mengerjapkannya. Nafasnya terasa semakin berat, tenggorokannya pun sedikit sakit.
Namun Rana tak ingin mengakhirinya, ini hukuman yang ia terima dan harus ia selesaikan."SERATUS DELAPAN PULUH TIGA! hah.. hah.."
Rey membalikkan tubuh kearah para gadis di belakangnya, meminta mereka untuk pulang terlebih dahulu dan beristirahat. Beberapa dari mereka mengangguk dan berjalan keluar aula olahraga seraya berpamitan pada Rana, gadis itu mengacungkan ibu jari segabai balasannya.
Eve, Kei dan Belva masih disana bersama Rey, menatap dengan cemas kearah Rana yang terlihat semakin lemas.
Rana dengan sisa tenaganya mencoba untuk menyelesaikan hukuman dengan cepat, namun entah apa penyebabnya, gadis tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan berakhir dengan tubuh yang tertelungkup di atas lantai, ia terjatuh.
Bugh!
"Shhh.."
"S-sial!" Umpat Rey kemudian berlari kearah Rana bersama ketiga gadis lainnya.
Rana meringis, ia merasa sangat lemas bahkan untuk menegakkan tubuhnya sendiri pun Rana tak mampu dan hanya bisa membalikkan posisinya menjadi terlentang.
"Astaga Ra .." Cemas Eve kemudian menarik tubuh Rana terduduk.
"Kak Rana!"
Rana hanya tersenyum di sela nafasnya yang memburu, gadis itu menundukkan kepala yang terasa berdenyut.
"Cukup Ra! hukuman lo berakhir!" Ujar Rey dengan nada tegasnya,
"Hah.. sorry kak hah.." Bisik Rana lemas.
"Kei, ambilin minum!" Pinta Eve, Kei mengangguk kemudian berlari mengambil sebotol air mineral dan kembali kearah mereka.
"Minum dulu Ra, " Eve membantu Rana memegang botol air, gadis itu menegukknya perlahan.
"Thanks Eve, Kei.."
"Pusing kak? Ke dokter ya?" Cemas Belva, Rana menggelengkan kepala dengan wajah yang masih tertunduk.
"Gapapa, gue cuma telat makan aja!"
"Tolol banget lo kak!" Kesal Belva, Eve pun menatap Rana dengan wajah kesal meski Rana sebenarnya tak memperhatikan ekspresi mereka.
"Kebiasaan! Gue udah sering bilang sama lo, sama kalian. Sebelum latihan kalian harus ngisi perut dulu!" Kini Rey yang menceramahinya, Rana hanya tersenyum tipis mendengarnya.
"Ayo naik!"
Rey dengan cepat membalikkan tubuh dan berjongkok, menyuruh ketiga gadis itu membantu Rana naik ke punggungnya, namun Rana menolak.
"Gue bisa jalan sendiri kak" Tolaknya tak enak, dengan suara lemas.
"Naik cepet!!"
"Gak kak, badan lo lebih kecil dari gue, gue takut kejengkang anjir!" Canda Rana, ketiga gadis lainnya menyembunyikan tawa sedangkan Rey mendengus kesal.
Rana memaksakan kepalanya mendongak, menatap Eve, "Bantu gue berdiri!"
Eve mengangguk, ia menggenggam kedua tangan Rana, Kei dan Belva mencoba menganggat tubuh samping Rana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I HOOP your Love? (GxG) (COMPLETED)
Teen Fiction"Aku hanya berpikir jika kau tak memiliki perasaan padaku tanpa pernah melihat semua tanda cinta yang kau tunjukkan di depanku." "Maaf tentang pemikiran naif ku. Kembalilah, rasa kita serupa dan jalan kita tak berbeda." INGET INI LAPAK GxG!