Hari ini adalah waktunya, waktu dimana ia harus meninggalkan segalanya dan memulai kehidupan barunya.
Rana terlihat tengah mengemasi barang-barang yang akan ia bawa menuju tempat barunya nanti.Rana terdiam melihat beberapa barang yang ia dapatkan dari seorang gadis yang selama ini menemani dan mencuri perhatiannya. Gadis yang ia puja dan terpaksa harus ia lupakan perasaannya. Gadis yang menjadi alasannya tetap berdiri tegar hingga akhirnya ia bisa memijakan kakinya sendiri.
Bibirnya mengulaskan senyuman, Rana memasukan barang tersebut ke dalam koper dan berniat membawanya. Setidaknya itu akan menjadi penyemangatnya nanti saat ia merasa lelah dengan dunianya.
Di rumah megahnya, Eve terlihat tengah merapikan kamar tidurnya. Waktu yang baik untuknya membenahi kamar karena sebelumnya memang ia di sibukkan dengan segala hal yang menyangkut pendidikannya.
Gadis itu hanya memakai tanktop dan hotpants nya, dengan rambut yang ia gelung ala kadarnya di atas kepala. Bulir-bulir keringat mulai tercetak di wajah cantiknya. Eve tak pernah mengizinkan asisten keluarganya membersihkan kamarnya, baginya kamar adalah tempat yang benar-benar pribadi dan hanya mengizinkan jika memang ia yang meminta dengan alasan tertentu.
Sreeet..
Eve menarik kabel vacum cleaner dari kolong ranjangnya, menancapkan bagian ujungnya pada colokan listrik yang menempel di dinding kamar. Ia menekan tombol power dan mulai membersihkan karpet bulu di bawah ranjang.
Suara bising dari mesin tersebut nampaknya tak membuat Eve terganggu, ia malah asik menambahkan kebisingan dengan suara musik yang sengaja ia nyalakan pada speaker yang ada di kamarnya seraya sedikit menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan lagu.
Samar-samar, terdengar ketukan di daun pintu kamarnya, namun gadis itu enggan menoleh ataupun membuka pintu kamar. Eve pun tak pernah suka jika pekerjaannya tertunda oleh siapapun atau apapun alasannya.
Langit terlihat cerah, awan-awan tipis bergerombol memenuhi hamparan megahnya, menciptakan lukisan indah di atas sana.
Eve baru saja keluar dari kamar mandi dengan kimono putihnya, ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 12 tengah hari.
Ia berjalan menuju lemari, mengambil sehelai kaos polos berwarna pastel dan celana jeans pendek di atas lutut kemudian memakainya dan berjalan keluar dari kamar seraya mengikat rambut panjangnya.
Langkahnya memelan kala menuruni tangga, mendengar kedua orang tuanya tertawa terbahak-bahak bersama orang lain yang berada di antara mereka. Gadis itu di buat penasaran, ia berjalan cepat ke arah ruang tamu kemudian terdiam kaget.
"Rana??" Rana dan kedua orang tua Eve kemudian menoleh pada anak semata wayang mereka.
"Heh, sini.." Eve mengalihkan pandangan pada ibundanya yang menatapnya kesal. Gadis itu mengangguk dan berjalan ke arahnya.
"A-aduh mah kenapa di jewer sihh? akhh.." Eve meringis kesakitan karena sang ibu tiba-tiba saja menarik daun telinganya.
"Udah mah.." Sang ayah berusaha membebaskan anaknya dari kekesalan istrinya.
"Diem pah! Biar telinga Eve berfungsi dengan baik!"
"Aw.. Aw.. Mah hiks sakit.." Rana yang sedari tadi diam seraya menahan tawanya pun kemudian bangkit, mengusap lembut tangan wanita tersebut.
"Tante, udah ya.. Kasian nanti telinga Eve copot.." Seketika ia melepaskan capitan jemarinya di telinga Eve dan tersenyum pada Rana.
Eve mendelik pada ibundanya, ia yang masih mengusap telinga panasnya pun di buat kaget karena kini tangan Rana yang menggantikan tugas tangannya, mengusap lembut telinga Eve yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I HOOP your Love? (GxG) (COMPLETED)
Roman pour Adolescents"Aku hanya berpikir jika kau tak memiliki perasaan padaku tanpa pernah melihat semua tanda cinta yang kau tunjukkan di depanku." "Maaf tentang pemikiran naif ku. Kembalilah, rasa kita serupa dan jalan kita tak berbeda." INGET INI LAPAK GxG!