PRITTTT..
Pertandingan telah di mulai beberapa saat lalu, Belva terduduk di banch bersama team cadangan. Rey memutuskan untuk menggantikan posisinya sementara oleh Joya.
Tak hanya Belva, di sebelahnya ada seorang gadis yang kini menunjukkan wajah kesal karena Rey juga menggantikan posisinya oleh Zara. Gadis itu Rana, yang sedari tadi bungkam dengan wajah datar menyeramkan, bahkan Rey pun tak berani menatapnya saat ini.
Rey terpaksa menggantikkan Rana karena tak ingin gadis itu membuat masalah di tengah pertandingan, ia tahu pasti Rana tengah dalam puncak amarahnya dan tak ingin emosi Rana
malah menjadi sebuah sesal nantinya.
Biarlah Rana mendiamkannya 10 menit ke depan."FOUL WOY!"
Rana bangkit dari tempat duduknya dan berteriak kencang pada wasit saat Kei kini menjadi sasaran kekerasan lawan. Belva mengusap tangan Rana dan membawanya kembali duduk.
"Tenang kak, santai.. Wasit yang ini adil kok.."
Gadis itu tak mengindahkan ucapan Belva, ia menatap kesal pada team lawan. Mengapa mereka selalu saja mendapatkan lawan yang bermain kasar?
Apa mungkin team mereka adalah team yang tangguh dan sulit untuk di kalahkan dengan cara yang sportif?.
Rana tak mengetahui alasannya, yang jelas kini ia takkan tinggal diam melihat teman-temannya di perlakukan seperti itu.
"Kak Eve.." Lirih Belva yang melihat Eve nampak merintig kesakitan.
Rana memejamkan kedua matanya, tak tahan lagi melihat team nya di perlakukan seperti itu. Ia membuka mata dan menatap papan skor, waktu yang tersisa tinggal 1 menit 09 detik dan kini skor mereka dan team lawan hanya terpaut 5 point.
Gadis itu bangkit dan berjalan ke arah Rey,"Masukin gue di quart 3. Ganti mereka!" Rey menoleh dan memejamkan matanya sesaat.
"Lo yakin? Gue takut lo-.."
"Lo cuma harus percaya sama gue kak, gue akan bales mereka tapi bukan dengan cara mereka!" Rey menatap lekat kedua mata Rana, gadis itu terlihat meyakinkan baginya.
"Hah.. Oke.."
Rana kembali ke tempatnya semula, ia menatap banch lawan dan kembali menatap ke arah lapangan.
Belva menatapnya dalam dia, itulah kebiasaan Rana, sebuah kebiasaan yang tak banyak orang bisa melakukannya. Sebuah kebiasaan yang bisa mengubah segalanya.
"Gue percaya sama lo, Kak.." Ujarnya seraya menepuk pundak Rana. Rana tak paham dan hanya menatap Belva dengan kerutan di keningnya.
PRITTTT..
"Hahh.. Hah.. "
"Shhh.. sakit hah.."
Rana bangkit dan berjalan cepat ke arah Eve, ia berjongkok dan meneliti tubuh si gadis. Eve hanya diam, tubuhnya tak bisa bereaksi lebih daripada kesakitannya.
Gadis itu merintih kala Rana menekan pinggangnya sedikit keras.
"Akhhh aww.."
"Sakit banget?" Rana menatapnya cemas, Eve mengangguk.
Ia menatap sekitar, gadis-gadis lainnya tengah dalam perawatan paramedis. Gadis itu kembali menatap Eve kemudian mengangkat tubuhnya tanpa aba-aba.
"R-Ra.."
"Diem!"
Rey mengalihkan pandangan pada Rana yang menggendong Eve menuju banch mereka. Ia kembali membalikkan tubuh ke arah para gadis kemudian menyentuh lengan Kei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I HOOP your Love? (GxG) (COMPLETED)
Teen Fiction"Aku hanya berpikir jika kau tak memiliki perasaan padaku tanpa pernah melihat semua tanda cinta yang kau tunjukkan di depanku." "Maaf tentang pemikiran naif ku. Kembalilah, rasa kita serupa dan jalan kita tak berbeda." INGET INI LAPAK GxG!