CIHYL | 12.0

1.1K 88 0
                                    

Hah.. hah.. 

Terlihat wajah-wajah lelah dan ekspresi kesakitan dari para gadis yang terduduk lemas di pinggir lapangan. Rey berada diantara mereka, berdiri tepat di tengah-tengah para gadis yang terduduk melingkar.

Ia memicingkan mata kearah team lawan yang berada tak jauh dari tempatnya. Merasa marah dan kesal karena permainan kasar yang mereka lakukan pada team asuhannya. Juga menatap kecewa pada seorang wasit utama yang menurutnya tak adil dalam memberikan hukuman.

"Skor kita masih di atas mereka. Kalian hanya perlu mempertahankannya. Bisa?"  Tanyanya menatap satu persatu gadis tersebut namun tak mendapatkan jawaban.

Rey tahu pasti bahwa gadis-gadisnya merasa kelelahan dan tak sanggup lagi menerima kekerasan pada fisik mereka.

Ia kembali mengalihkan pandangan pada papan skor, waktu yang tersisa tak lebih dari 1 menit namun terasa sangat berat.

Rana meneliti wajah Eve, Ve, Belva, Fani dan beberapa lainnya yang masih menjadi cadangan. Ia pun sama lelahnya dengan mereka juga rasa sakit dari kakinya yang semakin memburuk.

Rana tak mau kalah, ini kesempatan mereka untuk bisa melangkah menuju Final dan mengharumkan nama sekolah. Gadis itu menarik Rey untuk berjongkok di hadapannya.

"Kita masih bisa ganti pemain kan?" Rey mengangguk kemudian menyerahkan selembar kertas khusus pergantian pemain.

"Gue ikut cara main lo!" Ujarnya sangat mempercayai Rana.

Rana mengambil alih kertas tersebut kemudian menuliskan beberapa nama disana termasuk namanya.

"Nano, Joy, Biru, Zara. Kalian siap?"  Keempat gadis yang sedari tadi menjadi cadangan pun kaget dengan apa yang mereka dengar namun dengan cepat mengangguk yakin.

"Kita siap!" 

Eve yang mendengar itu menahan tangan Rana dan menggelengkan kepala tanda tak setuju.

"Gue masuk!" 

"Lo udah main penuh, waktunya istirahat!" 

"Gak! Gue masih kuat, gue ikut!" Ia bersikeras dan berusaha mengambil kertas dari genggaman Rana. 

Rana menoleh pada Rey yang langsung mengambil kertas tersebut dan memberikannya pada juri pertandingan.

"Lo harus istirahat! Percayain semua pada Rana!"  Ujar Rey pada Eve yang kini menatap Rana yang telah berjalan kembali ke tengah lapangan.

Bukan ia tak mempercayai Rana, gadis itu teramat mencemaskan kondisi Rana saat ini. Rana yang memang menjadi target utama dari kekasaran para pemain lain. Gadis itu yakin Rana tidak dalam keadaan baik saja sekarang meski wajahnya sama sekali tak menunjukkan kesakitannya.

Rana menatap papan skor di depannya, kemudian menoleh pada keempat gadis yang telah berada di posisi masing-masing. Gadis itu memejamkan mata sesaat seraya menarik nafas panjang, ia bersiap mengambil ancang-ancang dan memfokuskan pandangan pada arah berpindahnya bola di tangan lawan.

"BETA!!" 

Rana berteriak kencang, keempat gadis itu mulai mencoba merebut bola dan menghalangi pergerakan lawan. Rana masih di posisinya, ia memilih untuk bertahan dan sebisa mungkin menghalau bola yang akan melewatinya.

Bugh!

Bugh!

Gadis itu sama sekali tak mengalihkan pandangan dari gadis di hadapannya yang kini memegang bola meski telinganya berhasil menangkap suara rintihan teman-temannya.

Dug!

Rana berlari kearah tengah lapangan karena bola yang memantul dari ring. Ia melompat dengan tinggi berbarengan dengan salah satu gadis dari tim lawan dan berhasil menangkap bola tersebut.

Bugh!

"PUSHING!"  Rey berteriak kencang!

Prittt!

Namun naas Rana kini terkapar, gadis yang melompat bersamanya mendorong tubuhnya dengan kencang.

Ia mengerjapkan kedua matanya, menerima uluran tangan Joy dan kembali menatap papan skor, waktu kini tersisa 20 detik.

"Three Push Point!" Ujar wasit kearah juri permainan bermaksud memberikan tiga tembakan penalti pada team Rana.

Rana meringis saat memaksakan tubuhnya bangkit, ia berjalan lemas kearah area lawan. Menyerahkan bola pada gadis bernama Biru, memintanya mengambil alih penalti tersebut.

"Kak.."  Gumam Biru, Rana mengangguk dan tersenyum padanya, membuat si gadis percaya diri.

Eve, Kei dan Rey memandang resah pada Rana yang kini mengambil posisi di samping gadis yang akan mengambil alih tembakan. Gadis tersebut berulang kali menggelengkan kepala mengusir pening yang menyerang.

"Kak, masih bisa ganti?" Tanya Belva cemas yang juga mengamati wajah Rana.

"Limit!" Timpal Rey singkat tanpa menatap Belva.

Dug.. Dug..

PRITT!

"Hah.. " Biru menghembuskan nafasnya kemudian melempar bola dengan tenang dan,

"1 point!" 

Rana tersenyum lebar mengacungkan ibu jari pada gadis tersebut.

Dug..Dug..

PRITTT!

"1 point!" 

Dua tembakan masuk dengan mulus ke dalam ring, membuat skor mereka semakin jauh dari lawannya. Namun saat tembakan terakhir, gadis itu nampak ragu dan membuat bola kembali memantul.

Rana dengan sigap melompat, mengamankan bola di pelukannya kemudian memutar tubuh, berlari menghindari penjagaan dan langsung menembakan bola tepat kearah ring.

Prittt!

"2 point!" 

Keempat gadis lainnya berlari kearah pertahanan mereka karena gerakan lawan yang dengan cepat menyerang. Rana berjalan pelan keluar dari area defense lawan, tak sanggup lagi memaksakan kakinya. Ia hanya berharap salah satu rekan teamnya sadar akan posisinya dan memberikan operan langsung padanya.

"KAK!!" 

Rana mengangkat kedua tangannya saat dengan tepat Nano melemparkan bola Rebound padanya. Gadis itu berhasil menguasai bola, ia men-drible bola seraya mencoba terbebas dari penjagaan.

Ia sadar bahwa posisinya sekarang tak memungkinkan untuk melakukan tembakan. Ia melirik Zara yang berhasil terbebas dari penjagaan, gadis itu melakukan gerakan seakan ingin melakukan tembakan membuat gadis di hadapannya melompat kemudian memantulkan bola kearah samping tubuh lawan, Zara berhasil mengambil operan tersebut dengan cepat melompat dan mendorong bola masuk ke dalam ring.

PRITTTT!

"2 point!" 

"5 detik lagi, bertahan Ra.." Gumam Eve dalam hati, 

PRITTTTT!

Brugh!

Pluit panjang tanda pertandingan berakhir pun berbunyi bersamaan dengan tubuh Rana yang ambruk di tempatnya. Juga keempat gadis lainnya yang terkapar kelelahan.

Rey dan Eve berlari kearah Rana sedangkan gadis lainnya berlari kearah keempat gadis disana.

"Ra.. Rana.."

"Hah.. hah.. gue gapapa kak"  Timpalnya lemas, ia melirik Eve dan memberikan senyuman penenang pada gadis tersebut.

















Can I HOOP your Love? (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang