Rana tengah terduduk di pinggir lapangan outdoor, menonton beberapa anak laki-laki yang tengah bermain sepak bola. Belva di sebelahnya, kedua gadis itu memang dekat namun sangat jarang menghabiskan waktu bersama.
"Kak Eve tuh.." Belva menyenggol lengan Rana dengan sikunya seraya menatap Eve yang berjalan di pinggir lapangan seraya memainkan ponsel.
"Terus?"
"Gak terus-terusan sih" Balas Belva seraya menselonjorkan kakinya dengan sebuah roti di tangannya.
Tanpa Belva sadari, sedari tadi Rana menatap kearah Eve. Eve berulang kali hampir menabrak oranglain karena tatapannya terlalu fokus pada ponsel.
Rana bangkit terburu membuat Belva terkejut, gadis itu berlari cepat kearah Eve saat sebuah bola mengarah padanya.
"KAK EVE!!!" Panggil Belva berteriak, Eve menoleh padanya.
Bughh!
Belva memejamkan mata membuat Eve mengernyit bingung. Gadis itu mengalihkan pandangan dan kaget melihat Rana kini berada di sebelah tubuhnya, menatapnya datar.
"Lo gapapa kak? Itu keras banget!"
Eve semakin bingung mendengar seorang murid menanyakan kondisi Rana.
"Maaf kak, gue nendangnya kekencengan. Gak maksud kok.."
"Aman!" Balas Rana datar pada murid lainnya namun tatapannya masih mengarah pada Eve.
"Lo beneran gapapa?" Rana kemudian berjalan menjauhi Eve yang nampaknya masih bingung dengan apa yang terjadi.
Ia menatap lekat punggung Rana yang semakin menjauh, terlihat Rana mengusap tengkuknya kemudian hilang di sebuah pertigaan koridor.
"Ada apasih?" Gumam Eve, ia hendak bertanya namun murid tadi telah melanjutkan permainan mereka.
Gadis itu mengedikkan bahu kemudian berjalan kearah kantin yang ramai.
"Lebam gini lo bilang gapapa kak?" Kesal Belva yang melihat kondisi tengkuk Rana.
"Jangan lebay deh!" Rana membenahi seragamnya kemudian membuka ikatan rambutnya. Sengaja menggerai rambut panjangnya untuk menutupi luka lebam disana.
"Gila sih emang!"
"Siapa?" Tanya Rana menatap Belva dari pantulan cermin di toilet.
"Elo, gila!"
"Kok gue?"
"Itu bola kenceng banget nimpa badan lo. Tapi lo bilang gue lebay? kurang gila gimana?" Rana terkekeh, ia membuka keran air, mencuci kedua tangannya.
"Bacod!"
"KAK RANAAAAA!!" Belva berteriak kesal karena Rana mengusapkan tangannya yang sangat basah pada wajah Belva kemudian berlalu dengan wajah tanpa dosa keluar dari toilet.
Gadis itu menatap cermin kemudian menghentakkan kedua kakinya, semakin kesal,
"Eyeliner gue hiks.. "
"Beneran gila tuh cewek!!"
Rana memasuki kelas yang masih sepi karena teman-teman kelasnya masih menikmati waktu istirahat. Ia mendudukkan tubuh di kursinya dengan kaki yang ia regangkan. Rana memutar perlahan pergelangan kakinya yang kembali terasa sakit akibat tadi ia berlari dengan kencang.
Gadis itu melirik kearah pintu kemudian merebahkan kepalanya diatas meja saat mengetahui siapa yang memasuki kelas.
Eve berjalan santai kearah bangkunya, mengeluarkan earphone dari ransel dan menyumbat lubang telinganya.
Gadis itu membuka sosial medianya, mencari sesuatu yang bisa membuat moodnya kembali baik. Hingga ibu jarinya terhenti tepat di sebuah video yang di unggah adik kelasnya. Ia menekan tanda play dan memfokuskan pandangan.
Beberapa saat kemudian kedua matanya melebar, video tersebut adalah potongan video yang menampilkan kejadian di sekolahnya beberapa saat lalu.
Dengan judul 'Real Guardian Angel', Eve memejamkan mata melihat jelas bagaimana Rana mengorbankan tubuh untuk melindunginya dari hantaman keras sebuah bola yang mengarah padanya.
"R-Rana.." Gumamnya teramat pelan.
Kedua matanya bergetar dan mengembun. Ia menoleh kearah belakang dimana Rana masih merebahkan kepalanya di atas meja. Gadis itu berniat menghampiri Rana namun bel tanda masuk terlebih dahulu berbunyi, membuatnya mengurungkan diri.
Eve terdiam menatap jalanan dari jendela sebelahnya. Gadis itu kini berada di dalam mobil berniat pulang kerumah.
Hembusan nafas Eve terdengar sangat gusar dan menandakan kekecewaan. Sang sopir pun beberapa kali melirik Eve dari spion di atas kepalanya.Kecewa? jelas!. Eve merasa kecewa pada dirinya sendiri. Mengapa sulit sekali baginya untuk meminta maaf dan berterimakasih pada Rana yang jelas sudah berada di hadapannya tadi.
Gadis itu memejamkan mata mengingat tatapan datar yang kembali ia dapatkan dari Rana setelah beberapa waktu lalu ia berhasil menghilangkan tatapan tersebut.
"Kei, cepet balik.." Lirihnya dalam hati seraya kembali menatap jalanan di sebelahnya.
Beralih pada Rana yang kini terduduk di kursi ruang makan di rumahnya. Gadis itu berulangkali meringis kala meletakan selembar kain yang telah ia rendam dengan air hangat pada tengkuknya.
"Manja banget! tadi perasaan gapapa!" Kesalnya seraya menekan tengkuknya.
"AA-Aw.. aw.. "
Gadis itu merutuki kebodohannya membuat rasa sakit yang telah berkurang kini kembali bertambah. Rana mencelupkan kain ke dalam air hangat, memerasnya dan kembali menempelkan pada tengkuknya.
Gadis itu perlahan menengadahkan kepalanya namun sulit dan terasa sakit, tengkuknya kini membengkak dan itu menahan gerakan kepala Rana. Ia mendengus kesal, melempar kain yang sedari tadi berada di tengkuknya kemudian berjalan kearah kompor, berniat memasak mie untuk makan malamnya.
"Udah kek babi aja gak bisa dongak!"
Ia bermonolog seraya mengaduk mie di dalam pancinya, kemudian membawa panci tersebut dan menaruhnya di atas meja makan.
Waktu menunjukkan pukul 11 malam saat Rana mencoba mencari posisi tidur yang nyaman. Gadis itu membolak balikan tubuhnya yang terasa sangat sulit mendapatkan kenyamanan. Bengkak di tengkuknya membuat Rana tak bisa tidur dengan posisi wajar.
Gadis itu kemudian menelungkupkan tubuhnya, menaruh 2 buah bantal di kanan dan kiri wajahnya agar ia tak kehabisan nafas. Memejamkan mata dan berusaha menahan rasa sakitnya. Namun beberapa saat kemudian,
"Hah.. hah.. anjirr engaap!" Ia bangkit, terduduk di tepi ranjang. Merasa frustasi dengan kondisi lehernya.
Rana melirik meja belajarnya, ia tersenyum lebar. Membawa sebuah bantal dan terduduk di atas kursi, tangannya memeluk bantal dan kepalanya bersandar pada ujung meja.
"Hah.. dari tadi kek.."
Rana tersenyum, kedua matanya terpejam dan mulai masuk ke dalam mimpi indahnya.
Berdoa saja agar saat bangun nanti, Rana tak benar-benar menjelma menjadi babi, Hahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I HOOP your Love? (GxG) (COMPLETED)
Novela Juvenil"Aku hanya berpikir jika kau tak memiliki perasaan padaku tanpa pernah melihat semua tanda cinta yang kau tunjukkan di depanku." "Maaf tentang pemikiran naif ku. Kembalilah, rasa kita serupa dan jalan kita tak berbeda." INGET INI LAPAK GxG!