Eve berjalan seorang diri di koridor sekolah yang terlihat sudah sepi, tak ada Kei yang biasa bergelayut manja padanya. Gadis itu tengah menghadiri acara keluarga besarnya di luar kota selama beberapa hari, membuat Eve kesepian dan merindukan tingkah tengilnya.
Gadis itu menatap ke segala arah, memperhatikan setiap ruang kelas kosong yang ia lewati. Tatapannya terhenti pada sebuah ruang kelas tempat Kei belajar, dengan cepat langkahnya menuju ke kelas tersebut.
Cklek!
Eve tersenyum karena ternyata ruangan tersebut tak di kunci, gadis itu membuka lebar pintunya dan masuk ke dalam kelas. Berjalan pelan kearah bangku yang ia ketahui tempat duduk Kei, mendudukan tubuhnya disana kemudian merebahkan kepala di atas meja.
"Kak Eve nyebelin!"
"Nyebelin apasih Kei ?"
"Aku harus balik lagi ke kelas, hp aku ketinggalan!"
Eve terkekeh mengingat wajah kesal Kei kala itu. Gadis itu menegakkan tubuh, saat tangannya tanpa sengaja meraba kolong meja dan mengambil sebuah buku darisana.
Ia menatap lucu pada buku bersampul merah muda yang bertuliskan nama Kei Lovanka. Gadis itu mengusap lembut sampul tersebut kemudian membuka lembarannya perlahan.
"Tulisan kamu bagus juga" Gumamnya pelan memperhatikan tulisan rapih tangan Kei.
Eve melanjutkan membuka buku tulis milik Kei, lembar demi lembar hingga pertengahan buku, ia terdiam.
"Kei Love Eve"
Eve mengeja tulisan yang berada disana, lengkap dengan gambar hati dan siluet wajah yang Eve yakini itu wajahnya.
Debaran jantungnya terasa mengencang saat ini, Eve merasa tubuhnya bereaksi aneh saat melihat di lembar selanjutnya hanya berisikan tulisan namanya memenuhi kertas tersebut.
"Sebesar itu?" Monolognya menerka perasaan Kei untuknya.
Ia kemudian menutup buku tersebut, menaruhnya kembali ke kolong meja dan bergegas keluar dari ruang kelas berniat pulang.
Hari berikutnya.
Eve nampak lemas, ia berjalan gontai memasuki kelas kemudian merebahkan kepalanya di atas meja.
Rana yang melihat itu sedikit mengernyitkan dahinya, ia bangkit dari bangkunya dan berjalan kearah bangku Eve, terduduk tepat di depan meja Eve.Tentang cedera kakinya, kini Rana telah sedikit pulih, meski dokter masih melarangnya untuk melakukan aktivitas berlebih.
"Lo sakit?"
"Gak kok!" Timpal Eve tanpa mengangkat kepalanya.
"Terus? Kenapa lemes?" Terdengar tarikan nafas panjang dari Eve sebelum ia kini menegakkan tubuhnya menatap Rana.
"Kei gak ada kabar dari semalem"
"Semalem dia masih chat gue kok, emang gak chatan sama lo?"
"Chatan, tapi dia gak bales lagi dan sempe sekarang belum bales!" Rana menghela nafas jengah, ia bangkit dari kursi dan berjalan pelan kembali ke bangkunya.
"Ketiduran dan masih tidur pasti!"
Eve melirik arah perginya Rana, gadis itu kembali menghela nafas dan merebahkan kepalanya di atas meja. Rana masih menatap punggung Eve dari bangkunya yang berada di belakang Eve, ia menggeleng kemudian mengeluarkan ponselnya.
"Kei, kalo lo udah bangun, cepet kabarin Eve, dia nungguin lo!"
Gadis itu menegakkan kepala setelah mengirim pesan pada Kei, menaruh ponselnya ke dalam saku rok kemudian terfokus pada guru yang baru saja masuk ke dalam kelas.
Rana dan Belva, menatap aneh pada Eve yang terus saja tertawa menatap ponselnya. Gadis itu mungkin tengah bertukar pesan dengan seseorang di sebrang sana.
Ramai-nya suasana kantin tak sedikitpun mengusik dunia Eve, bahkan semangkok bakso yang awalnya mengepul kini semakin dingin di hadapan Eve.
"Eve, makan dulu!" Titah Rana sedikit kesal.
"Kak, bakso lo ngambek kalo di diemin terus!" Ujar Belva juga menegurnya halus, Eve hanya mengangguk kemudian mulai mengaduk baksonya dan menaruh ponselnya di atas meja.
Ting!
Eve kembali menggenggam ponselnya, melupakan bakso yang hendak ia santap. Rana di buat semakin geram, ia menyendok bakso tersebut kemudian menyodorkan tepat di depan mulut Eve.
"Buka mulut lo!" Eve meliriknya sesaat dan membuka mulut menerima suapan Rana.
"Thanks hehe.."
Belva menggulirkan bola matanya jengah melihat kakak kelasnya yang nampak seperti orang yang sedang di mabuk cinta.
"Ck! Cinta emang bikin tolol!" Gumamnya dengan gelengan kepala, Rana mendengar itu meliriknya dan terdiam sesaat kemudian kembali menyuapi Eve hingga bakso tersebut habis.
"Hahaha.. anjir kocak!"
Rana menoleh pada Eve yang berada di sebelahnya. Kedua gadis itu kini tengah berjalan menuju kelas karena waktu istirahat telah habis. Belva memisahkan diri karena kelasnya berada di koridor bawah, sedangkan Eve dan Rana di lantai 2.
Grep!
Rana mencengkram lengan Eve membuat Eve menghentikan langkahnya.
"Taro dulu hp lo, bahaya!"
Setelahnya ia berjalan terlebih dahulu menaiki tangga, Eve menuruti pintanya. Ia menggenggam ponsel tanpa menatapnya kemudian berlari mengejar Rana dan mensejajarkan langkah dengan sang gadis jangkung.
"Ra, thanks ya.." Rana meliriknya datar.
"Lo udah nyuapin gue, merhatiin langkah gue" Rana menghentikan langkah dan berdiri tepat di hadapan Eve, menatapnya datar.
"Gue tau kalo lo lagi jatuh cinta. Tapi minimal jangan nyusahin orang lain!"
Rana mendelik padanya kemudian berbalik dan berjalan cepat memasuki kelas. Eve masih di posisinya, gadis itu mengeratkan genggaman pada ponselnya, memaksakan senyuman dan kembali berjalan kearah kelas.
Tatapan Eve lekat pada Rana yang kini terduduk di bangkunya, Rana menatap Eve datar kemudian mengalihkan pandangannya. Eve tersenyum getir dan duduk di bangkunya sendiri.
"Sakit banget hehe.." Gumam Eve teramat pelan kemudian kembali membuka ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I HOOP your Love? (GxG) (COMPLETED)
Ficção Adolescente"Aku hanya berpikir jika kau tak memiliki perasaan padaku tanpa pernah melihat semua tanda cinta yang kau tunjukkan di depanku." "Maaf tentang pemikiran naif ku. Kembalilah, rasa kita serupa dan jalan kita tak berbeda." INGET INI LAPAK GxG!