Flashback ON
"Mau kemana, Ra?" Sebuah tangan menghentikan langkah cepatnya, ia berbalik dan menatap gadis di hadapannya.
"Gue mau ke rumah lo Eve, lo ngapain disini?"
"Ini, mama bikinin makanan buat lo, dimakan ya?"
"Nyokap sama bokap lo di rumah kan?" Eve mengangguk namun masih menatapnya bingung.
"Bantuin gue lagi ya, Eve.." Rana menggenggam tangan Eve. Eve menatap kedua mata sayu Rana kemudian mengangguk tanpa ragu.
Rana tersenyum riang, ia memeluk tubuh Eve sesaat kemudian menarik gadis tersebut bergegas menuju rumahnya.
"Kamu serius, Rana?"
"Iya om, Rana gak tau lagi harus minta tolong sama siapa. Om sama tante mau kan bantuin Rana?"
"Terus nanti kamu tinggal dimana?"
"Rana bisa nyari rumah yang lebih kecil om. Tolong Rana.." Eve dan kedua orang tuanya menatap lekat wajah Rana yang penuh pengharapan.
"Rana gak mau kehilangan mereka om, tolong Rana. Ini satu-satunya jalan agar rumah sakit mau melanjutkan perawatan untuk mereka om.."
"R-Ra.. " Eve mengusap punggung Rana yang kini bergetar. Ia tahu pasti apa yang gadis itu rasakan. Tatapannya teralih pada sang ayah, memohon agar pria itu mau menolong sahabatnya.
"Om bisa biayai pengobatan mereka, kamu gak perlu sampai jual rumah kalian"
"Makasih om, tapi Rana gak mau ngerepotin om terus, selama ini om dan keluarga udah banyak bantu keluarga Rana. Kalo om mau bantu Rana lagi, cukup dengan bantu jual rumah itu."
"Pah, tolong Rana pah.." Bisik sang istri tak tega, si kepala keluarga menarik nafas panjang dan mengangguk.
"Baiklah, om akan bantu kamu kali ini. Tapi dengan satu syarat.."
"Apa om?"
"Jika suatu hari nanti kamu dan keluarga kamu dalam kesulitan, kamu gak boleh nolak bantuan dari om, tante maupun Eve. Oke?" Rana terdiam sesaat menatap Eve dan wanita paruh baya di hadapannya yang tersenyum padanya.
"Iya om. Sebelumnya, terimakasih!"
Beberapa waktu kemudian.
Eve menatap nanar tubuh tinggi Rana yang kini terdiam di balkon kamarnya. Udara malam yang terasa menusuk pun tak membuat si gadis terusik. Gadis itu berjalan kearah ranjangnya, menarik selimut dari ranjang dan membawanya kearah balkon.
Rana masih terdiam tak bereaksi kala Eve kini memeluk tubuhnya dengan selimut dari belakang. Ia masih menatap kearah langit gelap tak berbintang di hadapannya. Eve mengeratkan pelukan mendengar hembusan nafas gusar sahabatnya.
"Ra.."
"Kenapa mereka ninggalin gue, Eve?" Tanya Rana dengan suara paraunya.
"Gue salah apa?"
"Lo gak salah Ra, Tuhan sayang sama mereka"
Rana terkekeh pelan, ia mendongakan kepalanya, "Hh.. Artinya Tuhan gak sayang sama gue?"
"Bukan gitu,"
"Terus apa?"
"G-gue gak tau Ra.." Eve terdiam, ia pun tak tahu apa yang harus ia jelaskan tentang pertanyaan sahabatnya.
"Gue kehilangan mereka dan segalanya Eve!"
"Masih ada gue Ra, gue gak akan ninggalin lo!"
"Gue gak yakin!"
"Kenapa?" Eve hendak melepaskan pelukannya namun Rana menahan tangan si gadis untuk tetap memeluknya.
"Suatu saat nanti, lo bakal nemuin orang lain yang bakal geser posisi gue!"
"Siapa?"
"Gak tau, entah itu sahabat baru lo ataupun jodoh lo. Tapi gue yakin, suatu hari itu akan tiba"
"Sebelum hari itu tiba, apa gue boleh minta waktu lo buat gue, Eve?" Rana sedikit melirik wajah Eve di bahunya. Eve pun membalas lirikannya, ia mengangguk dan tersenyum.
"Kita bakal lewatin semua sama-sama, Ra.."
"Thanks.." Rana kembali mengalihkan pandangan ke depan, memejamkan kedua matanya yang terasa sangat berat dan perih akibat banyak menangisi kepergian keluarganya hingga hari ini.
Eve masih menatap wajah samping Rana, merasa iba pada gadis yang sejak lama menjadi sahabat baiknya.
Takdir memaksa gadis itu menjadi kuat dan dewasa sendirian dan terbukti bahwa Rana adalah gadis yang kuat.
Enam bulan lalu, Rana dan keluarganya mengalami kecelakaan mobil yang mengerikan. Kecelakaan yang merenggut orang tua dan kedua adik perempuan Rana.
Rana pun disana, terluka dan mendapatkan perawatan, namun Tuhan berbaik hati memberikannya kesempatan hidup, memulihkannya dengan cepat.
Namun tak sampai disitu, setelah kesembuhannya, ia di hadapkan dengan masalah lainnya. Seluruh anggota keluarganya kritis dan dalam keadaan koma, belum lagi biaya tagihan perawatan yang semakin membengkak.
Rana memang tak sendirian, Eve dan kedua orang tuanya ikut membantu permasalahannya. Namun ia tak ingin selalu menjadi benalu bagi kehidupan oranglain, hingga akhirnya gadis itu memutuskan menjual harta terakhir keluarganya di bantu oleh orang tua Eve.
Ia sedikit bernafas lega karena rumah sakit kembali melakukan perawatan yang baik untuk keluarganya saat itu. Namun lagi-lagi kesakitannya datang, beberapa hari setelah ia menjual rumahnya, Rana mendapatkan kabar bahwa kedua adiknya telah pergi meninggalkannya.
Belum sempat ia bereaksi pada kabar memilukan tersebut, jantungnya kembali di tikam oleh kabar bahwa sang ibunda pun menyusul kedua adiknya.
Eve yang selalu bersamanya, ia terlihat panik karena Rana histeris dan tak sadarkan diri di sekolah. Satu minggu berlalu kala itu, Rana yang terlihat masih sedih karena kepergian ibu dan adiknya kembali di hantam keras oleh takdir menyakitkan yang di sampaikan oleh seorang guru di sekolahnya.
"Rana, ayah kamu sudah tiada!"
Tubuhnya menegang, ia mengeratkan genggaman tangannya pada jemari Eve. Kedua matanya mengembun dan terasa panas, tenggorokannya tercekat, juga nafas yang tersengal. Gadis itu semakin masuk ke dalam kegelapan, bahkan suara-suara yang memanggil namanya pun semakin lemah dan menghilang dari pendengaran. Ia terlalu lelah dan lemah menghadapi takdir yang telah Tuhan gariskan untuknya.
Eve menatap lekat wajah lelah Rana yang kini tertidur di sebelahnya. Ia berjanji untuk tak meninggalkan gadis itu sendirian, apapun alasannya.
Yang ia tahu kini, Rana hanya memilikinya dan tak ada oranglain lagi yang akan menemaninya.Eve tak ingin Rana merasa sendirian meski nyatanya mungkin perasaan itu akan selalu muncul pada kalbu Rana.
"Lo gadis yang kuat, gue gak akan pernah ninggalin lo Ra.."
Bisiknya teramat yakin, gadis itu mengecup kening Rana kemudian ikut memejamkan mata dan berharap semua yang terjadi kini adalah mimpi buruk baginya dan sahabatnya saja.
Flashback Off
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I HOOP your Love? (GxG) (COMPLETED)
Fiksi Remaja"Aku hanya berpikir jika kau tak memiliki perasaan padaku tanpa pernah melihat semua tanda cinta yang kau tunjukkan di depanku." "Maaf tentang pemikiran naif ku. Kembalilah, rasa kita serupa dan jalan kita tak berbeda." INGET INI LAPAK GxG!