35. Pasir dan Hati

6 3 1
                                    

Antara Pasir dan Hati

Gimana ya? Sebenarnya aku sakit, jika kamu mengatakan perkara yang seakan-akan membuatku tak punya kemajuan diri
Padahal, aku menunggu setiap waktu dengan pusaran rindu yang meniduri
Setiap detakmu selalu kuharapkan untuk bisa memelopori
Aku ingin kehangatanmu Tuan, kenapa relungku kamu dinginkan dengan derasnya air yang mengaliri

Telapak kaki kita pernah berjejak sama di atas butir-butir pasir putih itu, bukan?
Gimana dengan suara hati yang teruntai? Apa yang terbayang saat desir angin mulai kamu rasakan?
Antara dua kaki yang menapak dan satu hati yang merangkak dalam gertakan
Ya, aku memandang layar lebar yang menampilkan kita dalam romantisnya gerakan

Telapak kaki kita pernah berjejak sama di atas butir-butir pasir putih itu, bukan? Gimana dengan suara hati yang teruntai? Apa yang terbayang saat desir angin mulai kamu rasakan? Antara dua kaki yang menapak dan satu hati yang merangkak dalam gert...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Az: "Tuan ... aku tuh tidak secantik Aisyah."

Al: "Nona ... fisik bukan sasaran utama saya."

Az: "Aku juga tidak bisa mempunyai perangai yang selembut Khodijah."

Al: "Tidak masalah, saya juga tidak secerdas Nabi Muhammad."

Az: "Tapi kenapa Tuan memberiku luka lagi di senja ini? Udah ke berapa kali?"

Al: "Sini ... tenangkan dulu. Saya tidak mungkin menulis hal yang tidak ada baiknya untuk kamu."

Az: "Buktinya air mataku sampai terjatuh. Dari pagi sampai senja, aku menunggunya dengan penantian yang luar biasa ... tapi yang dirindu justru menghancurkan."

Al: "Logikanya dipakai, memangnya kalau sudah jelas bahwa sesuatu yang ditaruh tidak pada tempatnya itu hal yang punya dampak buruk ... harus ya dijelaskan lagi, hmm?"

Az: "Tuan 🥹, aku tahu hari ini Tuan sedang lelah."

Al: "Lalu?"

Az: "Terkadang sesuatu yang jelas bagimu itu belum jelas bagiku."

NOSTALGIA

Al: "Kamu gak boleh jadi penjajah😂😂, penjajah itu suka ngeyel."

Az: "Wkwk, kan emang perempuan. Emang harus diubah ya?"

Al: "Terserah kamu, Nona."

Az: "Kok terserah?"

Al: "Saya cuma ngasih apa yang kamu minta."

Az: "Ya maksud aku ngeyel tuh bukan untuk ngebantah loh, tapi kenapa ditangkap mentah? Aku kan ingin menguatkan titah aja. Maaf, Minal 'Aidin Walfaizin. Dimaafkan apa belum?"

Al: "Sudah."

Az: "Singkat!😌"

Al: "?"

Azizah Bounty
Ponorogo, 21 Mei 2024

Tusukan Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang