Hinata yakin, telinganya tidak salah dalam menangkap ucapan yang dilontarkan oleh pria dewasa di hadapannya. Setiap susunan kalimat yang dia lepaskan dari mulutnya, meluncur secara tegas dan pasti.
Namun, ada satu yang sampai kini membuat Hinata tidak bisa mengontrol raut terkejut di wajahnya.
"Apa ... maksud Anda?" Hinata tahu, tidak pantas bertanya terlalu banyak tentang masalah pribadi orang lain. Tetapi, karena laki-laki ini sudah sempat membahasnya, Hinata hanya ingin sekadar memastikan apakah yang ia pikirkan adalah sesuatu benar atau salah. "Tidak tertarik ... bagaimana?"
Lama, netra samudra itu hanya menatap tanpa kata. Sampai-sampai, Hinata berpikir bila keputusannya untuk bertanya memanglah sesuatu yang salah.
Pria ini mungkin tidak suka dengan apa yang ia lakukan.
"M-Maaf, aku tidak bermaksud--" Hinata tidak melanjutkan ucapan. Naruto tampak sedang menerima satu panggilan telepon dan langsung meresponnya tanpa memperdulikan hal lain, termasuk ucapan yang Hinata lakukan.
"Baik." Setelah pembicaraan yang terlampau singkat itu, sang pria mematikan telepon, lalu kembali menatap wanita di depannya.
"Aku harus pergi. Ini bukan bentuk pengusiran, tapi, sepertinya kau juga harus pergi."
Melihat Naruto beranjak berdiri, Hinata lekas membuat dirinya ikut berdiri.
"Jadi, sudah dipastikan bila kau menyetujui pernikahan kita, 'kan?"
Hinata menunduk singkat. Meskipun jalan yang dilalui cukup berisiko karena secara sadar membuatnya menceburkan diri ke dalam permasalahan pria tersebut, namun--
"Semua yang kau butuhkan akan terpenuhi, Hinata. Apa pun. Kau tidak perlu lagi bekerja susah payah, cukup melakukan peranmu sesuai keinginanku."
"Ya," pelan, Hinata menjawab. Ia tidak mau mendongak untuk membalas tatapan.
"Bagus." Naruto merasa puas. "Selanjutnya, biar aku yang akan mengurus sisanya. Kau cukup menunggu dan bersiap untuk hari utama."
"..."
Melihat gelagat kosong di hadapannya, Naruto tersenyum. "Ingin sekalian kuantar pulang?"
"Tidak perlu." Hinata memberi penolakan halus. "Aku akan pergi sendiri."
.
.
Beberapa Waktu Kemudian
"Aku bertanya pada temanku dan dia menawarkan agar aku bekerja di tempatnya bekerja sekarang. Setelah pengumuman kelulusan nanti, aku bisa langsung datang padanya."
Hinata menghentikan langkah secara tiba-tiba. Ia sedang berdiri di jalur menuju ruangan depan -- tempat di mana Natsu dan Hanabi sedang berbincang-bincang.
Sejak sejam yang lalu, Natsu memang datang berkunjung ke rumah, sekadar melihat keadaan Hinata dan Hanabi, sebelum nanti akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Hiashi sebagai kegiatan rutin yang selalu dilakukan.
Perasaan Hinata sedikit tawar saat ini, dan ucapan Hanabi barusan adalah alasannya.
Memang, Ia belum pernah membahas apa pun bersama Hanabi. Apa pun, termasuk juga rencana kedepan yang akan ia jalani, karena Hinata bingung bagaimana harus memulainya.
"Kak?"
Hinata tersentak pelan. Ia sedang termenung di tempat dan baru tersadar setelah Hanabi menegurnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement [ NaruHina ] ✔
FanfictionHubungan mereka sederhana; Hanya perlu melakukan 'hal kecil' yang Namikaze Naruto inginkan, maka Hyuga Hinata akan memperoleh apa yang Ia butuhkan. *** "Karena kita bukan orang yang saling mengenal, kurasa, ini tidak akan menjadi masalah yang begitu...