7

1.3K 210 68
                                    

"Setidaknya, coba dulu bertemu dengannya. Tidak ada yang mustahil. Bisa saja yang kali ini akan berhasil."

Naruto memalingkan wajah ke luar jendela. Bersama tatapan malas, ia tak memberi respon apa-apa.

Sebelumnya, ia menyanggupi keinginan Shimura Sai untuk bertemu. Pria bersurai hitam itu mendadak membahas mengenai seseorang yang sudah disewanya di sebuah hotel.

Seseorang yang barangkali bisa digunakan untuk memacu hasrat laki-laki Naruto agar kembali terpancing.

Hal ini sudah yang kesekian kalinya dilakukan. Dengan tujuan ingin membantu, Sai kerap membayar beberapa wanita yang memiliki kualitas; dalam bentuk tubuh, suara yang indah, bahkan keahlian yang luar biasa di atas ranjang.

Tetapi, hasil yang didapati selalu sama. Naruto akan berakhir berdecih muak.

Tidak ada guna sama sekali. Meskipun ada sepuluh wanita telanjang dengan paha yang mengangkang di hadapannya, semua hanya sia-sia di mata Naruto.

Ia tak merasakan apa-apa, sedikit pun. Malah, Naruto akan terganggu bila seorang wanita berani melakukan kontak fisik secara berlebihan kepadanya. Sekadar berdekatan mungkin tak begitu masalah, tetapi, jika untuk sesuatu yang lebih jauh, Naruto akan mulai merasa tidak nyaman.

"Naruto, ..." Sai memanggil. Tetapi, karena tak ada reaksi, ia paham bila artinya adalah penolakan. "Lalu, bagaimana dengan Hinata?"

Barulah setelah pembahasan dialihkan, kelereng safir Naruto melirik tipis. Baginya, sesuatu mengenai Hinata lebih baik untuk dibahas dibanding keinginan Sai agar ia bertemu para jalang murahan yang rela melepas celana dalam demi sejumlah uang.

"Dia tidak membuat kekacauan apa pun?"

"Dia terlihat takut padaku," Naruto menjawab. "Salah sedikit, ini bisa menghancurkan segalanya."

"Apa ini karena asisten rumah tangga yang disewa oleh ibumu?"

"Hm."

"Kehadiran Yugao memang mempersulit keadaan kalian, tapi aku tahu jika kau tidak mungkin berhenti sampai di sini," Sai mengajukan sebuah pendapat. "Kurasa, yang harus kau harus lakukan adalah membuat Hinata percaya sepenuhnya padamu."

"Percaya?"

"Dengan begitu, dia bisa bersikap lebih alami dalam memainkan perannya." Sejenak, Sai terkekeh. Ini juga terasa lucu. Maksudnya, seringkali ia akan mendengar bila para wanita selalu memuja seorang Namikaze Naruto. Bersedia memberikan dirinya dan melakukan apa saja yang Naruto inginkan.

Tetapi, perempuan bernama Hinata itu berbeda. Dia malah terkesan takut. Dia terpaksa melakukan keinginan Naruto -- karena ada embel-embel upah di dalamnya.

Hinata cukup menarik.

"Tapi, apa kau ... tidak merasakan sesuatu saat bersamanya?"

"Maksudmu?"

"Hinata tidak membuatmu merasa--"

"Satu-satunya yang kurasakan adalah keinginanku agar dia tidak melakukan kecerobohan," Naruto merespon segera. Ia tahu apa yang mau Sai ucapkan.

Mungkin akan terdengar kejam, namun, tujuan lain Naruto memilih Hinata adalah karena ia tidak perlu merasa bersalah bila membuat perempuan itu terlibat hal pelik di kemudian hari.

Naruto bisa memanfaatkannya tanpa mesti memikirkan apa pun -- termasuk perasaannya, karena mereka bukanlah orang yang dekat satu sama lain.

Jadi, lebih baik Sai tidak membicarakan sesuatu yang penuh omong kosong.

"Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku," Naruto berkata.

"Apa itu?"

"Temui dia, dan katakan beberapa hal."

Agreement [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang