"Aahh--agh!"
Mungkin belum sampai satu jam lamanya ketika Hinata selesai mandi, namun kali ini, ia dibuat mandi untuk kedua kalinya.
Hinata tidak bodoh untuk memahami bila ajakan 'menemani mandi' yang Naruto ucapkan sebelumnya hanyalah sekadar alibi belaka. Sesuatu yang diucapkan untuk melancarkan niat lain yang sebenarnya ingin pria itu lakukan.
Dan sekarang, dia mendapatkannya. Hinata yang basah dan berada dalam kuasanya adalah tujuan utama dari seorang Namikaze Naruto saat ini.
Terkadang, Naruto merasa tidak terima dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Dulu, ia selalu merasa tidak nyaman ketika menyentuh seorang wanita. Bahkan, hanya dengan mencium aroma tubuhnya pun, ia sudah ingin segera menghindar secepat mungkin.
Tetapi saat ini, sungguh gila apa yang memenuhi dirinya. Ia seolah bisa langsung kesetanan hanya dengan mendengar Hinata menyebut namanya dalam alunan desah suaranya.
"Narutohh--akh!"
Naruto tidak mengalah. Meski Hinata akan memekik dan menjerit tanpa berhenti, Naruto hanya perlu mempertegas keadaan bila perempuan itu sendiri yang sudah melakukan kesalahan karena memiliki suara yang merdu. Dia yang salah karena sudah berani membuat Naruto ingin terus menyentuhnya tanpa jeda.
Sama seperti sekarang. Meski Naruto tahu wanita di hadapannya sudah susah payah menahan diri, ia tak berniat berhenti dan memberi kesempatan.
Naruto sudah cukup sering disuguhkan keindahan dan kemolekan seorang wanita. Semua barang yang Sai tawarkan padanya selama ini memiliki kesempurnaan yang membuat pria paling beriman sekalipun akan tergoda.
Namun, hanya Hinata. Sekali lagi Naruto katakan, hanya Hinata yang membuatnya bisa seperti ini.
Wanita tersebut tak perlu menggenakan pakaian seksi atau berpose merayu. Dia hanya perlu berdiri dan menerima sentuhan, maka Naruto sudah bisa kembali terbangun. Bahkan, ketika Hinata berlagak ingin menolak, Naruto malah merasa sesuatu dalam dirinya semakin tertantang dan ingin kian merasakannya.
Hinata adalah candu. Dan Naruto tak tahu bagaimana akan menghentikan semua ini.
.
.
.
Sebagaimana keadaan di kediaman utama Namikaze biasa terlihat, hari ini pun, semuanya terlihat tenang dan damai.
Saat ini, Kushina meminta agar Hinata bisa datang. Selain karena ingin bertemu, Nyonya Besar Namikaze juga meminta agar istri dari sang anak bisa sedikit memberi bantuan untuk berkebun di halaman belakang.
Meskipun ada orang yang tugaskan khusus dalam hal merawat taman bunga kesayangan sang Nyonya, namun, Kushina lagi-lagi memberi alasan bila mau menjadikan momen tersebut sebagai ajang mendekatkan diri bersama Hinata.
Meskipun sejak tadi Hinata sudah terlihat sibuk membenahi kebun kecil yang ingin ditamani beberapa tanaman baru, tetapi, Kushina masih enggan ikut bergabung. Ia masih ingin menikmati waktu santainya sebelum menyibukkan diri dengan tanah kotor.
Lagi pula, ia tidak meminta Hinata untuk membereskan pekerjaan di sana secepat mungkin. Wanita itu sendirilah yang berkata ingin segera melakukannya agar Kushina tidak perlu ikut serta mengangkat beberapa batu hiasan yang akan dijadikan pagar dan bisa membuatnya lelah.
Ya, Kushina memang merasa sudah cukup tua. Hinata ternyata sangat membantu.
"Jadi, kapan keberangkatanmu?" Sembari menunggu dirinya siap melakukan pekerjaan, Kushina membuka obrolan bersama sang putra.
Kushina hanya meminta Hinata yang datang, tapi tak diduga, ternyata Naruto juga ikut serta bersamanya.
Cukup menumbulkan pertanyaan, karena seringnya, Naruto akan datang ke kediaman utama hanya jika memiliki keperluan penting atau mungkin ketika Kushina memberinya paksaan untuk datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement [ NaruHina ] ✔
FanfictionHubungan mereka sederhana; Hanya perlu melakukan 'hal kecil' yang Namikaze Naruto inginkan, maka Hyuga Hinata akan memperoleh apa yang Ia butuhkan. *** "Karena kita bukan orang yang saling mengenal, kurasa, ini tidak akan menjadi masalah yang begitu...