22

1.3K 235 43
                                    

Jika bisa, Hinata tidak ingin pulang ke rumah sementara waktu ini. Dia tidak mau menghadapi berbagai pertanyaan yang pasti akan Natsu layangkan setelah apa yang terjadi beberapa saat lalu, terutama mengenai Naruto.

Karena apa? Hal itu hanya membuat Hinata semakin sulit mengenyahkan kenyataan yang sementara menimpanya sekarang.

Namun, Hinata tidak memiliki tempat tujuan lain. Ia sudah terlanjur berada di depan pintu, hanya perlu mendorongnya kemudian masuk ke dalam.

Saat benda tersebut terbuka, benar saja, Natsu masih berada di sana karena Hanabi pun belum kembali. Dia sedang duduk dan langsung memberi isyarat saat melihat keberadaan Hinata.

Hinata tahu jika ada yang perlu dijelaskan, jadi, ia segera mengambil duduk.

"Ayah di mana?"

"Ayahmu sedang istirahat," Natsu menjawab. "Hinata, ... apa yang sebenarnya pria lakukan?"

Sudah sekian kali. Sudah terlalu banyak pertanyaan serupa yang diberikan padanya. Ayah, Hanabi, Natsu, bahkan dirinya sendiri. Pertanyaan itu selalu hadir untuk mempertanyakan maksud Naruto datang ke sini.

Tapi, Hinata masih saja tidak tahu harus menjawab apa.

"Ayahmu berkata, ini adalah sekian kalinya dia menemuimu. Kenapa?"

"..."

"Apa ada masalah yang terjadi? Dia ingin membuat rencana di luar nalar lainnya dan berniat menyeretmu lagi? Apa yang dia harapkan? Hinata, ..." Natsu bersikeras. Ia menuntut karena tak kunjung memperoleh jawaban. Wajah Hinata malah terlihat pucat dan lelah. "Apa yang sebenarnya yang terjadi antara kalian?"

Garis alis Hinata menekuk sendu. Wajahnya yang terus tertunduk, sekarang membalas tatapan Natsu.

Ada ribuan kata yang terkurung di ujung lidahnya. Sesuatu yang tak mampu ia sampaikan.

"Jawab satu pertanyaanku," Natsu melanjutkan. "Sejauh apa hubungan kalian sebenarnya?"

"!" Tertegun. Hinata tidak mampu mengontrol raut itu untuk hinggap di wajahnya. Natsu seolah bisa menebak dengan tepat sasaran.

"Apa benar, ... saat itu, kamu hanya menjalankan peranmu sebagai istri bayaran tanpa sesuatu yang lain di antara kalian?"

"..."

"Hanya sebatas untuk mencapai tujuan laki-laki itu?"

Ketika itu, Natsu sudah merasakannya. Dia menyadari gelagat Hinata yang berbeda -- selang beberapa lama dia mengemban statusnya sebagai 'istri'. Tinggal bersama, hidup bersama, menghabiskan waktu dalam satu ruang lingkup yang sama. Natsu seolah bisa menangkap ada yang lain di antara mereka.

Tetapi, Natsu tak bersuara. Ia tak berkomentar karena tetap meyakini bila Hinata tidak akan bertindak terlalu jauh.

Hanya saja, dengan tak adanya balasan yang Hinata berikan untuk melengkapi pertanyaan yang ia layangkan, hal itu membuat Natsu sadar bila dirinya harus bicara dengan sungguh-sungguh.

"Hinata, sejak awal, kamu tahu bila Bibi tidak pernah setuju dengan rencana yang kamu lakukan."

"..."

"Pria itu, dia datang secara tiba-tiba lalu menyeretmu untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya salah untuk kamu lakukan."

"..."

"Bibi tidak tahu sejauh apa kalian sudah menjalaninya, namun, ... apa kamu yakin?"

"..."

"Apa kamu yakin jika dia serius?"

Lemah, tatapan Hinata kembali tertunduk.

"Jika seorang pria benar-benar tulus menginginkan, dia tidak akan membawa masalah pada orang yang diinginkannya. Tapi, yang dia lakukan selama ini adalah membuatmu menghadapi semua persoalan yang memiliki konsekuensi tinggi. Dia mungkin memberimu bantuan, tapi bantuan itu tidaklah gratis. Kenapa? Karena dia memilihmu sebab membutuhkanmu, bukan menginginkanmu."

Agreement [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang