"Aku merindukanmu."
"Aku tidak akan menceraikanmu, karena aku tidak mau melakukannya. Hanya itu alasannya."
"Ada yang hadir di dalam diriku, dan kurasa itu adalah ... perasaan ... cinta."
Cinta.
Hinata sudah berusaha menahan diri, tetapi apa sedang menyentak di dalam perasaannya, membuat ia merasa tidak ada cara lain untuk menghindar. Sejak mendengar Naruto mengucapkan kata tersebut, bahkan sampai sekarang di mana pria itu sudah meninggalkannya di dalam ruangan seorang diri setelah pengungkapan yang dia lakukan, sampai saat ini, Hinata masih merasakan jantung yang berdebar sangat cepat.
Hinata tidak sepolos itu atau mungkin ingin berlagak tidak memahami apa-apa mengenai apa yang terjadi pada dirinya. Hinata mengerti ... bila debaran ini merupakan akibat dari seberapa besar pengaruh seorang Namikaze Naruto dalam hidupnya, seberapa besar pria itu sanggup membolak-balikkan logikanya, dan seberapa kejam ia membuat Hinata selalu dihantui perasaan kalut yang besar.
Cinta?
Hinta membekap wajah dengan kedua tangan.
Terlalu sulit baginya untuk mengerti pria rersebut. Bagi Hinata, segala apa yang keluar dari mulut Naruto merupakan sesuatu yang patut dicurigai dan waspadai.
Mengawalinya dengan kebohongan kemudian mengakhiri semuanya pula dengan keterlaluan.
Tidak ada alasan bagi Hinata untuk bisa percaya padanya. Itu yang selalu Hinata tekankan dalam dirinya semenjak perpisahan tak resmi mereka terjadi.
Tapi, ...
Hinata meringis dalam hati.
Kenapa dirinya merasa menjadi sulit seperti ini? Mengapa ... ia seperti bimbang akan sesuatu?
.
.
.
Menapakkan kaki di sebuah lorong panjang rumah sakit, Naruto berhenti sejenak dalam perjalanannya untuk pergi selepas berkunjung dan melihat keadaan Hinata.
Wanita itu sudah tak apa-apa, tidak seperti ketika Naruto membawanya ke sini lantaran keadaan yang cukup mengenaskan. Setidaknya, meski tak ada hal-hal tertentu serta pembahasan lebih jauh lagi antara keduanya -- karena Hinata yang selalu mencoba bersikap abai -- Naruto sudah mengetahui bila dia baik-baik saja.
Karena sekarang sudah malam, Naruto tidak merasa ada urusan lain yang perlu dilakukan. Ia hanya akan langsung pulang ke rumah dan melakukan rutinitas biasa.
"..."
Sial.
Pria itu memaki dalam hati. Tangannya terangkat untuk menutup mulutnya sendiri dalam beberapa detik, bersama alis yang menaut. Sangat erat rambut-rambut di atas mata itu menekuk guna mengungkapkan seberapa dalam sang putra Namikaze menyadari sesuatu.
"Ada yang hadir di dalam diriku, dan kurasa itu adalah ... perasaan ... cinta."
Apa yang terjadi pada dirinya?
Ketika mengutarakan kalimat tersebut, Naruto seperti hilang kendali diri. Deretan kosakata itu keluar begitu saja dari mulutnya dan diperdengarkan dengan begitu lantang.
Semua disebabkan karena sikap Hinata yang benar-benar menunjukkan ketidakinginan atas kehadirannya di sekitar wanita tersebut. Kestabilan diri Naruto seperti pecah dan berakhir membuatnya melakukan sesuatu yang terasa cukup ... memalukan.
Pernyataan cinta.
Siapa pun yang mendengar kalimat yang Naruto sampaikan saat itu, pasti akan mengutarakan pendapat yang sama untuk menyimpulkan apa yang dia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement [ NaruHina ] ✔
FanficHubungan mereka sederhana; Hanya perlu melakukan 'hal kecil' yang Namikaze Naruto inginkan, maka Hyuga Hinata akan memperoleh apa yang Ia butuhkan. *** "Karena kita bukan orang yang saling mengenal, kurasa, ini tidak akan menjadi masalah yang begitu...