Semua mulai terasa tidak masuk akal bagi Hinata.
Ia masih memahami dengan jelas jika pernikahan bersama seorang Namikaze Naruto hanyalah ikatan yang berdiri di atas sebuah kesepakatan; karena pria itu membutuhkan bantuan, dan Hinata menginginkan uang.
Awal mula pertemuan mereka bahkan terkesan sangat mengerikan. Pria itu muncul disaat keadaan Hinata sedang begitu terpuruk. Ia menawarkan sebuah jaminan, dengan persyaratan yang sangat diluar perkiraan, sesuatu yang membuat Hinata berpikir bahwa Naruto adalah orang asing paling gila yang pernah ia jumpai.
Sialnya, takdir ini bekerja kepada Hinata dengan cukup kejam. Ia dipermainkan hingga pada akhirnya, secara terpaksa benar-benar terikat pada pria arogan dan menakut seperti Naruto.
Hinata tak pernah mengharapkan apa-apa dalam hubungan penuh sandiwara mereka. Ia tidak pernah
menginginkan sesuatu yang lebih dari apa yang sudah disepakati.Setelah semuanya berakhir, mereka pun akan selesai. Begitulah rencana yang ada.
Namun, yang terjadi sekarang, sangat tidak pernah Hinata bayangkan dalam hidupnya.
Ia yang sedang berdiri diam dan berada dalam pelukan seorang pria sembari menerima semua sapuan yang terjadi di bibirnya, adalah situasi yang membuat Hinata mempertanyakan kewarasannya sendiri.
Apakah dia menjadi sama gilanya dengan Naruto?
Kenapa? Kenapa ia berubah pasrah tanpa perlawanan -- dan malah bertindak seakan menyambut tiap sentuhan yang Naruto lakukan?
Belakangan, Hinata selalu berpikir bila tingkah Naruto sangatlah aneh. Dan sekarang, ia akan mengatakan pada dirinya sendiri, bahwa ia pun menjadi sangat aneh.
"Mmp!"
Keadaan ini membuat Hinata berubah pasrah. Saking tak melawannya, ia tak kuasa mempertahankan keseimbangan ketika menerima satu desakan yang kuat. Hinata terdorong mundur cukup kasar, sama kasarnya dengan ciuman yang terjadi tanpa henti dan semakin dalam untuk meraupnya.
Naruto seolah tak mau memberi kesempatan bagi wanita di hadapannya untuk mencerna situasi lebih jauh lagi. Yang ia mau hanyalah meluapkan sesuatu dalam dirinya, sesuatu yang membuatnya merasa ingin berteriak karena tak sanggup lagi.
Bertahun-tahun lamanya Naruto mati rasa, dan kini ia kembali dapat menikmati kehidupan yang sebenarnya. Semua ini membuat Naruto seperti orang yang kehilangan akal.
Tekanan panas menguasai dirinya. Semakin jauh ia mencicipi bibir Hinata, semakin pula Naruto menginginkan yang lebih. Ia tak mau hal ini hanya sebatas ciuman semata.
Ketika tubuh Hinata tersandar dengan kuat ke arah tembok, Naruto melancarkan esapan-esapan ringan pada garis lehernya. Perlakuan intim tersebut mungkin membuat Hinata sedikit terkejut, hingga tanpa sadar, ia menghempas sebuah hiasan meja berbahan keramik dan benda itu jatuh tanpa belas kasihan ke lantai.
Suaranya cukup keras, sampai-sampai, Yugao yang sedang berada di lantai bawah dibuat mendongak ke atas ketika menyadari ada sesuatu yang pecah. Sumbernya seperti berasal dari kamar Tuan dan Nyonya, tetapi, Yugao tidak bisa menebak apa yang menjadi alasan suara bising tersebut.
Entahlah. Mungkin hanya perasaannya saja.
"Hinata ..."
Saat namanya disebut, Hinata bergidik. Seperti ada seember batu es yang dituangkan ke atas tubuhnya saat Naruto melantunkan panggilan dengan suara yang serak -- tepat di depan telinganya.
Naruto seperti sedang menahan sesuatu dengan susah payah. Ia tampak tertekan begitu parah.
"Aku menginginkanmu, ... sekarang."
![](https://img.wattpad.com/cover/368532600-288-k124915.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement [ NaruHina ] ✔
FanfictionHubungan mereka sederhana; Hanya perlu melakukan 'hal kecil' yang Namikaze Naruto inginkan, maka Hyuga Hinata akan memperoleh apa yang Ia butuhkan. *** "Karena kita bukan orang yang saling mengenal, kurasa, ini tidak akan menjadi masalah yang begitu...