Sebagai seorang pecinta minuman, Naruto kerap menghabiskan waktu luang untuk menikmati beberapa tegukan hingga tenggorakan merasa dipuaskan.
Minimal segelas atau dua gelas. Menjadikan cairan tersebut serupa kekasih yang senantiasa ada di dekatnya dan menemani dalam situatu apa pun kala dibutuhkan.
Hal itu sudah tersaji di depannya sejak tadi. Semenjak memutuskan untuk berkutat di ruang kerja pribadi, Naruto sudah mengisi gelas kristalnya dengan porsi biasa. Gelas itu tampak berkilau tatkala diterpa cahaya temaram kekuningan dari sebuah lampu di sisi sofa. Yang perlu Naruto lakukan sekarang adalah meraihnya, lalu dinikmati dalam ketenangan.
Tapi, ada yang sedikit berbeda terhadap sikap putra keturunan darah Namikaze tersebut.
Meski beberapa tahun belakangan selalu beranggapan bila gelas dan minumannya adalah sesuatu yang lebih menggoda dibanding tubuh telanjang seorang wanita, tapi kini, Naruto tidak berminat untuk menyentuhnya sedikit pun.
Minuman itu hanya dituangkan begitu saja tanpa tujuan yang pasti, karena Naruto berpikir, dengan begini, ia tak akan merasa sendirian.
Meskipun Kurama juga ada di ruangan yang sama bersamanya, tetapi, Naruto hanya membiarkan hewan tersebut terlelap di seberang dudukan -- tanpa berniat memberikan pelukan atau elusan pada bulu-bulu halusnya. Padahal, Naruto suka sekali kegiatan mengelus.
Yang ada, mata biru itu hanya menatap lurus pada pemandangan hampa di dalam ruangan sepi.
Merasakan sebuah debaran aneh di dalam dada, hal ini membawanya kembali pada kejadian beberapa saat lalu.
Hinata.
Perempuan itu berani sekali padanya.
Tangan kosong Naruto terangkat ringan untuk menyentuh belahan bibirnya sendiri. Sudah dikatakan jika ia menyukai kegiatan mengelus, maka, itu pula yang jemarinya lakukan sekarang; mengelus permukaan bibirnya sendiri.
Kapan terakhir kali Naruto berciuman? Mungkin sekitar beberapa tahun lalu. Sudah cukup lama dan rasa terakhir yang ia ingat bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Bukan sesuatu yang membuatnya berdebar atau aliran darah yang mengalir cepat.
Ciuman terakhir itu adalah pertanda awal dimana Naruto menyadari jika ada yang salah dengan dirinya.
Sejak saat itu, Naruto merasa bila menyentuh seorang wanita hanyalah kegiatan tak berarti yang menciptakan rasa tak nyaman. Setidaknya, hingga ia merasakan satu hal berbeda beberapa saat lalu.
Ciuman Hinata.
Setelah cukup lama Naruto seakan mati rasa, tadi merupakan pertama kalinya lagi ia seakan tersengat oleh sebuah sensasi yang luar biasa. Sebuah rasa yang sudah tak pernah lagi Naruto nikmati selama ini.
Dan semua karena Hinata.
Dia adalah alasan Naruto kembali mendapatkan getaran itu.
Menolehkan kepala ke arah pemandangan luas langit malam dari dinding kaca di dekatnya, Naruto bisa melihat bayangan dirinya sendiri secara samar.
Bersama malam yang semakin sunyi, Naruto putuskan untuk meraih gelasnya yang terus dianggurkan sejak tadi. Sebelum membiarkan bibirnya bersentuhan dengan bibir gelas, ia menyerigai tipis.
.
.
AGREEMENT
Don't like, don't read
Happy Reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement [ NaruHina ] ✔
FanfictionHubungan mereka sederhana; Hanya perlu melakukan 'hal kecil' yang Namikaze Naruto inginkan, maka Hyuga Hinata akan memperoleh apa yang Ia butuhkan. *** "Karena kita bukan orang yang saling mengenal, kurasa, ini tidak akan menjadi masalah yang begitu...