14. Pilihan Terberat

230 15 2
                                    

Happy Reading 🍊

Setelah jam kerja usai, Julian buru-buru mengemasi barangnya dan segera ke parkiran, ia hendak ke rumah orang tuanya. Tiba-tiba saja tadi mamanya menelpon agar Julian segera ke rumah karena ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan Julian. Kalau bukan hal penting tidak mungkin orang tuanya meminta agar ia segera datang ke sana.

Julian memasuki rumah orang tuanya namun tidak satupun dianta keduanya yang ia temui di rumah. Segera Bi Inah ART di rumah orang tua Julian, menghampiri Julian yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Pak Julian mau minum apa?" Bi Inah menawari Julian

"Ga usah bik abis minum tadi di kantor. Mama sama papa kemana bi?" tanya Julian heran

"Ada di kamar Pak, mau saya panggilkan Pak." Bi Inah menawarkan pada Julian

Julian mengangguk pertanda ia menyetujui tawaran Bi Inah tadi "Iya boleh deh bi"

Berselang beberapa menit setelah kepergian Bi Inah, orang tua Julian muncul dari balik pintu kamar. Mereka sepertinya sedang serius membicarakan sesuatu. Julian tidak bisa mendengar apa yang sedang di bicarakan oleh orang tuanya.

Kedua orang tua Julian duduk di sofa di dekat Julian dengan wajah serius tidak seperti biasanya. Ini sudah bisa dipastikan ada hal mendesak dan serius yang akan mereka bicarakan dengan Julian.

"Kamu mau makan dulu sayang?" tanya mama Julian

"Ga usah ma, masih kenyang." jawab Julian

Sebenarnya apa yang ingin mereka katakan, kenapa Julian merasa tidak nyaman dengan wajah orang tuanya.

"Gimana kerjaan kamu Ju? Ada kesulitan ga?" Papa Julian membuka pembicaraan untuk memecah ketegangan diantara mereka

"Lancar kok Pa, sejauh ini ga ada yang terlalu serius kesulitannya." ucap Julian

"Bagus deh kalau kamu bisa atasi itu"

Mama dan papa Julian saling melempar pandangan seperti meminta pendapat, mereka tidak mengatakan sepatah katapun tapi Julian bisa mengerti isyaratnya, mama Julian kemudian mengangguk, setelahnya papanya menatap ke arah Julian.

"Sebenarnya Papa ga mau bahas ini terburu-buru, apalagi Mama kamu bilang kamu belum siap dan masih belum ada perasaan apa-apa ke Tiffany."

"Tapi setelah Papa dan Mama pikirkan lagi, sebaiknya pernikahan kamu dipercepat bulan depan dengan Tiffany, ini semua untuk kebaikan kamu juga Ju." lanjut papa Julian

Deg

Tubuh Julian terasa di sambar petir di tengah hari. Tak cukup waktu yang lama, orang tuanya mengambil keputusan ini. Di saat hatinya yakin dengan Binar dan berniat akan mengungkapkan perasaannya pada Binar segera, tapi takdir yang di kehendaki orang tuanya berkata lain.

"Pa, Julian ga bisa menikah secepat itu dengan Tiffany, Julian bahkan ga kenal dengan Tiffany Pa." keluh Julian pada papanya.

"Papa mengenal dia dengan baik, keluarga kita semua mengenal baik keluarganya, ga mungkin Papa ngenalin dia ke kamu kalo Papa ga tau sifat dan kepribadian dia gimana Ju." Papa Julian berusaha meyakinkan Julian

"Tapi bagaimana dengan perasaan julian pa? Julian ga cinta sama Tiffany, Julian ga bisa menikahi orang yang ga Julian cinta."

Julian masih berusaha menolak permintaan papanya dengan berbagai alasannya. Julian berharap papanya bisa mengerti bahwa dia tidak menginginkan perjodohan ini.

"Perasaan itu akan tumbuh sendiri Ju, dengan seringnya kalian bersama maka cinta itu akan muncul dan bertambah setiap hari nanti. Kamu ga perlu khawatir soal itu."

Julian kehabisan kata-katany, setiap kali ia mencoba mengutarakan perasaannya, jawaban papanya tetap pada pilihan untuk melanjutkan perjodohan ini dan segera melangsungkan pernikahannya.

Julian dan papanya bisa dibilang jarang mengobrol berdua. Karena sifat papanya yang tegas, membuat pembicaraan mereka hanya pada hal-hal yang penting saja. Papanya juga tidak suka membicarakan sesuatu hal berkali-kali, sama dengan halnya sekarang. Julian sudah bisa merasakan bahwa kali ini ia tidak akan bisa menolaknya, dia hanya harus menerimanya.

"Ma" Julian menatap sendu mamanya, berharap ada sedikit harapan dari mamanya. Hanya mamanya yang bisa membicarakan ini dengan papanya.

Namun jawaban dari mama hanya gelengan kepala, berarti sudah tidak ada harapan lagi dari mama. Papa Julian memang tidak suka dibantah. Bisa saja mamanya memang sudah membicarakan ini sebelumnya, tapi papa sudah bulat dengan keputusan. Sehingga hari ini menjadi keputusan final dari papanya.

"Ga ada alasan buat nolak lagi Julian, Papa udah pilih orang yang pas buat kamu, dan dia juga sangat menyukai kamu. Papa percaya hubungan kalian kali ini akan berhasil. Kamu hanya perlu menerima dan terbiasa."

"Tapi Julian ga bisa Pa, julian suka orang lain Pa." Julian masih berharap ada kesempatan untuknya.

"Papa ga percaya lagi dengan orang yang kamu sukai Ju, jangan ulangi kesalahan yang sama lagi. Dulu Papa ngebiarin kamu menikah dengan orang pilihan kamu tapi lihat, apa yang dia lakukan ke kamu, sekarang biarkan Papa yang urus untuk cari pasangan yang terbaik buat kamu." tegas papa Julian

"Tapi orang kali ini berbeda Pa, dia ga seperti Rachel, dia juga sangat menyukai Julian."

"Dari mana kamu tau dia sangat menyukai kamu? Dulu Rachel juga terlihat sangat menyukai kamu, tapi kamu bisa lihat sendiri kan akhirnya tetap pisah sama kamu." hardik Papa Julian

"Tapi Pa, Julian cuma mau nikah sama dia"

"Julian kalau kamu masih menghormati Papa, tolong dengerin Papa kali ini aja."

Kata-kata dari mulut papanya ini membuat Julian bungkam. Tidak ada lagi perlawanan dari Julian, tidak ada lagi alasan untuk menolaknya. Meskipun hatinya memang sudah untuk Binar, tidak ada wanita lain yang dia pikirkan selain Binar. Tapi kehendak papanya kali ini sepertinya harus ia patuhi, setidaknya dengan alasan menghormati papanya sebagai orang tua.

Papa Julian beranjak dari duduknya, meninggalkan Julian dan mamanya. Julian mengurut pelipisnya, tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya nanti.

Mama Julian berpindah duduk di sebelah Julian "Sayang, kamu coba dulu ya yang dibilang sama papa, siapa tau perasaan kalian nanti bisa tumbuh seiring waktu" Mamanya mencoba membujuk Julian

"Papa ga butuh alasan Julian Ma, Papa cuma butuh Julian jawab iya, harus nurut sekalipun perasaan Julian yang dikorbanin." lirih Julian

"Mama ga bisa berbuat apa-apa lagi sayang, pilihan orang tua pasti selalu ingin yang terbaik untuk anaknya termasuk Papa."

"Jangan berkecil hati ya nak, mungkin Papa ga mau kamu sendirian. Seperti yang Papa bilang, perasaan cinta itu bakalan tumbuh setelah kalian bersama nanti." Mama Julian mengelus punggung tangan Julian

"Julian pulang dulu ma, Julian mau menenangkan diri dulu ma." ucap Julian sambil beranjak dari duduknya

"Kamu hati-hati pulangnya, jangan ngebut ya Ju."

Perkataan mamanya hanya di balas dengan anggukan oleh Julian. Padahal hari ini pekerjaan  Julian di kantor tidak terlallu banyak. Namun tubuhnya benar-benar lelah, kehilangan semangat dan rasanya untuk pulang saja terasa amat lama di perjalanan.

Julian bahkan tidak mengindahkan ajakan teman-temannya untuk berkumpul di tempat mereka biasa menghabiskan waktu bersama. Tidak hanya teman-temannya namun kali ini Binar dan Bella juga ikut bersama mereka. Tapi Julian memilih tidak ikut dengan mereka.

Julian hanya merasa kehadirannya di sana hanya akan mengganggu saja. Hari ini adalah pilihan terberat bagi Julian. Hatinya benar-benar menginginkan Binar tapi kenyataan ia harus menikahi wanita lain yang di pilihkan orang tuanya.

🍊🍊🍊
TBC

Jangan lupa spam komen lanjut ya 🥰

Makasi udah voment 💙

Binar Vs BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang