Keunggulan Abnormal Zephyr

96 30 33
                                        

Mayoritas orang percaya jika mata merupakan salah satu indra penglihatan yang berfungsi untuk memproses semua informasi visual agar orang-orang dapat melihat objek dengan jelas. Mata juga memiliki bagian-bagiannya tersendiri, termasuk pupil. Pupil merupakan lingkaran hitam yang berada di tengah-tengah iris. Fungsinya untuk mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata.

Ya, setidaknya itulah sedikit penjelasan tentang mata, menurut orang-orang. Aku hanya dapat menghela napas ketika menyadari bahwa fungsi dari mataku, ternyata bukan itu. Mataku ini, beriris biru dengan penuh fantasinya. Mataku ternyata memiliki fungsi lain selain untuk melihat.

"Aku tidak dapat berkata apa-apa. Kau terlalu tampan! Aku mengagumi dirimu, Phyre," ungkap seorang gadis di depanku sembari tersenyum kecil, membuat diriku muak.

Gadis itu — Gizzy, gadis yang pernah aku taksir. Entah secara spontan ataupun memang tak sengaja, tiba-tiba aku menatapnya dengan perasaan yang sama seperti dahulu itu. Membuat gadis bertubuh kecil itu turut menatapku, tatapan kami saling beradu, dan entah mengapa, dia bilang kalau dia mengagumiku.

"A-ah, terima kasih, Giz! Kau pun juga cantik," pujiku dengan setengah hati. Dahulu aku memang pernah menyukainya, tetapi sekarang tidak.

Sudah terlalu bosan merasakan dicintai kembali oleh orang yang kucintai. Fenomena aneh ini bukan hanya terjadi dalam satu kali. Ya meskipun diriku masih kecil, tetapi sudah cukup memahami tentang perasaan cinta. Dan setiap aku mencintai seseorang, lalu tatapan kami saling beradu, orang itu pasti juga akan mencintaiku. Aneh? Memang. Bahkan, diriku sendiri belum sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi di sini.

"Lihatlah, si Pecundang sedang berusaha memikat hati para gadis dengan sihir matanya! Haha, sangat konyol!" Teriakan dari tengah lapangan membuat kami menoleh, mendapati seorang remaja lelaki seusiaku tengah terbahak ketika menyadari bahwa Gizzy baru saja mengungkapkan perasaannya padaku.

"Hei, diamlah, Bodoh! Setidaknya, Phyre lebih tampan daripada dirimu," balas Gizzy, membuat anak lelaki itu kembali terbahak.

Segala hal memalukan seperti ini memang kerap terjadi. Tidak ada rencana lain yang dapat kulakukan selain berlari, menghindari kerumunan orang-orang yang sering menertawakan diriku. Seperti saat ini, diriku tengah berlari secepat kilat. Membiarkan mereka semakin tertawa puas akibat penderitaanku.

Memiliki mata ajaib? Kurasa kurang tepat. Ajaib bukanlah kata yang pas untuk mendefinisikan mata anehku ini. Seperti yang dikatakan tadi, mataku memang aneh, bisa membuat orang yang kucintai balik mencintaiku ketika aku menatap mata gadis-gadis itu.

Fenomena ini cukup gila, bahkan dianggap sebagai sihir oleh beberapa orang yang tak dapat menalar semua ini dengan saksama. Termasuk orang-orang di lapangan tadi. Omong-omong, aku dan beberapa orang lainnya memang baru berangkat untuk berlatih memanah.

"Phyre, tunggu aku!" Teriakan dari luar menghentikan langkah cepatku. Suara itu amat familier, siapa lagi jika bukan Kalandra — sahabatku. Aku tidak menggubris omelannya. Omelan-omelan tak berguna terlontar acap kali diriku kabur dari latihan memanah.

"Aku tahu kau memang sudah pandai memanah, Phyre. Kau juga cukup sering dipuji, tetapi meninggalkan acara yang belum selesai, bukanlah tindakan terpuji." Kalandra berkata sembari menyejajarkan langkahnya denganku. Aku berdecih malas, kemudian mengarahkan busur panah yang sudah lengkap dengan anak panahnya ke arah Kalandra.

Pemuda cukup umur itu melangkah ke samping, menjauhi diriku yang sudah mengarahkan busur panah padanya. Dengan raut ketakutan, dia berkata, "Oh, ayolah, Phyre! Yang barusan itu hanya bercanda. Kau mudah sekali terbawa perasaan atas candaanku. Maaf, maafkan aku."

Aku lantas menurunkan busur panah itu, menjauhkannya dari wajah Kalandra, membuat Kalandra dapat bernapas dengan lega. Ini juga, panah ajaib. Dua kelebihanku yang sama-sama memiliki fungsinya sendiri-sendiri.

DELPHI: The Magic Crossbow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang