Perjalanan Tur ke Tartarus

13 4 0
                                        

Di tengah asyik-asyiknya melamun, Nyonya Kaia tiba-tiba menendang betisku dengan kaki yang dibaluti sepatu kaca birunya itu. Aku mengaduh kecil, lalu kembali fokus pada topik pembicaraan.

Kenn sedikit melirik ke arah Nyonya Kaia yang masih berdiri, lalu juga ke arahku. Aku mengangkat satu alis, dia hanya berdeham. "Engh, kau tenang saja, Car. Aku akan menemanimu dalam menjalani tugas pertama ini. Kau tidak perlu takut, ada aku." Putra Demeter itu menenangkanku, setidaknya aku dapat diam untuk saat ini.

"Aku ikut denganmu," usul Hagne, menawarkan dirinya. Gadis berbandana kuning itu terlihat antusias acap kali bersama dengan Kenneth, meski sifat mereka berbanding terbalik, Kenn yang riang dan Hagne merupakan gadis pemurung juga jarang senyum. Mendengar usulan dari Hagne, Kenn tentu saja langsung menggeleng cepat.

"Betul. Kau tidak boleh ikut dengan mereka. Kau harusnya lebih fokus dengan πύλη επιστροφής [dibaca: pýli epistrofís] yang sedang kami kerjakan ini." Nyonya Kaia ikut menyahut, membuat raut wajah Hagne suram. Gadis itu menyalurkan kekesalannya dengan cara memukul pelan punggung Kenn, membuat pemuda itu meringis.

Mengenai πύλη επιστροφής tadi, aku jadi penasaran dengan suatu proyek rahasia yang sedang dirancang oleh para penghuni akademi ini, kecuali demigod. Para satir dan nymph sedang bekerja sama membuat sesuatu untuk 'membantu' Hagne. Ada sebuah laboratorium khusus yang tidak bisa asal dimasuki oleh para demigod, kecuali Hagne yang kupikir dia bukanlah demigod.

"Jaga-jaga, barangkali Si Penakut ini mati gemetar ketika melawan musuh," celetuk Hagne, Kenn langsung mendelik tak terima ke arahnya.

"Sudahlah, Nak. Kau tidak boleh asal keluar dari tempat ini. Kau aman bersama kami, selagi kami merencanakan kepulanganmu itu," bujuk Nyonya Kaia, "Lebih baik kau tidur. Kenn dan Zephyr juga. Kalian akan melakukan tur ke Tartarus, besok pagi."

Aku berdecih kesal mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Nyonya Kaia. Di sisi lain, aku juga menyadari bahwa mungkin saja, besok adalah hari di mana aku akan bertemu dengan Hades, atau lebih bawahnya lagi, Cerberus.

Kenn membantu diriku untuk bangun. Ajaibnya, tulang ekorku sudah agak mendingan setelah meminum ramuan aneh itu. Meski belum bisa dikatakan seratus persen membaik, tapi ini tidak sesakit tadi.

Aku tidak bisa langsung tidur ketika sampai di dalam kamar. Kenn malah sedang menanam sebuah biji, entah bunga entah apa, tetapi dia begitu antusias dan kembali bugar ketika sampai pada kamar hutannya ini. Barangkali, inilah habitat aslinya, sesuatu yang berhubungan langsung dengan tumbuhan dan alam. Aih, bukan sebagai keturunan Demeter pun, aku juga menyukai tempat senyaman ini.

Aku memandang langit-langit kamar, terus membayangkan betapa mengerikannya perjalanan kita di esok hari. Apalagi, untuk bocah minim pengalaman seperti diriku ini. Aku dapat membayangkan banyak hal, termasuk Empusa. Wanita berbadan tinggi dengan kulit merah kecoklatan — menyerupai setan, karena dia memanglah setan. Ia selalu digambarkan sebagai penyihir pemakan manusia, maka tak diragukan lagi bahwa ia pasti memiliki gigi setajam silet dengan bibir merah menyala. Karena memang terlahir dari Dunia Bawah, tentu saja ia berambut api. Dipercaya, sandalnya juga terbuat dari kuningan.

Musuhku itu bukanlah mahluk sembarangan. Ketika bertemu dengan Empusa, efeknya mungkin akan sama ketika bertemu dengan Cerberus. Mereka sama-sama ganas.

"Kau mempunyai rencana untuk mengalahkan Empusa dan antek-anteknya?" tanya Kenn sembari merapikan tanaman-tanaman kesayangannya.

Aku menggeleng pelan, jujur saja aku masih belum tahu apa-apa. Terlebih, aku juga belum begitu terlatih. Bahkan mungkin, aku yang akan menyusahkan Kenn nantinya.

DELPHI: The Magic Crossbow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang