Bakti pada Demeter

11 3 0
                                        

Keesokan paginya, kita semua sudah siap berangkat. Para Dryad bersemangat, mereka memiliki biji-bijian khusus yang dapat menumbuhkan segala macam tanaman. Dewi Artemis memimpin perjalanan ini. Perjalanan tidak semenyeramkan kemarin lagi. Kita berjalan santai dengan sesekali bercanda, menyapa para burung yang terbang bebas, menikmati udara segar di tengah hutan.

Perjalanan ini hampir mirip dengan festival Delia yang ditujukan untuk Artemis dan Apollo, festival itu seringkali berada pada Delos — tempat kelahiran mereka berdua dan dilaksanakan setiap empat atau lima tahun sekali. Delos adalah tempat pemujaan Apollo yang penting karena dipercaya sebagai tempat kelahiran Apollo dan Artemis. Festival ini terdiri dari kontes musik dan atletik. Festival ini pertama kali digelar oleh Theseus setelah berhasil mengalahkan Minotaur. Saat ini, kami juga akan menuju tempat pemujaan Apollo — sekitaran hutan Delphi. Sedangkan tempat pemujaan Artemis, yaitu pada Delos (tempat kelahirannya sendiri), di Attika, Brauron, Mounikhia (dekat Piraeus), dan di Sparta.

Orang-orang Sparta kuno biasanya memberikan persembahan untuknya sebelum melakukan kampanye militer karena dewi Artemis juga merupakan salah satu dewi pelindung kota Sparta. Di Sparta diadakan festival Artemis Orthia.

Sementara di kota Athena, festival untuk menghormati Artemis di antaranya adalah festival Elafebolia, Mounikhia, Kharisteria, dan Brauronia.

Artemis adalah dewi utama bagi orang -orang Hyperborea, Arkadia dan juga wanita-wanita Amazon yang dikenal ganas dan gemar serta handal dalam berperang. Di Arkadia, ia dipuja sebagai Soteira (penyelamat) dan Agrotera (pemburu) dan merupakan dewi pemimpin Para Nymph yang merupakan pelayan setianya juga penjaga dari segala hal yang ada di alam liar seperti pohon dan sungai. Di Arkadia terdapat sebuah gunung yang diberi nama Artemisios yang dipuncaknya terdapat sebuah kuil untuk memuja Artemis yang sangat menggemari olahraga di gunung. Arkada pun menjadi tempat sakral dkarenakan di sanalah Artemis sering berburu, berlatih, serta bertemu dengan Pan untuk mendapatkan anjingnya.

Pohon damar yang kemarin diisi sihir oleh Empusa telah hangus tak tersisa. Udara di sana juga sudah aman, tidak membuat pusing. Kita semua berhasil memasuki hutan tanpa adanya gangguan sedikitpun.

Kenn yang sudah sembuh total, bersemangat menanam biji berbagai tumbuhan, dia menyerahkan beberapa biji tumbuhan kepadaku. Kami mulai menanam pohon, atas bantuan Dryad kita berhasil menumbuhkan beberapa pohon yang semula mati.

Aku teringat kepada api yang menyala-nyala membakar hutan, menyisakan asap gelap yang menghambat pernapasan, pantas saja kemarin Kenn sempat pingsan beberapa kali. Banyak buah-buahan yang akhirnya menjadi tak bersisa atas lahapan bengis dari api. Beruntung tidak ada hewan yang tinggal di sekitar hutan ini. Api mampu membumihanguskan seperempat dari hutan. Ranting kering dengan warna hitam karena terbakar berserakan di mana-mana.

Aku merasa pedih jika mengingat kejadian kemarin. Hutan memang bukanlah habitatku, tapi aku tidak bisa menerima dengan baik, jika hutan sampai dihabisi seperti kemarin.

"Kau kan putra Demeter, tak bisakah engkau menumbuhkan pohon secara instan? Coba, pegang pohon kecil ini, kau pasti bisa menumbuhkannya dengan cepat!" Selena menarik tangan Kenn yang semula sibuk mengisi tanah yang sudah digali sedikit dalam. Hal itu sontak membuat Hagne menatap Selena dengan tidak senang. Tak urung, gadis itu juga ikut melihat apa yang akan dilakukan oleh Kenn.

"Aku tidak bisa melakukannya, Selena. Biarlah para pohon tumbuh secara mandiri, berfotosintesis sendiri, dan menghasilkan buah yang enak. Pasti itu akan lebih bagus, dari pada pohon yang tumbuh secara instan," tolak Kenn secara halus.

"Banyak omong sekali, dirimu itu!" bentak Selena. Kenn sudah dikelilingi oleh para demigod, alhasil dia hanya menuruti permintaan Selena.

Dengan pelan, Kenn berjongkok dan memegang batang pohon yang masih sangat kecil, dia merapalkan mantra khususnya, lalu mundur beberapa langkah. Secara ajaib, pohon yang semula kecil mulai meninggi, ranting lahir dari dahan yang semula kecil, ranting itu juga menumbuhkan dedaunan hijau yang lebat. Aku melongo, semua demigod bertepuk tangan, mengundang atensi para nymph yang semula sibuk menanam tanaman.

"Nah, ini sangatlah keren. Terima kasih, Ke — aduh!" Selena mengaduh keras ketika kepalanya tertimpa sebuah apel merah yang muncul dari pohon itu. Rupanya, pohon yang ditanam merupakan pohon apel. Hal ini sungguh membuat kita semua tertawa. Selena merasa malu, ia hanya mendengus geli.

"Kenn, apa yang kau lakukan?" tanya Nyonya Kaia yang tiba-tiba berdiri di belakang kami.

"Aku hanya menumbuhkan pohon ini, Nyonya. Atas perintah dari Selena," jawab Kenn sembari menunduk, takut melihat wajah Nyonya Kaia yang selalu datar.

"Anak-anak, kalian tidak bisa sembarangan meminta hal seperti itu lagi kepada Kenn. Alam telah menyiapkan segalanya untuk menumbuhkan setidaknya satu pohon. Biarlah mereka tumbuh sendiri, jangan dipaksa seperti itu. Pohon yang murni lebih bagus dari pada pohon buatan. Lagi pula, keunggulan menumbuhkan pohon tidak seharusnya digunakan sembarangan. Kenn hanya boleh melakukan di saat-saat tertentu. Mengerti? Baiklah, nanti jangan diulangi lagi!" ujar Nyonya Kaia, Kenn mengangguk mengerti, sedangkan yang lainnya langsung bubar.

Hutan yang semula gundul, mulai ditumbuhi beberapa pohon. Kenn bisa bernapas dengan leluasa, napasnya sudah tidak terputus-putus lagi, aura wajahnya juga sudah cerah.

"Ini bakti kepada Ibunda, Demeter. Kuharap, beliau senang atas apa yang kita lakukan," celetuk Kenn saat kami beristirahat.

Karena di samping hutan ada danau, kita duduk di tepinya. Menikmati semilir angin yang menerbangkan dedaunan kering, menyejukkan diri. Air di danau ini bening, ikan-ikan berenang dengan bebas. Cahaya mentari sudah mulai meninggi, membuat keringat sedikit keluar.

Artemis masih di dalam hutan, dia sama sekali tidak bergabung dengan kita semenjak sampai di sini. Nyonya Dynn bergabung dengan para nymph dan satir. Sedangkan kami — para demigod, memisahkan diri dari mereka.

"Aku merasa bahagia atas apa yang terjadi pada kemarin — pesta perayaan, dan hari ini — penanaman pohon di hutan. Aku tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Seandainya kita bisa hidup seperti ini lebih lama lagi, ya, bukan?" Demigod keturunan Hermes —  Hiro, berceletuk seraya menatap langit yang cerah.

"Tapi kalau bukan kita yang berjuang, tidak mungkin semalam itu ada perayaan kemenangan. Kau bahagia, tetapi kami kemarin menderita hampir seharian penuh," balas Selena dengan sengit.

"Apa yang kemarin kita lakukan termasuk pada proses, Sel. Seandainya kita tidak berjuang, kita memang tidak merayakan. Tetapi kita akan kehilangan. Kemarin itu, para nymph bergerak sendiri, sampai-sampai ada yang mati, Nyonya Athanasía juga sudah lemah. Kalau kita tidak membantu mereka, pasti kita juga akan diserang oleh Empusa," ungkapku.

"Aku senang karena kemarin kita melaksanakan perayaan dengan penuh bahagia. Aku tidak tahu, apakah setelah ini masih diberi kesempatan untuk hidup lebih lama lagi, atau tidak? Setelah ini, aku akan pergi ke perbatasa Thebes (Athena) untuk menerima pesan dari Ayahanda. Aku akan diberi tugas olehnya. Maka, aku menganggap perayaan itu juga sebagai salam perpisahan pada kalian."

Suasana yang semula menyenangkan berubah haru ketika Hero mengatakannya. Apalagi Selena, gadis mungil yang cerewet itu mendadak terdiam. Hero tersenyum setelah mengatakan semuanya.

DELPHI: The Magic Crossbow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang