Suara itu bergema dari dalam hutan, aku tidak tahu siapa yang bersuara. Sementara Kenn, dia mulai menjerit kepanasan karena salah satu pohon hampir hangus dilahap api. Kijang bersayap mengepakkan sayapnya untuk mematikan api yang berkobar-kobar.
"Panah! Panah! Panah! Panah diriku! Aku melawan Dewa Pemanah! Panah diriku! Aku membencimu!" Suara itu terus bermunculan acap kali aku mengarahkan panah ke cahaya putih tadi.
"Lakukan sekarang juga, Car! Kita tidak punya waktu, ukh!" Teriakan bercampur sesak dari Kenn membuat tekadku kuat. Seandainya cahaya itu termasuk dalam sihir milik Empusa, tidak masalah, asalkan dia hilang secepat mungkin.
Dengan keberanian penuh, aku menarik tali busur yang sebelumnya mengarah pada cahaya putih. Dalam hitungan detik, anak panah telah menembus cahaya itu dan terjatuh bebas ke tanah. Aku sudah khawatir barangkali percobaan ini gagal.
Dugaanku salah, beberapa menit setelah panah menembusnya, cahaya putih tadi kian memudar, lama-lama hancur menjadi serpihan-serpihan benda putih yang hilang tanpa jejak. Aku dapat bernafas lega, meskipun api belum mati karena merambat ke pohon di sampingnya.
Kijang bersayap terus mengepakkan sayap, aku berusaha menjauhkan Kenn dari area ini. Belum apa-apa, pemuda ini sudah lemas tak berdaya. Aku menyandarkan tubuh ringkih Kenn di sebuah pohon, tidak terlalu besar, tetapi mampu menghalangi Kenn dari sinar Matahari yang sudah cukup panas di pagi ini. Bingung harus melakukan apa, alhasil aku berlari cepat menuju — sebetulnya tanpa arah — untuk mengambil air. Ya, kesalahan terbesar kami pada hari ini adalah tidak membawa persediaan makanan dan minuman.
Setelah menemukan anak sungai, aliran air di sini cukup kecil, tetapi sangat cukup jika untuk memberikannya kepada Kenn — aku sekarang kebingungan akan membawa air itu menggunakan apa. Lama berpikir sembari menatap ikan-ikan kecil yang berenang di sungai ini, aku akhirnya menemukan ide, yaitu mengambil air dengan kantong panah yang kubawa. Bukankah ini ide brilian? Kalau iya, aku wajib diberi apresiasi!
Aku membawa anak panah yang masih sisa lumayan banyak, memeluknya sembari berlari, sedangkan kantong sudah seperti biasanya, digendong. Kenn terlihat masih pucat. Kondisinya sekarang dapat mendeskripsikan bahwa dia sangat dekat dengan alam. Kenn merupakan pemuda yang sangat membenci orang-orang yang merusak alam. Merusak alam dan seisinya, sama saja merusak diri seorang Deirich Kenneth.
"Kau minum dulu, Kenn. Atur penafasanmu, kita akan beristirahat sejenak." Aku menyerahkan air yang masih di dalam kantong.
"Te-rima kasih, ta-pi di mana kebe-radaan kijang milik kita? tanya Kenn dengan wajah yang lebih khawatir. Seharusnya, ia cukup mengkhawatirkan alam dan tubuhnya saja.
Sebab aku merasa bahwa kijang bersayap murid Chiron si Centaur amatlah pandai, aku dapat berspekulasi bahwa kijang akan baik-baik saja, dia hanya sedang berusaha memadamkan api. Dan semoga, kijang itu dapat mengikuti ke mana perginya kami.
Saat masih terduduk, aku melihat adanya sebuah asap berwarna merah pekat dari arah Barat, asap itu tidak berhenti mengepul dari dua batang pohon besar yang saling bersampingan. Pohon damar itu terlihat seperti gerbang menuju suatu tempat, tetapi entah juga, aku dapat menyebutnya sebagai gerbang karena kepulan asap merah tadi hanya mengelilingi kedua pohon itu.
Merasakan keanehan yang sama seperti diriku, Kenn akhirnya angkat bicara, "Apakah kita perlu ke sana?"
"Agaknya perlu. Barangkali ada sebuah petunjuk yang dapat membantu kita." Aku menjawab dengan gagah. Padahal, diriku belum tentu berani jika aku mendatangi kedua pohon itu sendirian.
Kenn berdiri terlebih dahulu ketimbang diriku. Dia mengulurkan tangan, mengajak diriku untuk segera berdiri. Sebelum berjalan, aku kembali memasukkan anak panah ke dalam kantong, lalu menggendongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELPHI: The Magic Crossbow
FantasíaDelphi adalah area suci milik Apollo yang biasanya digunakan masyarakat untuk menerima ramalan yang dituturkan langsung oleh Pythia. Selayaknya tempat suci yang lain, Delphi juga sangat dijaga ketat oleh manusia, nymph dan satir, serta para Olympian...
