Aku menggapai tangan halus milik gadis yang agak tinggi dari diriku ini. Dia tidak menatapku, melainkan menatap Apollo. Meski wajahnya datar, aku merasakan kesedihan dan amarahnya yang menjadi satu saat mendengar kabar kematian Kenn. Aku menatapnya dengan perasaan sungkan. "A-ah, Hagne. Mengapa kau di sini?" tanyaku.
Dia tidak menjawab, dia lebih mementingkan Apollo yang mulai mendekati kami dengan busur panah yang tidak diacungkan ke arah musuh lagi. Raut muka Apollo tidak semenyeramkan tadi, dia justru ketakutan melihat Hagne yang sudah berdiri dengan tangan kami masih berjabatan. Aku baru menyadari ini, langsung melepaskannya.
"Kau tidak sepantasnya berada di sini, Hagne. Kau harus pulang. Aku ... aku ...."
"Aku pantas berada di sini setelah melihat kawanku diantar pulang tanpa nyawa." Hagne menyela ucapan Apollo yang mendadak terbata-bata. Padahal, dia adalah Dewa Puisi, tak seharusnya dia gemetar seperti itu hanya karena melihat gadis yang jarak usianya beribu-ribu tahun dari pada dia. Oh iya, Apollo mungkin adalah kakek buyutku.
"Maafkan aku, maaf," kataku ketika melihat Hagne sudah mengancam Apollo dengan panah ala kadarnya itu. Panah itu ... oh, itu mirip seperti panah yang digunakan oleh Kenn ketika berlatih bersamaku kemarin. Aku jadi tambah tak enak hati padanya.
"Tidak ada yang salah. Lagi pula, aku datang ke sini bukan untuk menolongmu. Tidak juga untuk berperang denganmu." Pertama-tama, Hagne memandangku, kemudian memandang Apollo.
"Baguslah. Aku juga tidak akan menyerang dirimu. Aku tidak akan pernah berani menyakiti dirimu, Hagne. Kau akan aman berada di sini. Aku hanya akan me-"
"Memusuhi orang yang tidak bersalah hanya karena kesombonganmu? Halo, Apollo! Aku tahu betul apa yang menyebabkan dirimu menghalangi dia untuk mengambil busur panah itu. Pertama-tama, kau ingin membalaskan dendam lamamu terhadap Eros karena dia telah membuat semua orang yang kau sukai jijik melihat dirimu. Kedua, kau hanya membenci anak itu karena alasan yang kurang masuk akal - Zephyr, Si Angin. Car, aku tidak sedang membahas dirimu!"
Aku jadi sedikit tahu, serta mengangguk ketika Hagne menyebut nama Dewa Angin Barat, yang tentunya sama dengan namaku. Kalau ini alasan Apollo membenci diriku, apa aku harus tertawa? Dia membalaskan dendamnya pada orang yang salah? Haha, lucu.
Tapi, ini bisa menjadi salah satu alasan yang masuk akal. Namaku adalah Carmelo Zephyr. Zephyr adalah nama Dewa Angin Barat. Kata Ibu, dia menamainya seperti itu karena permintaan Ayahku, selain itu, nama Ibuku ada Zaphire. Kami hampir memiliki kesamaan. Kali ini, aku memanggil diriku sendiri sebagai Carmelo. Biarkan Zephyr tetap menjadi nama milik Dewa Angin Barat.
Ingatkah tentang kisah cinta Apollo dan Hyacinthus? Aku menduga, kisah mereka berakhir bukan hanya karena Zephyr yang merubah arah lemparan cakram ke kepala Hyacinthus dan membuat pemuda itu mati. Apollo dan Hyacinthus tak bisa hidup bersama karena sesuatu hal yang pernah dilakukan oleh Eros dan panahnya terhadap Apollo. Pokoknya, Apollo membenci diriku karena aku memiliki nama yang sama dengan dewa musuhnya itu.
Namun, apa urusannya dengan Eros? Jika dia hanya membenciku karena nama saja, itu tidak mungkin. Hagne juga ... tadi sempat membahasnya.
"Tidak seperti itu, Hagne. Aku hanya ...."
"Hanya iri dengan Ibunda Carmelo yang telah dibuatkan panah oleh Hephaestus. Dan yang lebih bagusnya lagi, Hephaestus membuat busur itu dengan sangatlah indah. Sehingga kau merasa tersaingi?" tanya Hagne, Apollo kalah telak.
Hephaestus? Jadi, Ibu sangat menjaga busur dan anak panah itu, karena anak panah itu sangatlah spesial? Dibuatkan langsung oleh Hephaestus.
Aku mendadak linglung. Aku berpikir pusing sekali. Aku memikirkan tentang Ayahku, siapa? Apa itu Zephyr? Karena nama kami mirip. Apa itu Hephaestus? Karena dia repot-repot membuatkan panah sebagus itu untuk Ibuku? Ataukah, Eros? Karena Hagne sempat menyinggung soal Eros.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELPHI: The Magic Crossbow
ФэнтезиDelphi adalah area suci milik Apollo yang biasanya digunakan masyarakat untuk menerima ramalan yang dituturkan langsung oleh Pythia. Selayaknya tempat suci yang lain, Delphi juga sangat dijaga ketat oleh manusia, nymph dan satir, serta para Olympian...
