Sambutan Unik! Melucuti Keunggulan?!

42 14 24
                                        

Aku ternganga lebar, melucuti semua pakaian? Apakah Nenek di depanku ini gila? Maksudku, Nyonya Dynn. Dia bahkan masih bisa tertawa tatkala diriku menggeleng pelan. Sedangkan kedua Nyonya di sampingku diam tanpa ekspresi, seakan-akan sudah terbiasa dengan kejadian ini.

"Tak perlu cemas begitu, Bung! Maksudku, kami akan melakukan penyambutan dengan cara mempertunjukkan suatu tontonan — kau akan menunjukkan kelebihanmu, eh, dengar-dengar, kau pandai memanah? Iya. Kami akan menyuruhmu memanah, tetapi dalam versi yang kemungkinan besar lebih sulit. Lalu, kemampuan lain yang kau miliki? Bebas dipertontonkan tanpa ada sihir, atau senjata ajaib semacamnya, semua natural di sini." Ia berusaha mereda kecemasanku dan itu berhasil. Setidaknya, memanah bukan suatu hal yang sulit bagiku.

"Baiklah, sebentar lagi kami akan melakukan pemujaan terhadap Artemis. Kau boleh langsung menempati asrama barumu, biar aku antar," kata Nyonya berbadan tinggi.

"Tempatkan saja di kamar Kenneth, Kaia. dia tampaknya membutuhkan teman untuk berlatih memanah," titah Nyonya Dynn. Ternyata yang tinggi ini Kaia? Kutebak, yang satunya pasti bernama Ivy.

Kami akhirnya berjalan keluar dari rumah Nyonya Dynn. Halaman ini rupanya cukup luas, tetapi aku kembali takjub ketika melihat obor-obor telah menyala dengan sendirinya. Mungkinkah tadi sempat ada orang yang menyalakan semua obor-obor ini?

Kami berjalan melewati dua gedung besar yang masing-masingnya sudah terang karena lilin. Meski gelap dan hanya diterangi oleh cahaya lilin, tempat-tempat di sini benar-benar memukau!

Saat sampai pada gedung ketiga, Nyonya Kaia memencet tombol yang ada di pintu (OH, DEMI ZEUS! TEKNOLOGI MACAM APA, INI?) aku tak berhenti merasa kagum setelah melihat pintu terbuka dengan sendirinya sehabis dipencet oleh Nyonya Kaia. Ada kalanya, aku merasa percaya dengan mitos-mitos yang beredar di sekitar masyarakat, bahwa Akademi Stelios Kourelis merupakan akademi yang berasal dari masa depan. Atau setidaknya, berusaha menciptakan teknologi untuk masa depan.

Aku dibimbing menuju sebuah tangga yang berhubungan langsung dengan lantai dua, di sepanjang sudut telah diberi lilin besar sebagai penerangan. Asal kalian tahu, di sini memang hanya ada beberapa gedung besar yang memiliki fungsinya tersendiri, satu aula besar, tempat tinggal milik Nyonya Dynn, satu gedung yang warnanya berbeda sendiri — berwarna biru muda, tempat parkir khusus para kijang, dan satu gedung yang mirip seperti sekolah. Ukurannya luas tak terhitung, di belakang gedung-gedung ini, sepertinya masih ada balai, lapangan, dan tempat luas yang mungkin adalah tempat untuk berlatih.

Nyonya Kaia mengetuk sebuah pintu dengan cat berwarna biru langit. Beberapa saat setelah itu, seorang remaja yang diperkirakan sedikit lebih tua dariku keluar. Anak itu, Kenneth, memakai baju berwarna hijau basil, memiliki iris berwarna hijau zamrud, ia memakai celana panjang coklat muda, rambut sedikit ikalnya berwarna pirang. "Oh, hai! Selamat datang di mari, Teman!" sapa Kenneth dengan riang.

"Kalian berada di kamar yang sama, meskipun memiliki kepribadian yang berbeda, keturunan dari dewa-dewi yang berbeda pula. Kuminta kepada kalian agar tetap rukun, jangan menciptakan pertengkaran sekecil apapun!" peringat Nyonya Kaia, kemudian langsung pergi.

"Mari masuk, Carmelo!" ajak Kenneth, aku mengernyitkan dahi, bingung mengapa ia bisa mengenalku. Jika aku, kalian jangan bertanya, sebab tadi Nyonya Dynn sudah menyebutkan nama pemuda itu. "Ah, aku memang telah mengetahui kedatanganmu, Car! Jangan risau seperti itu. Oh iya, maaf jika warna hijau mencolok ini membuat matamu sakit. Kau boleh mengganti catnya, di bagian sana, sesuai dengan kemauanmu sendiri." Kenneth menunjuk tembok di sebelah kanan yang bercat putih polos, sedangkan miliknya hijau terang.

Di sini juga banyak ditanami berbagai bunga, tumbuhan-tumbuhan tumbuh dengan baik — menyatakan bahwa pemiliknya memang rajin mengurus mereka. Aku suka dengan kamar bertema hutan seperti ini, sejuk!

DELPHI: The Magic Crossbow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang