Sejarah Mengenai Asmara Mereka

18 4 0
                                        

Eros — Ayahandaku, ia menjamin keselamatan kami sampai pada akademi. Kami diantar olehnya menuju Akademi Stelios Kourelis. Sebelum kami berjalan, Eros telah mengobati luka yang ada pada diriku dan Hagne. Katanya lagi, obat itu sifatnya sementara, dia mengajak aku dan Hagne untuk cepat-cepat sampai pada akademi agar segera diselamatkan oleh Nyonya Heavesy.

Di sinilah kami; aku, Hagne, Eros. Kami sedang dikelilingi oleh para demigod. Setengah dari mereka terlihat murung, mungkin karena mendengar berita kematian Kenneth yang terasa mendadak. Aku pun juga sama. Tadi, aku memang berusaha tegar di hadapan Demeter, setidaknya agar dia tidak ikut membunuhku. Juga, memperlihatkan bahwa aku tidak sekeji dia dalam memperlakukan manusia lainnya.

Dalam satu hari ini, puncaknya pada sore ini, aku merasakan duka yang amat mendalam. Luka pada tubuh memang sepenuhnya sudah diobati oleh ahlinya — Nyonya Heavesy. Yang tersisa pada diri ini adalah luka batin.

Aku — remaja yang usianya baru menginjak angka 12 pada tahun ini, harus diberi berbagai rintangan yang seharusnya tidak diberikan kepada anak-anak di bawah umur. Lagi, sebelum kejadian ini, aku sama sekali belum pernah mengalami hal-hal aneh dan unik seperti yang kualami pada akhir-akhir ini. Aku belum pernah berperang, apalagi sampai menjadi tokoh utama dalam peperangan itu.

Fisik dan batinku sehat-sehat saja semenjak lahir hingga sebelum diutus untuk menyelamatkan Pemburu Artemis, juga terpaksa merebut busur panah dari tangan Dewa Panahnya langsung.

Aku belum pernah gemetar hebat seperti ini, kala melihat hutan terbakar, hewan aneh dan menakutkan ada di mana-mana, tubuh yang hancur, banyaknya darah yang tumpah, bahkan hingga kematian sahabatku sendiri.

Semua kejadian ini terjadi begitu cepat. Seminggu belum sempat berlalu, hanya dalam empat hari, semuanya sudah kacau meski aku dianggap menang.

Kematian Kenn juga menjadi faktor utama yang menyebabkan diriku stress. Apalagi, ketika melihat semua mata demigod tertuju padaku. Mereka diam, tetapi batin mereka berteriak memaki aku — Si Demigod baru yang banyak berperilaku. Mereka berduka, aku juga.

Badanku dingin, air mataku turun, tanganku gemetar hebat. Aku belum pernah setakut ini pada apapun. Hingga pada kali ini, aku akhirnya mengalami trauma yang begitu besar.

Duduk sendiri di atas bukit di samping Amfiteater, aku diam penuh merenung. Alaric dan Selena terlihat kecewa pada diriku. Aku pun juga. Namun, mereka tidak menunjukkan kekecewaan itu secara terang-terangan. Mereka sempat ingin menemaniku, tetapi aku menolaknya. Aku masih membutuhkan ruang dan waktu untuk memahami semua ini, sendiri.

Tetapi, tadi aku sempat mencari Hagne. Entah mengapa, aku merasa nyaman dan ingin sekali terbuka dengannya setelah kejadian tadi. Aku ingin bercerita banyak tentang Kenn kepadanya, aku ingin mengadu semua kepadanya. Hanya saja, Hagne juga pergi entah ke mana. Katanya, sedang ada urusan penting dengan para nymph dan Nyonya Dynn yang keberadaannya juga belum sempat kulihat.

Bayangan tentang senyum indah milik Ibu menghiasi awang-awang. Aku dapat melihatnya tersenyum bangga dari awan yang memantulkan kecantikannya. Dia pasti senang karena aku telah menemukan apa yang ia cari.

Aku terkejut ketika menyadari ada yang menepuk pundakku. Ketika menoleh, di situlah Eros berdiri. Dia sudah tidak memakai baju zirah lagi. Chiton adalah pakaian terbaiknya. Meski begini, dia tidak menunjukkan wajah Dewatanya. Ini adalah bentuk manusia dari Eros.

Dalam kehadirannya ini, aku merasakan kehangatan yang mengusir dingin. Aku merasakan lega yang mengusir kekhawatiran yang selama ini tertanam pada diriku. Aku tersenyum senang saat pandangan kami saling beradu. Sesuatu yang belum pernah kami lakukan seumur hidupku.

"Kau sedang apa, Nak?" tanyanya lembut.

"Aku hanya sedang menenangkan diri. Mungkin aku lelah," jawabku.

DELPHI: The Magic Crossbow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang