1

5.6K 340 16
                                    

Dengan telinga yang masih berdengung, tubuh yang terasa perih dan remuk serta pergelangan tangan dan kaki yang berasa ingin putus Dion sedikit mulai sadar. Terasa seseorang menggendongnya terburu mengabaikan tak adanya penutup tubuh selain celana dalam.

Apa dayanya, baik segi fisik tubuh maupun nyawa yang baru saja menempati itu terlalu lelah. Hasilnya, dia kembali tak sadar.

Empat hari tak sadarkan diri, kini Dion atau sebut saja Arsen mulai membuka matanya. Menelisik langit-langit ruangan putih dengan beberapa aksesoris seperti infus yang tergantung serta sebuah nakas.

"Eungg huhh, rumah sakit kah?" Desahnya perlahan.

Tak lama seorang perawat masuk dan tersenyum simpul.

"Halo Tuan Arsena, sudah lamakah Anda terbangun?" Sapanya ramah nan formal.

'Arsena, siapa? Perasaan nama gue bukan itu deh. Tapi ...' batinnya dengan kebingungan.

Perawat itu kembali tersenyum, dan menjelaskan bahwa dirinya kemungkinan besar mengalami amnesia. Tempurung kepala yang sedikit retak menjadi penyebabnya. Untung tak terjadi di bagian kepala belakang sehingga tak berdampak pada pengelihatannya.

Hingga dia sendirian, masih banyak kebingungan dalam dirinya. Menebak beberapa hal yang mungkin terjadi sebelumnya bahkan membuat kepalanya terasa berdenyut. Yap, ingatan singkat tentang beberapa hal yang terjadi memasuki kepalanya.

"Transmigrasi huh? Harusnya ada sebuah sistem disini. Heh sistem keluar!" Bentaknya.

Namun apa yang terjadi? Tak ada.

"Lha terus gue sendirian?"

Ia pasrah sekarang, mengetahui dirinya berada dalam tubuh dengan kulit putih yang belang seperti kucing hasil batik metode cambuk dan sayatan. Berada sebagai bagian keluarga kaya namun tersingkir karena realita yang dibuat-buat oleh beberapa orang.

Jangan mengharapkan kunjungan keluarga. Bahkan dokter yang memeriksanya sore ini menuturkan dirinya dibawa tukang kebun rumahnya. Termasuk miris atau memang miris banget? Ntahlah.

"Huuh, yang jelas cuma perlu hidup kan? Lagipula badan gue udah ngga kerasa sakit kenapa masih ditahan."

Anak tengah dari tiga bersaudara. Meski sosok Arsena kerap tak disiksa karena sedikit menonjol, namun uang bulanannya lancar. Hanya salahnya ingin menunjukkan prestasi namun diartikan menghina bungsu mereka karena sering keluar masuk BK. Cukupkan saja dikatakan problematik.

Perlu diketahui bahwa dirinya hanya mengetahui sebagian kecil ingatan Arsena. Dan yang diketahui dari hidupnya dulu hanya sekedar bocah SMA yang dipaksa nakal. Hingga berakibat dirinya mendapat hadiah motor dan beberapa sak semen kadaluwarsa yang turun dari langit tanpa ingat lagi siapa dirinya dulu. Tapi biarkan saja, sepertinya dia sekarang hanya harus menikmati hidup baru dengan tenang.

Esok paginya yang cerah itu, dokter beserta perawat dan seorang dengan seragam supir datang menghampirinya. Menyuruhnya pulang, dan memberikan surat bebas tahanan berupa nota biaya. Serta surat wajib lapor tiap bulan hingga 4 bulan kedepan.

"Bjir celana training pendek dengan kaos dryfit. Pergelangan kaki dan tangan gue diperban juga udah kayak atlet senam, haruskah gue kayang?" Sarkasnya karena hanya alas kaki berupa sendal selop.

Menuju rumahnya, hanya keheningan diantara dia dan supirnya. Pun dengan jalanan yang tak pernah dia tau akan lewat mana. Hingga dibelokkan menuju sebuah rumah mewah nan besar.

Mansion atau apalah itu, yang membuat dia meringis ngeri adalah sepasang tiang berwarna emas. Mencolok, gonjreng serta kontras tak sesuai dengan warna putih salju di bagian lain.

"Shit, perih bet mata gue" umpatnya lirih.


TBC

Hehe, mohon vote nya sobat!🙏🏼

SOLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang