6

3.4K 233 4
                                    

Bau amis darah, besi dan hangus kain menguar dari ruangan pengap itu. Selama dua jam penyiksaan itu berlangsung, selain cambukan bahkan tubuh korban yang disundut dengan kawat panas.

Korban kini tak sadarkan diri, menggantung ditempatnya. Dan entah mengapa si pelaku yakni Andrean merasa gusar. Dimana masih terdapat ketidakpuasan akan semua hal yang ia lakukan tadi.

Tatapannya masih sama, membenci sosok itu "Ck, menyusahkan. Kehidupanmu selalu menyusahkan ku!" Decaknya dengan nada datar.

Mereka meninggalkan ruangan itu. Sementara supir pribadi Arsena bergegas masuk. "Duh Den, mengapa jadi seperti ini?" Isaknya sambil membungkus tubuh Arsena menggunakan selimut.

Tak menunggu apapun, Theo si supir itu menggendong tuan mudanya ke mobil.

"Persetan dengan Tuan Andrean, tugasku mendampingi Tuan Muda ku sendiri!" Decaknya seolah membenci seisi rumah itu.

Mobil yang dikendarainya melaju dengan cepat. Menyusuri beberapa jalanan alternatif agar tak terjebak kemacetan di malam hari. Meski harus menerima beberapa umpatan yang mungkin dilakukan pengendara lain.

"Dokter tolong!" Theo berteriak sambil menggedor pintu IGD.

Bahkan satpam yang bertugas kala itu ikut membantunya sambil menahan tubuhnya agar tak ikut masuk kedalam ruangan.

10 menit berlalu, usai menyelesaikan administrasi dia tergopoh mendatangi seorang dokter yang baru keluar dari ruangan IGD.

"Dok bagaimana keadaannya, apa Tuan Muda saya kritis?" Ujarnya dengan nada gemetar.

"Anda asistennya? Yasudah, kondisinya amat memprihatinkan luka bakar mungkin bisa cepat diobati.

Namun luka robek di banyak bagian tubuhnya akan sangat menyakitkan saat dia sadar nanti. Saat ini dia masih kritis, dan..." Dokter itu menggantung ucapannya sementara ekspresi wajahnya menyiratkan sebuah kekhawatiran.

"Ada apa dok? Jangan membuat saya semakin takut." Kekhawatiran Theo makin besar kala itu.

Pikirannya kalut sehingga tanpa dia sadari tangannya sedikit meremas dokter didepannya.

"Saya belum yakin pak, hanya memang ada cairan yang keluar dari anus pasien. Mungkin besok bisa kami pastikan." Dokter menjawab sambil menepuk pelan bahu Theo dan pergi dari sana.

Tak terasa air mata itu luruh saat dia duduk di kursi tunggu IGD.

"Dia memang bukan keluargaku, tapi aku menyayanginya layaknya keluargaku sendiri."

Selamat satu jam berlalu. Tubuh Arsena yang terus drop mengharuskan dia menginap di ICU.


Tepat pukul 9 pagi, Arsena yang mulai stabil keadaannya kini dipindahkan ke ruang rawat biasa. Sedikit kekesalan Theo akan keluarga majikannya yang benar-benar acuh akan Arsena.

"Mohon maaf Pak Theo, uji lab dan pemeriksaan intensif kemarin sudah ada hasilnya." Ujar dokter yang tertera namanya Yugo Adinata.

"Bagaimana dok? Mengapa Anda terlihat kesal?" Theo pun sedikit tak menyukai ekspresi dokter didepannya itu, seolah seperti dokter tak profesional dengan mencapur adukkan masalah pribadi dengan pekerjaannya.

"Kami telah memeriksa seluruh luka di tubuh menyeluruh. Selain luka robek, luka bakar dan sundutan benda panas. Huhhh," dokter itu menjeda dengan helaan nafas.

"Kami menemukan lebam seperti hisapan yang membekas di belakang telinga bagian bawah. Luka robek anus serta cairan yang kami temukan dipastikan adalah sperma. Kemungkinan besar pasien juga mengalami pemerkosaan bahkan disodomi." Jelas dokter dan diakhiri dengan helaan nafas berat.

"Kami mohon saat pasien sadar nanti, tolong didukung psikisnya. Jangan biarkan pasien berpikir buruk, kami permisi!" Dengan wajah merah menekan emosi dokter Yugo pergi dari ruangan itu bersama perawat.

Theo masih mematung di tempatnya dia berdiri di sisi kanan ranjang pesakitan itu. Berusaha mencerna akan kenyataan yang dikatakan dokter Yugo adalah sebuah kebenaran.

"Hiks, aku... Aku gagal mendampinginya!" Tubuhnya luruh, tangisnya pecah.

Kekerasan dalam keluarga Arsena mungkin bisa ia terima karena dia tau kebiasaan buruk keluarga itu. Namun pemerkosaan, terlebih disodomi oleh seorang pria.

"Aku tak mau hidupmu hancur, hiks. Anda terlalu berharga tuan muda."

Mulai saat itu dia berjanji pada tuan mudanya. Dia akan membawanya pergi jauh, dan memastikan hidupnya berlanjut lebih baik bahkan jauh lebih baik lagi.

"Halo Tuan," telponnya pada seseorang jauh disana.

"..."

"Saya tak sanggup lagi, terlalu berat."

"…"

Singkat dia menceritakan apa yang terjadi. Hingga akhirnya telepon terputus, dan dia berlalu dari ruangan itu.




Theo membereskan banyak barang Arsena di ruangan itu. Hingga tak mengetahui si pemilik rumah yang terkekeh dengan kelakuan bawahannya.

"Hei kau mau mencuri? Bawa saja semuanya! Sekalian sialan itu kau bawa." Remeh Andrean.

"Maksud Tuan apa? Saya hanya membereskan apa yang tidak perlu di ruangan ini!" Elak Theo dengan nada sopan.

Sementara Andrean berpikir lain, dia pergi sebentar lalu kembali dengan cepat.

"Hah ambil ini sebagai ongkosmu, lalu ini sebagai biaya terakhir untuk anak sialan itu." Andrean melempar tiga amplop dengan satu amplop besar dengan yang lumayan banyak.

Theo tak percaya dengan hal itu. Terkesan bahwa tuan besarnya membuang anggota keluarganya sendiri. Lalu tak mau bertanggung jawab akan masa depannya.

"Ambil juga mobil itu, aku yakin kia akan sengsara tanpa uang-uang yang biasa kuberi padanya." Ejeknya melempar surat kendaraan.

"Pastikan dian tak akan kembali ke rumah ini lagi, bahkan muncul didepan wajahku!" Ancamnya sambil berbalik lalu melenggang keluar.

Theo makin yakin kali ini. Keputusannya tepat untuk membawa keluar tuan mudanya jauh dari mereka. Dan mempercepat mengemasi semua barang di kamar itu.

"Heh, dasar!" Kekehnya menemukan beberapa benda.

Dia sedikit paham dengan sifat Arsena. Karena tuan mudanya itu sangat berhati-hati saat menyimpan sesuatu. Sehingga dia harus lebih jeli menemukan banyak hal yang disimpan rapat oleh Arsena.

Belakang nakas, sela belakang cermin westafel, kotak mainan, gulungan kertas lusuh, tempat pensil, rak sepatu, bahkan Arsena menyimpan 5 buah celengan dengan berbagai bentuk di tempat yang tak semestinya.

"Siapa yang mendidiknya seperti ini?" Sebuah rasa bangga akan apa yang dia alami sekarang.

Usai diangkut mobil besar, semua barang hampir kosong. Meninggalkan tempat tidur, nakas, dan lemari. Namun sebelum pergi, Theo menutup dan mengunci pintu dari dalam.

Brettt

Dibukanya jahitan kasur yang agak aneh itu.

"Apa ini?" Terkejutnya menemukan 6 surat berharga.

Tak hanya itu, ternyata ada beberapa tabungan atas nama seseorang dengan lampiran surat kuasa.

"Dia bahkan terlalu tertutup jika melihat ini semua." Akhirnya dirusak kasur, bantal beserta guling di kamar itu.

Theo meninggalkan mansion sambil meminta beberapa bodyguard membakar sisa tempat tidur dan perlengkapannya milik Arsena. Dengan dalih bahwa tuan besar tak ingin ada jejak Arsena hingga harus dibakar saat itu juga.

Sesampainya di rumah sakit, dia meletakkan backpack itu di sofa ruang rawat. Menggenggam lembut tangan tuan mudanya "Saya pastikan Anda bahagia!" Ucapnya dengan menatap bangga sambil mengelap jejak air mata.

Kriett

"Sudah kau tuntaskan semuanya?" Tanya seorang pria datar.





TBC

Hehehehe, vote pliss (mode maksa😠)

SOLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang