14

2.3K 153 3
                                    

Pagi ini, apartemen itu tengah ramai dengan beberapa kali teriakan seorang kakek tua serta dua orang asisten. Pasalnya seseorang yang mereka teriaki mengetakan mandi sejak jam setengah enam. Namun hingga jam setengah tujuh anak itu tak keluar bahkan tak ada suara.

Cklek

Pintu terbuka dengan menampakkan sosok pria muda yang bermata sembab layaknya bangun tidur meski rambutnya masih menetes sisa air.

"Apa yang kau lakukan didalam sana?" Bentak pria tua itu dengan emosi membara.

"Mandi." Singkat padat dan jelas.

"Orang gila mana yang tidur dalam bathtub dengan air dingin di pagi hari?" Teriak kakek itu mencari bukti dalam kamar mandi.

Kedua asisten itu menggeleng tak percaya dengan tingkah tuan muda mereka. Melenggang masuk kamar tanpa rasa bersalah. Pun mereka berpikir bahwa bagaimana seseorang bisa tidur nyenyak dalam bathtub dengan air dingin?

"Mental ku pasti akan terganggu jika harus tinggal disini." Gumam lirih asisten muda yang dapat didengar asisten lain.

"Diam atau kau bakal dipecat saat ini juga!" Peringat rekan senior itu dengan nada lirih pula.

Lima belas menit Arsena selesai menyiapkan diri, hanya kurang memakai dasi serta jas. Kini dia menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Akan lebih praktis masak mi instan..." Ucapnya terpotong.

"Mari kita buat bubur ayam, fuyoooh!" Apa ini, bahkan ketiga orang di sana menganga tanpa sebab.

Dua puluh menit tersaji dalam empat mangkuk. Harum kaldu ayam serta irisan daging ayam rebus. Meski tak ada kacang, terdapat bawah goreng dengan tahu goreng kering beserta taburan abon.

"Apa ini?" Bernard begitu terharu dengan makanan ini. Lama rasanya ia tak memakan makanan rumahan.

'Shit bagaimana bisa anak ini memiliki kepribadian ganda, ah bukan! Sepertinya dia memiliki koleksi kepribadian.' ujar asisten Bernard dalam hati.

Mereka hanya tau sisi pemarah, dingin dan tak tersentuh Arsena. Tak tahu kah mereka jika Arsena juga memiliki sisi bar bar akan mengeluarkan kalimat yang terpikir di otaknya tanpa peduli orang lain.

Jalanan yang ramai lancar membuat waktu yg tempuh merka hanya 30 menit menuju kantor. Perusahaan properti dan konstruksi besar itu berdiri megah dengan tinggi 20 lantai. Merupakan jajaran perusahaan konstruksi dan properti dengan valuasi di lima besar di Indonesia.

Mereka masuk dengan dipimpin Bernard. Sikap mereka berubah dingin, bahkan sambutan beberapa manajemen serta frontliner tak terlihat berkesan.

"Selamat pagi Tuan Bernard, senang sekali bertemu dengan Anda setelah sekian lama." Ucap CPO ramah menyambut pemilik perusahaan.

Sejak hari itu, Arsena resmi menjabat COO perusahaan. Bahkan sempat mendapatkan protes dari para petinggi perusahaan. Padahal mereka juga telah dijelaskan bahwa penerus perusahaan selanjutnya adalah Arsena.

Kesampingkan soal ketidakhadiran CEO lama mereka yang kini diturunkan menjadi CMO. Jika bukan karena beberapa masalah internal perusahaan dan sensi Bernard, maka dia tak akan bergeser dari tempatnya.

"Huh, aku lulusan arsitektur. Pengalaman magangku hanya di lapangan, dan sekarang kakek tua itu menyuruhku belajar manajemen perusahaan? Orang gila mana yang bisa belajar sebanyak itu dalam semalam!" Umpatnya dalam ruang pribadinya sambil mencak-mencak tak jelas.

Bernard, pria tua itu tersenyum melihat laptop didepannya. Puas dia lihat sosok Arsena yang mulai menggila di ruangan yang dipantau CCTV.

"Lim" panggilnya pada asisten.

SOLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang