BAB 16

415 55 4
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Hujan kini mulai membasahi tubuh Boris yang sedang menunggu angkutan umum di pinggir jalan, ia tak tau sekarang berada dimana. Tapi ia harap, ini sesuai dengan tujuannya.

Boris mulai menaiki angkot, duduk di samping anak laki-laki yang terlihat seumuran dengannya, ia mengenakan baju berwarna hijau tua, dengan ukulele di tangannya.

"Bang, masjid depan yak" Ucap anak laki-laki itu sembari terus memegangi perutnya. Hal ini sedikit mengingatkannya kepada Indra yang akhir-akhir ini selalu merasa sakit, terutama pada bagian perut.

"Kenapa?" Tanya Boris sembari menatap anak laki-laki itu dan mulai mendekatinya.

"g-gapapa bang" ia sedikit menjauh dan menundukan kepalanya, Boris bingung apa yang salah dengannya?

Selama ini ia memang tidak pernah menyadari kalau tampangnya yang sangar dan besar membuat beberapa orang mengira kalau ia adalah orang jahat.

Seorang laki-laki memberhentikan angkot dengan cara yang tidak umum, terlihat dari pakaiannya, dia bukan orang baik-baik.

Ia mulai memasuki angkot dan menginjakan kakinya dengan tegas disana, sedikit menunduk, lalu jongkok dihadapan anak laki-laki itu.

"Sudah dapat berapa? yong?" anak laki-laki itu tertunduk dan terlihat menyembunyikan sesuatu, badannya kini sedikit berkeringat.

"b-belum ada bang, serius" suaranya bergetar, mimik wajahnya terlihat begitu ketakutan.

"Ck, anjing!" Laki-laki dengan tato dibadannya menampar anak laki-laki itu hingga ia sedikit tersungkur, supir angkot memberhentikan mobilnya dan menoleh kebelakang, suasana sudah tak karuan, ini benar-benar tidak teratur.

"Berani sama anak kecil. Kerja, bajingan." Boris terbangun dari duduknya dan membawa Laki-laki itu keluar dari mobil, supir hendak kembali menjalankan mobilnya, tapi anak laki-laki itu meminta untuk menunggu sebentar.

"Memang kenapa? apa urusannya sama ngana?" Laki-laki itu membusungkan dadanya dihadapan Boris, tentu Boris sedikit ciut, tapi malu kalau ia harus mengalah secepat itu.

"Udah bang, gausah" anak laki-laki itu menyerahkan uang yang sudah lusuh dan beberapa koin.

Boris memukul kecil tangan laki-laki bertatto itu dan mengambil uang yang terjatuh kebawah, secara tiba tiba anak laki-laki itu menarik Boris untuk kembali naik ke mobil dan menyuruh supir angkot untuk segera pergi dari sana. Boris menyerahkan beberapa uang yang berhasil ia rebut kembali dari laki-laki brengsek itu, Boris merasa khawatir dengan keadaan anak laki-laki itu, pipinya memerah, keringat ditubuhnya keluar secara berlebihan.

"Makasih bang, maaf ngerepotin"

"Siapa namamu?" tanya Boris kepada anak laki-laki itu dengan tegas

"Sopyan, jangan di apa-apain bang, saya cuma kerja buat makan." anak laki-laki itu menunduk, terlihat sangat takut dengan orang-orang sekitar.

Dari Adek Untuk AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang