***
Di halaman panti asuhan yang sunyi. Boris duduk sendirian di bawah langit yang penuh dengn gemerlap bintang. Namun, wajahnya dipenuh dengan kesedihan dan putus asa.
Boris merasa terjebak dalam perasaan kesepian dan kehilangan. Ia merasa bahwa hidupnya di panti asuhan tidaklah adil dan sulit untuk menemukan harapan i tengah kegelapan yang mengelilinginya. Ia merasa bahwa bintang-bintang di langit hanya mengingatkannya akan kekosongan dan kehilangan yang ia rasakan.
Dalam keheningan malam, Boris memandangi bintang-bintang dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Ia bertanya-tanya mngaa hidupnya harus begitu sulit. Ia merasa bahwa takdirnya telah ditentukandan ia tidak memiliki kendali atas masa depannya.
Tiba-tiba, pandangannya teralihkan saat melihat Temannya memasuki gerbang panti asuhan dengan senyuman hangat di wajhnya, Emon.
Boris terkejut dan senang melihat Emon datang. Ia merasa ada kehangatan yang tiba-tba memenuhi hatinya. Ia buru-buru memasang wajah datar dan ingin terlihat baik-baik saja, tapi tentu Emon sudah tau apa yang terjadi dengan Boris dan ketiga adiknya. Dengan langkah perlahan, Emon mendekati Boris dengan senyuman yang tak pernah pudar dari wajahnya.
Tanpa berkata sepatah kata pun, Emon duduk di samping Boris, membagikan kehangatan dengan kehadirannya. Boris merasa kembali di
hargai oleh kehadiran temannya."Cerita aja, Ris. Lu juga manusia"
Dalam keheningan yang nyaman, Boris dan Emon saling memandangi bintang-bintang yang bersinar di langit malam. Mereka merasakan kekuatan persahabatan yang tumbuh di antara mereka, melebihi batas panti asuhan dan cobaan hidup yang mereka hadapi."Adekku Tang, aku gatau harus ngapain lagi. Tanpa dia, rasanya bener-bener berat, aku butuh waktu buat lupain dia, sekolah selalu berhasil bkin aku inget sama dia, dia suka belajar Tang, dia suka sekolah." Boris berkaca-kaca, mencoba menahan semua air mata yang berlomba-lomba untuk segera keluar. Boris membangun benteng pertahanan di kelopak matanya, ia malu kalau harus menangis di depan Emon, meski Emon tahu kalau Boris tidak sekuat tampangnya.
"Bro, semua di dunia ini cuma fana. Lu harus bisa kendaliin diri lu sendiri, jangan berlarut-larut dalam kesedihan, Ris. Bene disana pasti bahagia, punya kasih sayang khusus danlebih. Ga semua di dunia ini harus berjalan sesuai kemauan lu, itu namanya egois."
Emon menghentikan kalimatnya dan beralih melirik Boris, ternyata Boris sudah menangis dihadapannya. Emon tak kuat menahan tawanya, "Si anying malah nangis" Emon mendongak menatap bintang-bintang yang bercahaya."Masih ada Indra, Oki, dan gua Ris. Lu ngga nyadar? hidup lu beruntung, lu dikelilingi orang orang baik Ris, apalagi gua, baik banget!" Serunya.
Dalam momen itu, Boris merasa bahwa ia tidak lagi sendirian. Ia memiliki teman sejati yang selalu ada untuknya, bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun. Senyuman Emon menjadi sumber inspirasi bagi Boris untuk tetap bertahan dan melupakan semuanya.Dalam malam yang bersemangat, Boris dan Emon melanjutkan perbincangan mereka, saling mendengarkan dan saling memahami. Mereka menyadari bahwa persahabatan sejati adalah anugerah yang tak ternilai, dan mereka berjanji untuk selalu saling mendukung dan berbagi kebahagiaan dalam perjalanan hidup mereka yang penuh warna.
***
Berkat perkataan Emon kemarin malam, kini Boris memberanikan dirinya untuk kembali ke sekolah, walau dia tau bahwa dia harus menahan perih yang sangat mendalam untuk kembali mengenang semua yang telah berakhir.
"Sekolah, Bang?" Tanya Indra yang merasa heran sekaligus senang ketika melihat Boris kembali mengenakan seragamnya dan bangun pagi
"Mau daftar CPNS, bodoh kali pertanyaanmu" Cuek Boris
Indra menunjukan ekspresi tertawa ketika mendengar perkataan yang keluar dari mulut Boris, tawanya ditanggapi oleh Oki yang sedang kesusahan memasang dasinya.
Semuanya sudah siap, seperti biasanya mereka menunggu Bus datang untuk mengantarkan mereka sampau ke depan gerbang sekolah. Namun detik ini sedikit berbeda, mereka hanya bertiga, karena yang satu menunggu di tempat lain, tempat yang jauh. Entah ia menunggu, atau ditunggu.
"Kangen Bene, ya." Singkat Boris
Indra dan Oki menoleh secara bersamaan, mengangkat ujung bibir mereka dan memasang ekspresi meremehkan, apakah Boris tak malu mengatakan itu setelah ia keluar dari kamar hanya karena Bene masuk ke kamar? itu lelucon.
Bus datang dari kejauhan, kini Indra tidak usah cape-cape untuk melambaikan tangannya, karena supir Bus sudah tau kalau mereka hidup di panti ini.
Oki dan Indra masuk ke Bus, diikuti oleh Boris yang melangkah dengan penuh keterpaksaan, rasanya sakit harus mengulang semuanya tanpa Bene.
Bus melaju dengan cepat, hingga tak terasa mereka sudah sampai di gerbang sekolah. Satu persatu anak mulai keluar dari Bus, berlari-lari masuk ke area sekolah.
Indra dan Oki kini sudah beranjak dari duduknya, namun Boris hanya memandang kosong ke arah jendela.
"Bang, ayo" Ucap IndraBoris bangun, ia menarik panjang nafasnya dan menghembuskannya dengan kasar, ia melangkah keluar dari Bus dan memandangi area sekolah yang kini menyakitkan baginya.
***
Makasih udah bacaa sampai habis yaa! jangan lupa follow, vote, dan komen sebanyak-banyak nyaa.
HAI HAI HAI! guys, just infoo. aku lagi bikin extra part nich! yang nyeritain betapa bahagiaa mereka di masa lalu, aku up di ig @twonwzhundread, kalian harus follow dulu, baru bisa baca yak! ga minat gapapa, karena ini cuma extra part buat mendalami cerita
Jangan lupa follow juga akun Aeswaryarai dan grszya karena akun dan cerita ini bekerja sama dengan 2 author tersebut, Terimakasih! SALAM SEHAT!
-Author, Jum, 3 Mei, 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Adek Untuk Abang
RastgeleMereka adalah keluarga yang hidup bahagia, berkecukupan dan harmonis, keluarga yang saling melengkapi, adik-kakak yang saling menyayangi satu sama lain. Namun ada sebuah kejadian yang merenggut nyawa sang ibu. Setelah kejadian itu, Boris anak sulung...