Happy Reading!!
Cuaca siang hari yang tak begitu terik sehingga tak mengganggu aktivitas ketiga remaja itu untuk berkerja membiayai hidup mereka sendiri
"Tumben tumbenan serta bang" Indra bertanya sembari terus mengunyah permen karet yang ada di mulutnya
"Pengen aja biar makin rame, si Yono sama Ge gue jarang ketemu mereka"
"Ouhh"
Lain dengan Oki yang tak sedikit pun ikut di dalam pembicaraan itu, sedari tadi dirinya hanya sibuk memetik gitar di tangannya.
Ketiga berjalan melewati sekolah Bene dan tanpa di bicarakan ketiganya serempak berhenti di depan sekolah Bene
"Ndra, Ki, Bene engga ada ke Rumah loh beberapa hari ini"
Indra dan Oki kembali menyadarinya dari beberapa hari lalu mereka sudah bertanya tanya. Kenapa Bene tak menemui mereka?
"Iyaa bang, kami beberapa hari lalu ada mikir gitu juga"
Saut Oki"Aku rasa Bene engga di bolehin keluar sama Mamak Mamak an nya ini bang" Ucap Indra
Dan setelah itu Acho dan Oki serempak menatapnya.
***
Dokter melepas satu persatu alat yang terpasang di tubuh Bene setelah benar benar memastikan kalau Bene sudah tak membutuhkan alat alat ini lagi
Bene tadi sudah sadarkan diri sejenak namun setelahnya Bene kembali tertidur karena tubuhnya yang masih begitu lemah.
"Dok, kondisinya gimana?" tanya Linda yang baru saja memasuki ruang rawat inap bersama dengan Abyan
"Tadi sudah sempat sadarkan diri tapi sekarang Dek Bene sedang tidur karena kondisinya masih cukup lemah"
Jelas Dokter"Bapak, Ibu, tolong salah satu jaga dek Bene di sini ya jangan kedua duanya pergi"
Karena yang memantau Bene sedari tadi hanyalah perawat
"Siap Dok" Jawab Abyan
Dan tanpa berpamitan Dokter langsung saja pergi meninggalkan Abyan dan Linda
Dan setelah itu juga Linda dan Abyan mulai memainkan handphone dan sibuk dengan dunia mereka sendiri.
15 menit berselang
"Ayah....Bundaa.."
Walau berat Bene terus mencoba untuk membuka matanya perlahan dan dan betapa kaget dan tidak percayanya dirinya saat melihat Linda dan Abyan berada di dekatnya
Linda menyadari lebih dulu kalau Bene sudah kembali sadarkan diri saat mendengar suara lirih milik Bene
"Apa? engga usah geer, bukan berarti saya sama Abyan nungguin kamu di sini kami peduli sama kondisi kamu"
Baru saja Bene tersadar dan kembali lagi di sini dirinya di sadarkan kalau memang tak ada sedikit rasa kasih dan sayang dari kedua orang tua angkatnya, dan pilu rasanya mengingat yang membuatnya terbaring lemah di Rumah sakit adalah mereka berdua.
"Aku ada meeting jadi harus pergi, ogah banget izin meeting cuman gara gara anak lemah kayak gini"
Ketus Abyan menaruh handphone di saki celananya dan memakai jas yang tadi ia lepas
"Sekalian antarin aku pulang, engga penting ngurusin anak kayak gini"
Linda mengambil tas yang di letaknya di nakas sebelah ranjang Bene
"Kita mau pergi nanti kalau ada yang nanyain kamu kenapa, bilang aja tabrak lari" Linda berpikir ada baiknya agar dirinya menyuruh Bene untuk tidak memberikan hal keji yang di lakukannya bersama Abyan beberapa hari lalu
Bene menggeleng, sudah lelah rasanya untuk menahan segalanya. Tubuh yang sakit dan jiwa yang lemah dan mental yang hancur.
"Ouh gitu, masih kurang luka luka yang sekarang berdiam di badan kamu?"
Cukup, Bene akhirnya mengangguk mengiyakan perintah dari Linda, dan setelahnya pergi begitu saja bersama Abyan.
Bene tak mampu lagi meneteskan air matanya sekarang, sudah lelah karena tak ada satu pun yang bisa mengerti tentang air mata yang jatuh dari matanya. Kecuali ketiga abangnya dan Acho
Bene berdiam diri, mengingat segala perlakuan kejam Abyan dan Linda yang benar benar membuat masa kecilnya hancur begitu saja. Tak ada kebahagian di sana walau sekecil sebiji jagung
Bene merenungi segelanya banyak berisik yang terdengar dari kepalanya
"Kenapa hidup aku sama abang abang ku engga seberuntung anak lain?..."
Salah satu pertanyaan yang setiap hari selalu melintas di kepala Bene.
Namun di sela sela perenungannya tiba tiba saja perawat menghampirinya dengan membawa senampan makanan untuknya
"Adek makan dulu ya, habis itu minum obatnya" Suruh dengan ramah perawat dengan paras cantik itu
"Kakak perawat bisa suapin aku? masih baru sadar loh kak masa langusng di suruh makan sendiri"
Perawat itu terkekeh mendengar ucapan Bene
"Orang tua Adek kemana?"
Bene terdiam sejenak, "Lagi pergi sebentar Kak, jangan banyak tanya lah Kakak ini udah demo cacing di perut ku"
Perawat itu menggelengkan kepalanya keheranan dengan sikap Bene yang walau sedang sakit tetap saja banyak bicara.
Dan setelahnya perawat itu menuruti permintaan Bene untuk menyuapinya, di sana Bene banyak bertanya tentang profesi seorang perawat hingga perawat itu sendiri kewalahan untuk menjawabnya.
Tapi perlakuan perawat ini membuat Bene berbahagia karena sudah lama dirinya tidak di suapi. Rasanya hampir sama seperti saat Mamak menyuapinya dulu, dengan dirinya yang selalu banyak bertanya.
ㅤ⋅ ⊹ㅤ⋅ ⊹ㅤ⋅ ⊹ㅤ⋅ ⊹ㅤ⋅ ⊹ㅤ⋅ ⊹ㅤ⋅ ⊹ㅤ⋅ ⊹ㅤ⋅
•
•
•
•
•
•
•
•Makasih udah bacaa sampai habis yaa! jangan lupa follow, vote, dan komen sebanyak-banyak nyaa.
Terimakasih! SALAM SEHAT!
-Author, Jum, 23 Agu, 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Adek Untuk Abang
RandomMereka adalah keluarga yang hidup bahagia, berkecukupan dan harmonis, keluarga yang saling melengkapi, adik-kakak yang saling menyayangi satu sama lain. Namun ada sebuah kejadian yang merenggut nyawa sang ibu. Setelah kejadian itu, Boris anak sulung...