ANAK CENGENG

1.3K 76 7
                                    

“lucuti pakaian nya, hari ini kita akan bersenag-senang.”

Apa?

Mereka gila?

Gue mencoba melawan tapi hasilnya sia-sia, gue yang sendiri tidak mampu mengalahkan mereka ber tiga.

Seragam gue di lepas paksa, hingga semua kancing terlepas berserakan.

“NURUT ANJ*ING, jangan sampai gue bermain kasar.”
Tangan kasar mereka menyentuh tubuh gue.

Ini sakit Pa! Apa Kai pantas di perlakukan seperti ini, oleh mereka?

Mereka mencoba melepas paksa celana gue.

BRAKK

“KALIAN NGAPAIN BANGSATT” seseorang datang. Dia mendekat menghajar mereka ber tiga dengan brutal. Air mata gue berjatuhan, gue hampir di – oleh Bara dan kedua temannya.

“lo nggak papa?” gue mendongak dengan isakan.

Orang itu melepas seragamnya yang kini menyisakan kaos putih polos. Memakaikan seragam ke tubuh polos gue.

Tangan dia bergerak menyentuh kening gue, “lo sakit.”

Gue pernah bertemu dia.

Tiba-tiba dia mengangkat tubuh gue, mengendong ala bridal style. Gue yang takut terjatuh mengaitkan tangan di leher dia.

Semua orang memandang kita dengan tatapan yang berbeda-beda. Tidak terasa kita sudah berada di parkiran, dia menurunkan gue dengan hati-hati di dalam mobil. Dia juga ikut masuk lalu menyetir meninggalkan SMARLA.

“jangan khawatir, kita hanya ke rumah sakit.”

“A-aksa, lo Aksa kan?” tannya gue. Dia orang pertama yang gue temui di SMARLA.

“gue Aksa, Arsel Raksana. Di sekolah gue dikenal sebagai Aksa, tapi di luar gue di kenal sebagai Arsel. Terserah lo mau manggil gue apa!” ucapnya.

“Arsel.”
....

“apa kata dokter?” tannya gue, kini kita sudah berada di rumah sakit, gue demam.

“lo nggak papa, hanya perlu istirahat.”

“Papa?”

“gue udah hubungi, sebentar lagi datang.”

“lo kenal papa?” tannya gue.

“kenal. Gue juga kenal lo”

Sebelah alis gue terangkat, “bagaimana bisa?”

Tatapan matannya begitu dalam dan menusuk.

“lo lupa?”

Gue mengerutkan kening “maksud nya?”

“gue nggak nyangka lo bisa lupain gue...”

“... anak cengeng.”

Kata-kata itu!

Gue ingat...
Dia Kak Asel teman gue waktu kecil. Gue nggak nyangka kita di pertemukan kembali, dengan keadaan yang menyakitkan ini. Dulu kak Asel - Arsel adalah kakak, teman, sekaligus pahlawan buat gue, dia selalu ada di saat gue hampir terluka, sampai-sampai Kak Asel yang menjadi korban dan terluka. Kak Asel itu tahan banting, yang gue maksud tahan banting di sini, dia nggak pernah mengeluh karna rasa sakit saat terluka bahkan itu bisa di bilang luka parah sekalipun.









....

ARSEL (B×B) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang