Suhu dingin ku nikmati dengan bersaluncur di permukaan es mengunakan sepatu khusus yang sering di kenal sebagai pisau ice skate. Semua yang ku pikirkan seolah menghilang di telan-nya rasa damai menikmati berbagai tarian di atas permukaan benda padat dan dingin ini, sunnyinya suasana menambah kedamaian. hanya ada kita ber dua di sini.
Goresan permukaan es, menjadi saksi betapa indahnya tarian yang tertoleh akibat penuhnya pikiran.
Apa salahnya, jika gue ingin tau semua hal yang memenuhi pikiran ini?
Memejamkan mata menikmata suhu dingin menembus kulit.
"Kai!!"
"apa sudah selesai bermainnya?"
"sebentar lagi, tunggu gue sebentar lagi Sakya..."
Sejak saat pertemuan itu kita saling mengenal dan sering menghabiskan waktu bersama. Entah apa yang gue rasakan saat bersamanya, gue nggak tau.
...."Kita mau kemana?"
"membeli makanan, kamu belum makan bukan?"
"kok lo tau?"
"bunyi perut tidak bisa membohongi." ucap Sakya yang masih melihat ke depan karena dia sedang menyetir.
Mobil di berhentikan di salah satu restoran. Dia keluar terlebih dahulu lalu membukakan pintu yang ada di pinggir gue.
Gue keluar, "tidak ada salahnya makan terlebih dahulu" batin gue.
Sakya memesan berbagai menu makanan, dan makanan seafood adalah makanan yang paling banyak dia pesan.
"lo suka makanan seafood?"
"bukan saya, tapi kamu Niko."
"Niko?" tannya gue memastikan.
Apa dia salah sebut nama?
Dia hanya terdiam...
"apa ada yang lain kak?" Tannya pelayan yang menyatat pesanan kita.
"sudah kak, Itu saja."
Tangan gue terangkat memegang bahunya. "Sakya! Lo nggak papa?"
Dia tersadar dari lamunannya, dan menggeleng lemah.
Tidak lama pesanan kita tiba, dan anahnya Sakya sama sekali tidak menyentu semua makanan seafood yang dia pesan. Ingin bertanya tapi ragu, tatapannya begitu teduh tidak seperti tadi.
Sebenarnya siapa itu Niko? Kenapa setiap kali gue bersamanya, dia sering sekali nyebut gue dengan nama itu?
Setelah makan kita melanjutkan perjalanan untuk pulang.
"Sakya!!"
"hmm?"
"gue bolah nanya nggak?"
"apa itu?"
"siapa itu Niko!?"
Mobil berhenti mendadak, hampir aja gue terjungkal untung saja gue memakai sabuk pengaman.
"Niko!!..."
"...dia orang istimewa di hidup saya."
Pandangan gue tidak luput untuk memandangi wajah tegasnya. Entah apa yang dia fikirkan...
"apa dia keluarga, teman atau sahabat lo?"
Sakya menggeleng, "dia orang yang saya cintai."
Kenapa sakit ya dengernya...
Tok tok tokk...
Ada seseorang yang mengetuk kaca mobil.
"kenapa dia ada di sini!" Batin gue.
Gue membuka pintu mobil, Tiba-tiba Bang Zaki menyekal tangan dan ngajakin gue pulang.
"kenapa abang ada di sini?"
Bang Zaki tidak menghiraukan dia terus saja menyekal tangan gue.
Memakaikan gue helm, "naik." Ucap Bang Zaki yang sudah duduk di jok motornya.
"tapi Bang... Sakya gimana?"
"udah ayo, abang antar kamu pulang."
Gue menoleh ke mobil Sakya. Dia masih berada di dalam mobilnya.
"Kaii."
Pada akhirnya gue memutuskan untuk ikut Bang Zaki. Bang Zaki melajukan motornya dengan cepat. Setelah menembuh perjalanan yang bikin jantungan, kita pun tiba di mansion.
Gue turun melepas helm. Bang Zaki menerima helmnya, "jauhi orang itu, Kai."
Alis gue terangkat. "memangnya kenapa bang?"
"abang akan beritahu alasanya, tapi tidak hari ini." ucap Bang Zaki sambil mengusap surai rambut gue.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEL (B×B) END✓
AzioneGue Kai. Kainal Ezill seorang yang di paksa mengantikan tokoh utama yang telah pergi. Kisah gue memang sedikit rumit, bisa di bilang gue suka sama orang yang telah menghilangkan nyawa Abang gue dan lebih parannya, dia masih terjebak dengan orang yan...